Aquaphobia | prologue

128 20 9
                                    

Adakah air yang menjadi punca , atau aku yang membawa malang ?

♡ ♡ ♡












Aku menggosok mataku berulang kali akibat mengantuk . Jam digital aku kerling . Sudah pukul 12 : 30 malam .

Dahiku berkerut apabila telingaku menangkap bunyi yang agak bising di luar bilikku . Mungkin , bunyi itu yang membuatkan aku terjaga sebentar tadi .

Sepasang kaki kecil milikku mula memijak lantai . Sempat aku capai Nini , patung beruang berwarna merah jambu kesayanganku sebelum tangan kecilku memulas tombol pintu .

Kepala dijegulkan ke luar bilik . Dari tingkat atas , aku dapat melihat dengan jelas papaku sedang memukul mama berkali - kali di tingkat bawah . Mataku mula berair .

Mama kata jikalau papa memukulnya itu , bermaksud papa sedang marah . Mama kata marah itu tanda sayang . Macam dalam cerita Upin Ipin yang dimarahi cikgu besarnya itu .

Walaupun aku baru berumur lima tahun , aku tidakla sebodoh itu mahu mempercayakan kartun Upin Ipin itu mahupun kata - kata mama . Cikgu pernah kata , marah tanda sayang itu apabila seseorang itu memarahi secara menasihati .

Seperti mama yang memarahiku apabila aku biadap dengan papa . Bermaksud mama sayang aku , kan ? Mama cuma ingin menasihatiku supaya tidak bersikap kurang ajar dengan orang yang lebih tua , tambahan pula bapa sendiri . Tapi ini lain . Papa marah sehingga memukul mama . Kalau mama marah , mama tidak pernah pun sesekali memukul malah sedikitpun tidak mencubitku .

Papa selalu memukul mama . Pernah sekali aku lihat mama ditumbuknya sehingga naik kebiru - biruan . Ada juga papa memukul mama sehingga mama tertidur dalam tempoh masa yang agak lama . Aku kejutkan mama , mama lansung tidak bangun . Nasib juga abang pulang ketika itu , dengan wajah yang panik dia mengangkat mama sebelum dibawa ke hospital . Aku sendiri tidak tahu mengapa .

Aku yang tidak tahan melihat mama dipukul oleh papa mula melangkah ingin menuju ke bawah . Kaki kecilku mula menuruni tangga dengan berhati - hati . Aku lihat , mama sudahpun terbaring lemah . Papa menarik kaki mama sehingga ke luar rumah , di hadapan kolam renang . Papa menarik kaki mama seperti aku menyeret beg galasku yang berat dengan buku - buku sekolah .

Mama aku lihat mengerang kesakitan . Laju sahaja kaki aku melangkah menerpa ke pintu itu dan cuba membukanya . Pintu itu ku tampar berkali - kali dengan bibir yang tidak henti - henti memanggil mama .

" Mamaa . " tangan kecilku menumbuk - numbuk pintu itu . Nini aku sudah mencampakkannya ke tepi . Air mataku jatuh melihat mama diseksa dan dipukul oleh papa . Mata mama kuyu memandangku . Papa aku lihat lansung tidak menghiraukanku malah tangannya laju memukul mama .

" Fiya , masuk ke dalam bilik . " perlahan suara mama mengarahkan ku . Aku menggeleng laju .

" Tak nak ! Fiya nak mama . Papa , sudahla . Jangan pukul mama lagii . Hiks hiks . " esakanku mula kedengaran melihat wajah mama mulai kebiru - biruan dan membengkak . Bibirnya mengeluarkan cecair merah yang aku rasakan darah . Pasti sakit sekali .

" Mama okey je sayang . Fiya , dengar cakap mama . Uhuk uhuk . " mama mulai batuk dan mengeluarkan cecair merah yang banyak apabila papa menumbuk perut mama .

" Mama ! " tanganku makin laju menumbuk pintu itu dengan harapan ia akan terbuka dan aku akan menyelamatkan mama . Namun semuanya tidak memunjukkan hasil . Mataku terlalu kabur dengan air mata . Esakan aku kuat bergema di rumah banglo milik papa .

Papa mencengkam leher mama sehingga mama sepertinya sukar untuk mencari nafas . Mata hitam mama mula naik ke atas . Seluruh badan mama seperti kaku terkejang . Hanya tangannya yang tergawang . Papa melepaskan cengkaman .

Pang ! Bush !

Pipi mama ditamparnya kuat sehingga mama terpaling ke tepi sebelum tubuh mama ditolaknya kuat ke dalam kolam renang . Mama yang kelihatan tak terdaya hanya membiarkan dirinya tenggelam di dasar kolam renang itu . Matanya tertutup . Aku menangis kuat . Mungkin mama tertidur dalam masa yang lama lagi seperti dahulu . Kakiku menendang - nendang pintu itu . Jikalau mama tertidur dalam masa yang lama , maka aku tidak dapat bermanja dengan mama sehingga mama sedar . Mungkin aku akan dipukul juga oleh papa jikalau mama tidur lama .

Papa berpaling ke arahku . Pintu dibuka . Aku mahu meluru ke arah mama namun dihalang oleh papa . Tubuh besar papa aku pukul sekuat hati . Papa kelihatan berang sebelum menampar pipiku kuat . Pandanganku mulai kabur .

_____

" Abang , kenapa abang menangis ? " soalku di atas ribaannya . Nini berada di dalam pelukan aku . Sedari tadi aku lihat abang mengalirkan air mata di tanah yang berbonggol ini .

Aku melihat sekeliling . Tertanya - tanya juga aku apabila melihat ramai orang memakai pakaian yang berwarna putih sedang menatap tanah yang berbonggol di hadapanku ini .

Pernah sekali aku bertanya pada mama apakah nama sebenar tanah berbonggol ini . Kata mama ianya tanah kubur , iaitu rumah orang mati . Kini aku mula tertanya - tanya . Siapa pula yang mati ?

" Siapa yang mati , bang ? Di mana mama ? " soalku polos pada abang kandungku . Abang aku lihat makin teresak - esak sebelum memelukku erat .

" Fiya , mama dah tak ada sayang . Mama dah tak ada . " katanya dengan bibir yang menggeletar . Aku memandangnya pelik .

" Mama dah tak ada ? Mama pergi mana ? Abangggg , mama cuma tidur la . Macam dulu . Mama tidur lama - lama , bila dah cukup energy , mama bangunlah balik . Kan abang ? "

" Sayang , mama dah tak ada . Mama tidur buat selama - lamanya . " terang abang bersama matanya yang berair . Tangan kecilku mula mengesat cecair jernih yang tiba - tiba sahaja terbit di mata .

Kini baru aku faham , yang telah mati itu adalah mamaku . Dia tidur buat selama - lamanya . Mama tidak lagi mahu berjumpaku agaknya . Mungkin juga disebabkan peristiwa semalam . Papa memukul mama sehingga mama tertidur di dalam air . Mungkin . Mungkin air itu yang menjadi punca .

Aku mula teresak . Tangan kecilku memeluk tubuh abang .

" Abang , Fiya nak jumpa mama . Fiya nak peluk mama . Fiya rindu nak bermanja dengan mama . " kataku di bahunya . Dia mengusap rambutku perlahan .

" Fiya , abang pun rindukan mama . Sabar ya sayang . " aku berada di pelukan abang . Wajahku telahpun disembamkan pada dada bidangnya .

" Tapi , Fiya rindukan mama . Fiya nak jumpa mama . Mama tak sayang Fiya ke ? Mama tak rindukan Fiya ke ? Kenapa mama tinggalkan Fiya ? Fiya sayang mama . Fiya rindu nak peluk mama . "

" Sayang , kalau rindukan mama kena sedekahkan Al - Fatihah . Fiya pandai kan baca Al - Fatihah ? " aku mengangguk kemudian menadah tangan . Orang yang berada di kubur mama aku lihat memandangku simpati .

Aquaphobia [ SU ]Where stories live. Discover now