☘️Bab 20 | Sahabat Jadi Cinta ☘️

420 70 14
                                    

LISTEN
©Haphap
☘️☘️☘️

"Ta?"

Cinta menoleh singkat sembari merespon pelan karena ada guru yang sedang menerangkan di depan kelas.

"Sejak kapan kamu deket sama Kak Dewa? Bukannya dia pernah jahatin kamu, ya?" bisik Ajeng yang semakin mendekati tubuh Cinta. Gadis itu juga tetap mengawasi pandangan guru di depan sana. Berjaga-jaga agar ia tak ketahuan jika sedang mengobrol di dalam kelas.

Cinta menuliskan sesuatu di dalam buku catatannya lalu menggeser bukunya pada Ajeng dengan tetap menatap ke arah papan tulis. "Aku nggak pernah deket sama Kak Dewa."

"Tapi banyak orang yang ngomongin kalian berdua. Akhir-akhir ini juga kalian selalu bareng ke sekolah, kan?"

Akhirnya Cinta menolehkan kepalanya pada Ajeng lalu kembali menulis di buku catatannya. "Kamu tau itu dari mana?"

"Sudah kubilang kalau banyak orang yang ngomongin kalian, Ta."

"Itu karena Kak Dewa selalu maksa. Aku cuma nggak mau kalau Vino dan Kak Dewa berantem. Lagian, kamu tau sendiri kalau Kak Dewa orang yang suka berantem, kan? Aku nggak mau kalau sampai Vino kena pukul."

"Terus gimana sama Vino kalau nantinya kamu dan Kak Dewa jadi semakin dekat, Ta?"

Cinta sontak kembali menoleh. Kali ini ia menatap mata Ajeng lebih lama dari sebelumnya. Ia bingung karena tiba-tiba Ajeng bertanya kea rah sana.

"Aku nggak ada niat deket sama Kak Dewa. dan Vino, dia yang akan selamanya ada di dekat aku. Dia sahabat aku satu-satunya."

"Hanya sahabat?" tanya Ajeng lagi.

Kini Cinta mengerutkan keningnya dalam. Ia mendadak merasa aneh dan merasa sedikit tak suka dengan pertanyaan Ajeng barusan untuknya. Cinta hendak memegang erat pulpennya lagi untuk menulis sebelum mendengar suara tegas dari arah depan. "Cinta, Ajeng, coba sebutkan 5 hal yang baru saja Ibu jelaskan!"

☘️☘️☘️

Cinta menyeruput es jeruknya sambil menatap Vino yang duduk di hadapannya. Lelaki itu terlihat sedang begitu bersemangat. Ia bahkan selalu tersenyum dan tertawa. Ah, Cinta bahkan sempat lupa jika bukan Vino namanya jika tidak pernah menampilkan ekspresi bahagia.

"Tapi Jeng, menurut lo emang kalau anak bego kayak gue bisa pinter matematika, ya?"

Ajeng tertawa saat memperhatikan ekspresi Vino. "Ya bisalah. Lagian siapa yang bilang lo bego? Setiap orang itu pasti pinter, Vin."

"Tapi sumpah, Jeng, gue paling bego sama matematika. Dari dulu cuma Cinta yang pinter matematika sedangkan gue nggak."

Ajeng kembali tertawa. "Kapan-kapan gue ajarin lo, deh. Tenang aja, lo pasti bisa."

"Wihh, terbaik dah emang temen gue!"

Pupil mata Cinta sontak melebar sedikit dari biasanya saat mendengar kata terakhir Vino kepada Ajeng. Cinta sempat melupakan fakta jika sejak awal yang membuat Vino tertawa adalah Ajeng. Mereka berdua saling menimpali ucapan satu sama lain. Berbeda sekali jika Vino saat bersamanya. Vino pasti hanya akan terlihat heboh seorang diri, sedangkan ia hanya bisa diam.

"Ta!"

Cinta mengerjapkan matanya. Vino baru saja mengibaskan tangan di depan wajahnya. Cinta menaikkan kedua alisnya sebagai ganti pertanyaan.

"Es jeruk kamu udah habis dari tadi, tapi sedotannya masih kamu emutin dari tadi."

Cinta sontak menurunkan pandangannya. Begitu ia menyadari jika sedotannya masih berada di dalam mulutnya, Cinta segera menjauhkan sedotan itu dan duduk dengan tegap kembali.

LISTEN | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang