"EVERYBODY SHOULD DO AT LEAST TWO THINGS EACH DAY THAT HE HATES TO DO, JUST FOR PRACTICE."
-William James-
.
.
.
.
.
.
.
.Tau kenapa Lana dijuluku kuli bangunan oleh Della? Ya, enggak lah, orang baru mau dikasih tau.
Itu karena saat pembangunan kafe mereka, Lan ikut membantu para kuli yang bekerja. Mengangakat batu bata dari mobil pick up lah, membersihkan peralatan, bahkan gadis itu pernah mengangkat semen---tapi enggak yang penuh. Katanya sih biar cepet selesai, selagi dia bisa, why not?. Biar para kuli bangunan itu juga tidak minta terus dibeliin kopi joss dan gorengan ditambah rokok yang merek penyimpanan garam itu, alias Gudang Garam, yang mana makin membuat mereka berdua tekor.
Apalagi Lana tidak sekaya itu untuk menambah kuli lain, mau bayar pake apa juga? Daun? 'Kan enggak mungkin. Hidupnya sudah susah jangan dibuat makin susah. Mana keperluan ia dan adiknya makin banyak setiap hari. Jadi lebih baik uangnya untuk sang adik biar adiknya itu senang.
Hidup mandiri dari kelas 2 SMA membuat Lana banyak belajar tentang kehidupan. Hidup hanya berdua dengan adiknya membuat ia harus lebih keras untuk membiayai semuanya, tanpa orangtua yang membantu.
Iya, ayahnya pergi entah kemana meninggalkan mereka saat Lana berumur 13 tahun dan adiknya itu berumur 9 tahun. Setelah tiga tahun berlalu, akhirnya ibu mereka juga pergi menjadi TKW dan sampai sekarang belum pulang. Terakhir kabar yang Lana dapat dari ibunya itu sekitar satu setengah tahun lalu.
Sehingga Lana jadi orang yang sedikit tempramental, tapi tetap sayang pada adiknya meskipun tidak ditunjukkan secara langsung. Namun, hubungan kakak-adik mereka tidak sehangat dulu. Saat ini mereka lebih sering berdebat karen perbuatan, Alan, adiknya itu. Berantem, membentak guru, bolos, dan paling parah itu Alan ketahuan merokok disekolah. Sering juga Alan pulang dengan wajah yang sudah bonyok. Lana tidak mengerti kenapa adik manisnya dulu itu berubah. Ia hanya sering mendapat keterdiaman Alan saat ia bertanya sembari mengobati adiknya itu.
Terbiasa dengan bonyok, lebam, dan sejenisnya, Lana tidak dibuat panik seperti Della yang kini sibuk bolak-balik bak setrikaan melihat pria yang penuh lebam itu terbaring dilanti kafe mereka. Oh, mereka tidak setega itu membiarkan pria ini terbaring dilantai, hanya saja mereka kekurangan tenaga untuk mengangkat pria ini ke sofa didalam kantor mereka.
"Piyeh toh iki, Lan? Mumet aku," ucap Della yang memilih menarik kursi dan duduk diatas sana sambil menatap pria itu yang berada dibawah kakinya. Seumur-umur, Della hanya melihat luka begini di wajahnya adik Lana, Si Alan.
"Mau gimana lagi? Dia udah disini, kita juga gak mungkin sempet manggil ambulans. Mau enggak mau, ya, kita obatin." Lana juga sudah menarik kursinya dan duduk disamping Della. Posisinya kini mereka berada diatas kursi dengan pria itu terbaring dibawah kaki mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Del Lana
Fanfictionini caffe bukan hotel. ini Del Lana bukan Del Luna. ini tempat orang-orang punya masalah bukan peristirahatan arwah. pemiliknya Della dan Lana bukan Jang Man Wol. Yap, ini Caffe Del Lana. **** Ini kisahnya Della yang suka memberi saran pada orang la...