☘️ BAB 8 | Berani Berulah

498 69 6
                                    

LISTEN
hapsyahnurfalah
☘️☘️☘️

⚠️ Mohon maaf byk kata" kasar di part ini

Keadaan kelasnya sudah sepi, sedangkan Cinta masih berada di dalam kelasnya. Cinta masih terkejut pada dirinya sendiri yang tadi sempat melawan 3 kakak seniornya di kantin. Matanya menatap telapak tangannya yang masih memerah. Tangan yang ia gunakan untuk mencengkeram erat tangan Dewa.

Cinta mendesis dan menjitak kepalanya pelan. Kenapa kamu sok berani begitu? Nanti gimana kalau kakak itu balas dendam? Kenapa nggak langsung pergi aja tanpa harus cari ribut?

Cinta terus saja bicara pada dirinya sendiri dengan bahasa isyarat. Penyesalan memang selalu terjadi belakangan. Embusan napas panjangnya menjadi saksi terakhir kalau Cinta memang menyesali perbuatannya siang tadi di kantin. Bukannya sekolah dengan tenang, kini Cinta malah menambah gosip-gosip baru yang menyebar ke seluruh penjuru sekolah bahwa; Ada anak baru yang berani mengganggu Dewa Argantara.

Bertepatan saat Cinta ingin kembali menjitak kepalanya sendiri, sebuah tangan yang menghalangi keningnya membuat Cinta menoleh cepat. Matanya membulat.

"Kalau mau biar cepet benjol, aku bisa bantu jitak." Ujar Vino dengan memberikan cengiran bibirnya untuk Cinta.

Cinta kembali mendesis panjang dan memilih mendorong tubuh Vino agar sedikit menjauh darinya. Punya sahabat menyebalkan seperti Vino memang memaksa Cinta untuk harus banyak bersabar.

"Aku teleponin kamu dari tadi nggak diangkat sih? Aku kan nungguin di gerbang, nggak tahunya kamu masih di sini."

Cinta hanya diam tak menjawab. Ia memilih untuk merapihkan semua barang-barangnya dan memasukkannya ke dalam ransel. Setelap siap ia langsung berdiri dan meninggalkan Vino yang sejak tadi kesal karena ia abaikan.

"Begitu ya sekarang kalau punya temen baru. Sahabat lama diabaikan dan dibuang."

Mendengar Vino mengucapkan kalimat lebay barusan, Cinta langsung menyenggol pinggang Vino dengan sikutnya. Keduanya sama-sama tertawa sambil berjalan beriringan menyusuri koridor dan keluar dari gerbang sekolah.

"Ta, betewe yang kejadian di kantin siang tadi kamu kenapa berani banget gitu sih?"

'Itu semua gara-gara kamu. Harusnya kamu nggak ngajak senior itu ribut dengan tatapan mata kamu. Kan aku jadinya mau ikutan.'

Vino tertawa mendengar penjelasan sahabatnya. "Dasar kamu sok pemberani. Pokoknya tadi siang adalah terakhir kalinya kita berdua cari perkara sama mereka. Seterusnya nggak deh, nggak enak juga kalau sampai satu sekolah tahu ada anak baru kayak aku yang gantengnya ngalahin senior sok kuasa itu."

Cinta tertawa mendengar Vino membicarakan Dewa dan kedua sahabatnya. 'Dasar manusia narsis!'

Sepanjang perjalanan mereka dari gerbang sekolah menuju halte bis, Vino terus saja membuat Cinta tertawa dengan cerita recehnya yang terkadang absurd untuk didengar. Saking fokusnya dengan cerita Vino, Cinta sampai tidak sadar jika ia terus saja berjalan ke arah kanan dan malah menuju ke tengah jalan.

Dari arah belakang Cinta dan Vino, sebuah mobil sedan berwarna putih melintas cepat dan membunyikan klakson dengan begitu kencang sehingga Vino yang terkejut langsung menarik tubuh gadis itu ke dalam pelukannya. Hampir saja Cinta tertabrak oleh pemilik mobil tersebut.

"Woy, kalau jalan liat-liat!!" seru Vino tak terima. Menyadari tubuh Cinta yang bergetar, Vino langsung memegang kedua bahu sahabatnya.

"Ta, kamu nggak papa? Ada yang sakit?"

LISTEN | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang