"Gak ada batasan untuk membantu orang lain."
- Adella Adskhan -
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Meski dalam kondisi yang kurang sehat, Lana memaksakan dirinya untuk tetap membersihkan rumahnya yang berantakkan. Menyapu, menyuci baju dia dan Alan, memasakkan sarapan untuk adiknya yang mau kesekolah, dan masih banyak lagi. Tenang ajah, Lan gak merasa dirinya sebagai asisten rumah tangga, dia hanya merasa bertanggung jawab karena hanya tinggal berdua dengan adikknya. Dan pastinya Lana tidak akan mungkin menyuruh Alan untuk membantunya.
"Alaaaann, sarapan dulu," teriak Lana dengan suara agak serak memanggil adiknya. Bahkan Lana sampai terbatuk.
Alan sudah keluar dengan penampilan tidak terlalu rapih. Baju seragam yang belum dimasukkan kedalam celana, dasi yang malah dikesampingkan di bahunya, dan rambutnya yang belum disisir. Alan melihat kakaknya itu sedang sibuk dengan beberapa panci yang sedang dicucinya, kemudiam berdecak pelan.
"Ngapain lo nyuci? Bukannya masih sakit?" Tanya Alan dengan suara ketus.
Lana menyeka keringat didahinya. "Nanggung, nanti gak bakal keurus. Gue sibuk sampe malam nanti," jawab Lana tanpa mengalihkan pandangannya.
"Kalo kak Della tau, gue yang dimarahin," ucap Alan yang menarus tas dikursi sebelahnya. "Kalo lo tambah sakit, jangan ngerepotin gue, ya."
Lana tak menanggapi adiknya itu. Hubungan dirinya dan adiknnya memang begini. Kadang kaku, kadang berantem, kadang canggung juga. Lana juga tidak mengetahui apa yang bisa mendeskripsikan hubungannya mereka.
"Itu dasi dipake, bukan jadi hiasan bahu," ucap Lana saat melihat dibahu kanan adiknya itu terletak dasi abu-abu yang kini beralih fungsi. "Dari dulu lo emang gak pernah bisa ngikat dasi."
Alan terdiam sesaat mendengar ucapan kakaknya itu. Dia masih ingat? Kalimat itu yang kini memenuhi otak Alan. Bagaimanapun Alan baru tau jika kakaknya itu masih mengingat jika Alan memang tidak pernah bisa mengikat dasi.
Dulu saat Alan masih SD dan keluarganya masih baik-baik saja, Lana yang sering mengikat dasi Alan daripada ibunya. Selama mengikat pun pastinya Lana akan selalu mengomel pada Alan yang tidak pernah mengerti jika diajarkan untuk mengikat dasi dan mengancam tidak akan mau mengikat dasi Alan lagi. Meski begitu Lana tidak pernah benar-benar melakukannya. Buktinya Lana yang malah duluan berinisiatif untuk mengikat dasi Alan.
Pernah juga satu kejadian saat Lana harus cepat pergi kesekolah karena piket, Alan yang saat itu bangun terlambat dan tidak berani minta tolong mengikatkan dasinya. Saat itu dia berbohong jika sudah tau mengikat dasi karena minta diajarin ibu. Lana sih senang-senang saja. Tapi nyatanya....
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Del Lana
Fanfictionini caffe bukan hotel. ini Del Lana bukan Del Luna. ini tempat orang-orang punya masalah bukan peristirahatan arwah. pemiliknya Della dan Lana bukan Jang Man Wol. Yap, ini Caffe Del Lana. **** Ini kisahnya Della yang suka memberi saran pada orang la...