☘️ Bab 19 | One Step Closer ☘️

365 74 10
                                    

LISTEN
hapsyahnurfalah
☘️☘️☘️

Begitu motor yang dikendarai Dewa masuk ke dalam gerbang sekolah, Cinta tak lagi bisa menghitung berapa banyaknya pasang mata yang menatapnya tak suka. Ini adalah pemandangan langka di mana mereka melihat Dewa membonceng seorang perempuan. Padahal sebelumnya, Dewa tidak pernah terlihat dekat dengan siapa pun apalagi siswa di Angkasa. Bahkan Ratu yang termasuk siswi paling cantik di sekolahnya saja sama sekali tak Dewa lirik sedikit pun.

Cinta turun dari motor Dewa dengan perlahan. Motornya yang tinggi sedikit menyulitkan Cinta yang hendak turun. "Pegangan aja apa susahnya?" sindir Dewa sambil membantu Cinta dengan menggenggam tangan gadis itu agar memudahkannya untuk turun.

Setelah berhasil turun dari motor, Cinta langsung menarik tangannya dari dalam genggaman tangan Dewa. Ia mengetikkan sebuah pesan untuk Dewa melalui ponselnya.

"Makasih, Kak." Cinta berniat untuk segera pergi dari hadapan Dewa, sebelum lelaki itu sempat berkata apa-apa.

Cinta melewati lorong koridor dengan cepat. Ia hanya ingin segera sampai di kelas karena tak sanggup jika harus terus memakan tatapan sinis dari siswa lainnya. Ia jadi menyesal mengiyakan ajakan Dewa yang ingin mengantarnya ke sekolah.

Grep!

Ayunan kaki Cinta sontak terhenti begitu ia merasakan ada cekalan di tangannya yang membuatnya kembali mundur ke belakang. Begitu Cinta mengangkat pandangannya, ia menemukan Ratu dan beberapa siswi lainnya yang sudah berdiri di hadapannya.

"Lo cewek yang waktu itu bikin Dewa sama Rendra berantem 'kan?"

Cinta mencoba melepaskan cekalan tangan Ratu di tangannya. Tapi nihil, karena cekalan itu semakin kuat terasa.

"Peraturan di sekolah ini itu, anak baru nggak usah banyak bertingkah. Dan lo, lo udah terlalu banyak berulah di sekolah ini."

Cinta menghela napas perlahan. Ia heran dengan orang-orang di sekolah ini. Padahal ia tak melakukan hal yang salah, tapi semua orang di sekolah itu rasanya selalu saja memojokkannya. Setiap harinya selalu saja ada orang yang mengganggunya.

"Maksud lo apa datang pagi ini satu motor sama Dewa? Lo mau pamer kalau sekarang hubungan lo sama dia udah baik? Atau lo mau pamer kalau sekarang lo udah punya hubungan khusus sama Dewa?"

Cinta hanya diam. Tak menanggapi. Ia mulai risih dengan siswa lainnya yang kini malah membentuk lingkaran untuk mengelilingi dirinya. Memangnya ia tontonan sampai terus diperhatikan seperti itu?

"Cewek bisu aja banyak belagu! Lo harus tau, ya, kalau Dewa itu nggak cocok sama lo."

"Eh, Rat, psst!"

"Ah, apaan sih?" kesal Ratu karena temannya yang menyenggol lengannya. Seolah menginterupsinya agar tak lagi banyak bicara.

"Itu, depan lo ...," bisiknya.

"Apaan si—" sanggahan Ratu mendadak terjeda begitu melihat sosok yang ada di belakang tubuh Cinta. "Selalu aja ikut campur," lanjutnya dengan mendesis pelan. Selanjutnya ia menatap Cinta kembali dengan sinis untuk beberapa detik sebelum akhirnya memutar tubuh seraya berkata pada teman-temannya, "Ayo, cabut."

Melihat Ratu dan teman-temannya pergi, Cinta kembali memilih untuk melanjutkan langkah. Sepanjang jalan ia menundukkan kepalanya. Tidak sanggup jika harus mengangkat kepala sementara orang-orang terus menghujamnya dengan tatapan tak suka. Bertepatan saat kaki Cinta ingin melangkah masuk ke dalam ruang kelasnya, sebuah tarikan dengan telapak tangannya membuat ia memutar tubuh secara paksa.

LISTEN | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang