"Sejelas apapun logika menerangkan jalannya, seseorang selalu saja tersesat oleh perasaannya."
- Unknown -
.
.
.
.
.
.
.
.
.Selama duapuluh satu tahun, empat bulan, sebelas hari Della hidup didunia yang fana ini, Della baru sekali merasakan yang namanya pacaran. Itu pun karena ia kasihan pada lelaki yang mengatakan perasaannya di depan kelas itu. Della yang saat itu duduk di bangku kelas 8 SMP, dibuat bingung dengan anak lelaki yang menggunakan seragam biru dongker menyatakan perasaannya di depan kelas. Untungnya saat itu sudah pulang sekolah sehingga tidak ada yang mengetahui. Menolak pun Della merasa gimana gitu karena satu sisi diumur begitu Della juga hanyalah remaja labil yang ingin merasakan cinta monyet.
Hingga hubungan gak jelas itu hanya bertahan dua minggu saat Della ketahuan oleh Kak Alfin. Abel yang memberitahukannya sehingga Kak Alfin marah padanya. Katanya sih anak kecil yang masih teriak minta uang kalau pesawat lewat kayak Della belum boleh pacaran. Bahkan Alfin sudah memberikan target kalau Della boleh pacaran jika Della sudah bisa mengurus dirinya sendiri.
"Kamu itu masih suka diurusin, jadi jangan sok-sokan pacaran. Diri sendiri ajah masih gini masa mau ngurusi pacar?" Sindir Alfin pada Della yang duduk ditepi kasur sembari menunduk kepala cemberut.
Setelah menerima kuliah tujuh menit dari sang kakak, Della sudah tidak lagi memikirkan untuk menjalin hubungan. Tapi bukannya tidak mau, banyak yang mengejar Della meskipun mulut sedikit ceplas-ceplos, hanya saja ternyata Della lebih suka sendiri tanpa pasangan. Benar kata kakanya, ia tidak perlu repot-repot harus mengurus pacarnya. Hidupnya saja sudah kerepotan, jadi gak usah nambah-nambahin beban. Apalagi kalau sudah sakit hati karena pacar, bisa melukai diri bahkan bunuh diri. Amit-amit deh, jangan sampai kejadian.
Ohya, bicara soal sakit hati karena pacaran, kini Della tengah dibuat pusing dengan dua pasang teman yang datang untuk konsultasi. Dua gadis yang masih berseragam putih abu-abu ini duduk tepat dihadapan Della yang sedang memijit pangkal hidungnya.
"Jadi, pacarnya Fira selingkuh dengan gadis lain dan ini yang ke empat kalinya. Okeh, Kak Della paham." Della berucap kemudian mengambil segelas air putih dan meneguknya tiga kali.
"Terus gimana dong, Kak. Ini teman aku gak akan gila 'kan? Lihat ajah wajahnya udah kayak orang linglung gini," ucap Lian menatap Fira yang diam saja tanpa ekspresi. "Kalau dia masih begini, aku akan bawa ke ustadz biar di ruqyah ajah sekalian."
"Dia gak akan gila kok tenang ajah," ucap Della kemudian menatap Fira. "So, Fira, ada yang ingin kamu katakan?"
Gadis SMA itu masih diam saja.
"Fira? Kamu dengar kak Della 'kan?"
"Woy, Fir, jangan jadi tuli juga dong."
Fira merotasi netranya setelah mendengar ucapan Lian. Dia bukannya tidak mendengar, hanya saja pikirannya masih penuh dengan pacarnya---- ah, lebih tepatnya mantan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Caffe Del Lana
Fanfictionini caffe bukan hotel. ini Del Lana bukan Del Luna. ini tempat orang-orang punya masalah bukan peristirahatan arwah. pemiliknya Della dan Lana bukan Jang Man Wol. Yap, ini Caffe Del Lana. **** Ini kisahnya Della yang suka memberi saran pada orang la...