•Berhenti berulah di hidup gue, kalau lo nggak mau hancur seperti orang yang pernah lo saksikan hancur di atap sekolah.• __Dewa
LISTEN
hapsyahnurfalah☘️☘️☘️
"Ta?"
"Ta?" Vino mengibaskan tangannya di depan wajah Cinta, tapi gadis itu tetap terbengong menatap ke depan tanpa menghiraukan panggilannya.
"Cinta!" seru Vino tak sabar.
Cinta langsung mengerjapkan mata dan menatap Vino dengan raut wajah bertanya.
"Kamu aku panggilin dari tadi tau!"
Cinta tersenyum simpul. "Maaf, tadi kamu mau ngomong apa?"
"Nggak jadi, udah lupa akunya."
"Iih, gitu aja ngambek."
"Lagian kamu mikirin apa sih, Ta? Di langit bahkan nggak ada bintang. Adanya aku di samping kamu."
Cinta langsung mendengus geli dan menyenggol bahu Vino sambil tertawa kecil. "Jadi ... tadi, kita udah sampe mana ngerjain tugasnya?"
"Tugas aku udah selesai, kamu yang belum!"
Mendengar Vino yang berteriak di depan wajahnya, Cinta langsung mendorong kening lelaki itu seraya berkata dengan bahasa isyarat, "Biasa aja!" balasnya penuh penekanan. Membuat Vino lantas terbahak melihat reaksi Cinta yang kesal padanya.
Melihat Cinta yang akhirnya hanyut dalam tugas sekolahnya, Vino menatap wajah bening sahabatnya dari samping. Rambut hitam Cinta membuat tangan Vino terulur dan mengusapnya lembut. Aktivitasnya itu membuat Cinta menolehkan kepala dan melihat senyum Vino yang terukir manis di hadapannya. Entah mengapa, senyum manis Vino selalu berhasil memberanikan warna tersendiri. Melihat Vino tersenyum seolah memberikan kekuatan baru dalam diri Cinta.
"Aku sayang kamu, Ta."
Angin malam yang berembus di sekitarnya membuat leher Cinta merinding dingin, namun tatapan mata Vino yang lekat padanya membuat Cinta terpikat untuk sesaat. Seolah ia tak ingin kehilangan momen tatapan mata Vino padanya.
"Kamu nggak sayang aku?"
Cinta mengangkat satu alisnya sebagai pertanyaan balik.
"Aku sayang kamu sebagai sahabat aku, kamu sayang aku juga nggak?"
Cinta tersenyum samar. Cinta sangat memahami status mereka berdua. Hanya sahabat. Sejak kecil hingga sekarang, Cinta dan Vino memang hanya sepasang sahabat.
"Sayang," kata Cinta pada akhirnya.
Vino langsung tersenyum lebar. Ia menepuk puncak kepala Cinta dengan bangga. Cinta kembali berpura-pura fokus pada soal di buku paketnya. Ia mengabaikan tangan Vino yang terus saja membelai puncak kepalanya. Tak tahan dengan kelakuan Vino yang sebenarnya manis, Cinta langsung menyingkirkan tangan sahabatnya itu dari atas kepalanya.
"Berat."
"Masa berat, sih? Bukannya yang berat itu rindu, ya? Kayak rindu dari Dylan buat Milea."
"Iih, geli banget!"
"Berarti yang menggelikan itu Dylan, bukan aku. Aku mah nggak menggelikan, cuma kadang suka malu-maluin aja."
Cinta dan Vino sontak tertawa bersama. Untuk sejenak, Cinta melupakan kekhawatirannya di sekolah karena kehadiran Vino di rumahnya. Untuk sejenak, Vino hanya ingin melihat Cinta tersenyum juga tertawa karena dirinya. Selama berdua, maka itu cukup untuk mereka. Saling mendukung kelebihan juga melengkapi kekurangan masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
LISTEN | ✅
Teen Fiction® | Teen Fiction _HANYA CERITA FIKSI_ Jika mengatakan dan mengungkapkan menjadi sulit, apakah cukup untuk membaca lewat mata dan mendengarkan lewat hati?