10th File

47.5K 5.2K 1K
                                    

disclaimer : Not related to story. I just want to remind you guys to stay healthy, stay hygiene and stay safe.

* * *



Fanny mengamati sepasang manusia yang tidak henti-hentinya menunjukkan tawa bahagia mereka sejak tadi. Oh well, wajar sebenarnya mengingat ini adalah hari bahagia mereka. Hanya saja, fokus Fanny bukan ke arah pernikahan mereka sebenarnya. Saat pertama kali melihat mempelai pria, otaknya seketika berputar cepat untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaannya yang timbul. Ia sebenarnya bisa bertanya langsung ke Ryan, tapi tentu saja tidak akan Fanny lakukan. It's a sensitive topic for him.

"Mikir apa?" tanya Ryan ketika ia menyadari Fanny menatap ke arah kedua mempelai dengan ekspresi mengernyit tipis.

"Hm? Nothing." Fanny buru-buru menampilkan senyumnya dan menggeleng.

Ryan mengamati ekspresi Fanny selama beberapa saat sebelum ia meraih tangan wanita itu dan menggenggamnya. "Evan dan gue cuma beda setahun. He's younger than me."

"Gue nggak ngomong apa-apa lho, Yan."

"Di jidat lo jelas-jelas ada pertanyaan itu," jawab Ryan sambil menahan senyum—yang membuat Fanny diam-diam menghela napas lega karena sepertinya pria itu tidak terusik. "And yes, ibu kandung dia adalah orang yang sama yang ngelahirin gue."

Fanny berusaha untuk tidak menunjukkan perubahan ekspresi apapun dan tetap mendengarkan Ryan. Meskipun di waktu yang bersamaan, otaknya berputar keras mengingat hal-hal yang sebelumnya pernah Ryan katakan seperti fakta bahwa orang tuanya sudah berpisah sejak ia berumur tiga bulan—meskipun proses cerai mereka secara hukum baru resmi ketika Ryan berusia empat tahun. Jadi itu berarti bahwa bahkan sebelum keputusan cerai secara hukum tersebut, ibu kandung Ryan sudah memiliki anak dengan orang lain—tidak lama setelah ia meninggalkan Ryan yang masih berusia tiga bulan saat itu... right?

It must be hard for him.

"Arrayan."

Fanny merasakan tangan Ryan menggenggamnya lebih erat ketika seseorang memanggil namanya dan menghampiri meja mereka. Oh ralat, bukan seseorang. Melainkan dua orang. Fanny bisa langsung tau siapa mereka. Ibu kandung Ryan beserta suaminya. Ryan memang sudah memberitahu Fanny sejak tadi ketika para keluarga tengah mengikuti acara inti.

Ryan mengangguk tanpa berdiri dari kursinya—sementara ekspresinya tenang dan tidak berubah sedikitpun. "Congratulation on Evan's wedding."

"Thank you for coming, Rayan." Ibunya tersenyum. "And for bringing a beautiful woman, too." Ia beralih ke arah Fanny—masih dengan senyum di wajahnya. "And this beautiful one must be someone that I've heard a lot before. It's—"

"Stephanie. Stephanie Halim." Ryan memotong kalimat wanita di hadapannya sambil melepaskan genggamannya agar Fanny bisa bersalaman dengan kedua orang di hadapannya. "Fan, this is Mr. Erlan Hikmawan and his wife, Mrs. Kartika Hikmawan."

Fanny menangkap perubahan ekspresi di wajah ibu Ryan namun hanya sekilas karena ia kembali tersenyum ramah ke arah Fanny yang kini bersalaman dengan suaminya. "You can call us Tante Tika and Om Erlan. I am Rayan's mother."

"Nice to meet you, Om, Tante." Fanny tersenyum ramah. "Congratulation on your son's wedding, too. They look so great together."

"Thank you." Erlan membalas dengan ramah lalu menatap ke arah Fanny. "By any chance, do you have any relations with Mr. Harry Danendra Halim?"

Fanny mengangguk. "Papa saya, Om."

"Wah, salam untuk beliau ya. Saya pernah beberapa kali bertemu di conference. Saya kebetulan di bidang konstruksi, makanya familiar dengan orang-orang di bidang-bidang sejenisnya."

Requisition (PUBLISHED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang