☘️ BAB 10 | Karena Dewa

376 80 10
                                    

Apakah orang yang memiliki keterbatasan harus selalu berada di lingkungan yang gelap tanpa boleh berteman dengan banyak orang?•
_________

LISTEN
@hapsyahnurfalah
☘️☘️☘️

Dewa melirik jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam masuk sudah berlalu 30 menit, tapi ia baru akan menuruni atap sekolah dengan sepasang earphone yang masih menempel di telinganya. Sesantai hidupnya, ia juga santai menghadapi guru yang sudah pasti akan memarahi dirinya yang terlambat masuk kelas.

Lelaki itu menarik satu tali tasnya ke bahu ketika tali tasnya itu merosot. Tangannya memainkan ponselnya sambil mengangguk-anggukan kepala mengikuti alunan musik.

Kelasnya sudah terlihat. Koridor juga sudah tampak sepi dari anak-anak yang biasanya masih berkeliaran ketika jam pelajaran belum di mulai. Tadi saat ia melewati kelas Rendra dan juga Tama, Dewa sempat menunjukkan jari tengahnya pada kedua sahabatnya sebagai candaan yang rupanya benar ditanggapi dengan tawa oleh keduanya. Dewa hanya bisa tertawa diam-diam sambil terus berjalan begitu mendengar kedua sahabatnya itu dimarahi oleh guru.

Dewa menarik gagang pintu kelasnya dengan santai. Ia masih menunduk untuk melepas earphone ke dalam saku celananya. Dewa merasakan kelasnya itu jauh lebih hening dari biasanya. Begitu ia menutup kembali pintu kelas dan mengangkat pandangannya, matanya sedikit membulat. Kaget melihat sosok pria yang sedang berdiri di depan kelas.

"Untuk kalian semua, jangan pernah mencontoh siswa yang kelakuannya buruk. Angkasa bukanlah sekolah untuk anak malas yang selalu datang terlambat ke kelas."

Dewa masih berdiri di tempatnya. Ia sedikit tersenyum samar mendengar papa kandungnya yang saat ini sedang bersikap sebagai Ketua Yayasan memberikan petuah pada teman-teman kelasnya. Tentu saja, petuah itu adalah bentuk sindiran untuknya.

"Mulai minggu depan, siapa pun di sekolah ini yang melanggar tiap-tiap peraturan sekolah akan diberikan sanksi yang lebih berat. Pengurangan poin juga bentuk skors akan semakin masif dilakukan. Dan itu semua akan berimbas pada nilai rapot kalian dari segi akhlak juga kedisiplinan."

Berbeda dengan teman sekelasnya yang menatapnya khawatir, Dewa tetap berdiri santai dan terus memperhatikan papanya. Dewa tahu, pasti papanya sadar akan kehadirannya.

"Sekian pesan dari saya. Jangan pernah lupakan dan abaikan amanah saya maupun dari guru-guru yang lain." Adrian memutar tubuhnya. Begitu matanya bertemu pandang dengan mata Dewa, Adrian tersenyum kecil.

"Ikut saya ke ruangan. Kamu pasti tau, kan, jika kamu terlambat hampir 35 menit?"

Dewa menurunkan kepalanya, menunduk hormat. "Maafkan kesalahan saya."

"Ikut saya ke ruangan," kata Adrian dengan pengucapan yang lebih jelas dan tegas. Rautnya menggambarkan kondisi serius di mana seharusnya Dewa merasa bersalah, bukannya malah berusaha menyembunyikan senyumnya yang membuat Adrian semakin geram.

☘️☘️☘️

Cinta masih diam menatap seragam olahraganya. Ketika anak perempuan mulai ke kamar mandi berganti pakaian, Cinta masih duduk di kursinya. Tangannya menggenggam secarik kertas yang baru saja ia temukan di kolong mejanya.

Cewek bisu nggak pantes jadi bagian SMA Angkasa!

Cinta menelan salivanya gugup. Sebegitu bencinya kah orang-orang pada dirinya hanya karena ia gadis bisu? Apakah orang yang memiliki keterbatasan tidak boleh ada di lingkungan orang normal? Apakah orang yang memiliki keterbatasan harus selalu berada di lingkungan yang gelap tanpa boleh berteman dengan banyak orang?

LISTEN | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang