LISTEN
Bekasi, 3 April 2020
hapsyahnurfalah
☘️ ☘️ ☘️"Ta, kamu diapain aja sama kakak kelas tadi?" tanya Vino dengan penasaran. Kabar Cinta menabrak kakak kelas yang tak lain tak bukan adalah Dewa langsung menyebar seantero sekolah. Vino bahkan juga sudah mendengar segala desas-desus tentang siapa Dewa.
Dewa Argantara, anak Ketua Yayasan SMA Angkasa dengan segala kekayaan yang tajir melintir. Suka bersikap seenaknya dan tak pernah memiliki belas kasih pada para siswa yang berani macam-macam dengannya. Bahkan siswa yang tak pernah mencari masalah pun bisa ikut kena imbasnya untuk memuaskan dahaga pemangsa Dewa.
Sifatnya yang arogan, selalu ingin menang, dan tak pernah takut dengan seseorang bertitel 'Guru' menjadikan Dewa menjadi sosok yang disegani oleh para siswa. Berandalan tapi masih saja dijadikan idola untuk para siswa perempuan yang dibutakan oleh ketampanan juga kekayaan Dewa.
'Nggak diapa-apain,' jawab Cinta santai. Dewa memang tadi langsung pergi begitu saja tanpa berkata apapun padanya.
"Serius kamu? Dia itu anak berandal loh, Ta. Kamu harus jauhin yang namanya Dewa dan dua sahabatnya itu."
Cinta mengangguk kecil atas nasihat Vino padanya. Cinta memang mendengarkan semua yang Vino katakan, tapi jujur, pikiran Cinta sedang tak fokus pada ucapan Vino. Ia memikirkan hal yang lain. Hal yang sebenarnya membuat Cinta sendiri bingung karena memikirkannya.
Setelah mengobrol hampir satu jam lamanya berdua di depan rumah Cinta, Vino pamit pada Cinta untuk pulang ke rumahnya. Cinta melambai sambil tersenyum pada Vino yang kian menjauh darinya.
Cinta menatap gelapnya langit malam di atas sana. Ia kembali menyeruput minuman cokelat miliknya yang hanya tersisa sedikit. Ada sesuatu yang sejak tadi mengganjal hati juga pikirannya.
Lebih tepatnya saat kejadian pagi tadi. Saat Cinta tidak sengaja berjalan mundur dan malah menabrak kakak kelas yang mana bernama Dewa itu. Saat Dewa dan kedua sahabatnya pergi, Cinta melihat ada selembar kertas lusuh terjatuh dari kepalan tangan Dewa. Kertas yang isinya membuat dirinya mau tidak mau jadi kepikiran tentang bagaimana perasaan seseorang yang bernama Dewa itu.
Kertas yang bertuliskan judul; Anak Haram Berinisial DA.
☘️☘️☘️
Hari kedua Cinta bersekolah, belum banyak yang berubah. Sama seperti kemarin bertemu Mira, hari ini Cinta juga bertemu Mira saat mau masuk ke dalam kelas. Gadis itu kembali membully dirinya dengan kata-kata.
Saat perkenalan kemarin pun, semua anak di kelasnya heboh saat mengetahui Cinta benar-benar tidak bisa berbicara. Cinta hanya menuliskan nama lengkapnya dan juga nama panggilannya di papan. Semua siswa juga tidak ada yang mau satu meja dengannya karena kekurangannya itu. Cinta kembali dipaksa untuk menerima kenyataan yang mungkin pahit untuknya. Disudutkan dengan bisik-bisik juga tatapan kasihan harusnya sudah bukan lagi hal baru untuknya.
"Cinta, kamu mikirin apa?"
Cinta menoleh dan sontak tersenyum saat melihat wajah Ajeng di sampingnya. Dari sekian banyak murid di kelasnya, Cinta masih tak menyangka ada satu orang yang mau dekat dengannya.
Namanya Ajeng, Ajeng Dwi Anggraeni, gadis cantik yang memiliki satu lesung pipi kecil di bagian pipi kirinya itu mempersilakan Cinta untuk duduk di sampingnya. Tanpa memandang kekurangan Cinta, Ajeng mengulurkan tangannya untuk pertama kali kepada Cinta.
"Cinta?" Ajeng mengibaskan tangannya di depan wajah Cinta yang kembali melamun.
Cinta hanya menggeleng seraya tersenyum. Bagaimanapun, Cinta masih belum bisa berkomunikasi dengan baik pada Ajeng. Ajeng tidak bisa bahasa isyarat seperti Vino yang sudah terbiasa bicara dengannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LISTEN | ✅
Teen Fiction® | Teen Fiction _HANYA CERITA FIKSI_ Jika mengatakan dan mengungkapkan menjadi sulit, apakah cukup untuk membaca lewat mata dan mendengarkan lewat hati?