"It's amazing how a little tomorrow can make up for a whole lot of yesterday."
- John Guare -
.
.
.
.
.
.
.Della tengah sibuk dengan laptopnya mengerjakan tugas kuliahnya yang masih sering menumpuk. Tangannya dengan lincah mengetik pada keyboard, dengan mata serius menatap bolak-balik buku dan layar.
Tok...tok
Della sedikit melirik pintu kamarnya yang diketuk. Kemudian menjawab, "masuk."
Alfin masuk dan sedikit tersenyum dengan segelas susu ditangannya. Dia mendekat kearah adiknya itu dengan cepat.
"Belum selesai tugasnya? Mau kakak bantu?" Ucap Alfin yang menduduki dirinya ditepi kasur. "Ini minum dulu susunya."
Della tersenyum. "Emang kakak ngerti? Kita 'kan beda jurusan," ucapnya dan meraih gelas yang berisi susu coklat tersebut dan menyeruputnya.
Tiba-tiba, ada sebuah ingatan atau lebih ke kenangan menghampiri Della. Dulu saat Abel, kakak kembarnya, masih ada, Alfin sering membuat dua gelas susu untuk mereka. Susu coklat untuk Della dan dan susu putih untuk Abel.
Memang Abel lebih menyukai susu putih, katanya ia tidak terlalu suka manis. Jadi, pernah satu hari susu putihnya habis, jadi Alfin terpaksa membuat dua susu coklat.
"Kok susu coklat Kak Apin? Aku 'kan gak suka," kata Abel mengeluh. Gadis yang baru berusia 16 tahun itu mempoutkan bibirnya merajuk.
"Enak tau susu coklat, coba ajah." Della sudah meraih gelas ditangan Alfin dan meminumnya cepat.
"Susu putihnya habis, jadi kakak buatnya ini saja. Kakak pikir daripada kamu gak bisa tidur kalau gak minum susu," ucap Alfin menatap adiknya itu. "Maafin, kakak. Atau mau kakak beliin susu dulu? Nanti kakak lebihin susu Dancow-nya."
Abel merasa bersalah. Dia tidak mau merepotkan kakaknya itu, jadi memilih untuk meminumnya saja. Meski setelah itu ia sedikit eneg dan hanya meminum susu itu setengahnya saja.
"Dek? Adek?"
"Hah!!"
Alfin menatap khawatir Della yang tiba-tiba bengong. Takutnya Della kesambet sesuatu 'kan bahaya. Mana Alfin enggak tau buat meruqiyah orang lagi.
"Malah bengong, kesambet kamu, piye toh?"
Della menghela nafas berat. "Aku hanya kepikiran Abel, Kak. Sometimes I want to meet Abel again. But, it is impossible. Itu hanya mungkin jika aku menyusul Abel."
"Heh, ngomong apa kamu," ucap Alfin tidak suka dengan ucapan adiknya itu. "Kamu punya rencana ninggalin kakak? Iya? Kamu gak sayang kakak?" Alfin jadi nge-gas.
"Bukan begitu, Kak. Aku hanya---maksud aku tuh---huh...." Della menunduk. Dia sayang kakaknya, sangat. Tapi satu sisi dia juga ingin bertemu Abel, masih ada yang harus ia selesaikan dengan kakak kembarnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Del Lana
Fanfictionini caffe bukan hotel. ini Del Lana bukan Del Luna. ini tempat orang-orang punya masalah bukan peristirahatan arwah. pemiliknya Della dan Lana bukan Jang Man Wol. Yap, ini Caffe Del Lana. **** Ini kisahnya Della yang suka memberi saran pada orang la...