•Bisakah orang seperti dirinya menjadi alasan gadis itu untuk tersenyum dengan tulus sama seperti yang ia lihat saat ini?• ___Dewa
LISTEN
@hapsyahnurfalah
☘️☘️☘️"Gimana kondisi Cinta, Bunda?" tanya Vino khawatir setelah bundanya Cinta keluar dari kamar gadis itu.
"Dia demam, Vin. Akhir-akhir ini memang kondisi Cinta sedang kurang baik. Dia banyak melamun dan terlihat seperti memikirkan banyak hal yang membuat Bunda sendiri jadi khawatir."
Vino menghela napas berat jadinya. "Maafin Vino ya, Bun. Harusnya Vino lebih baik lagi jaga Cinta."
Rina menggeleng lirih. Ia mengusap puncak kepala Vino yang sudah ia anggap seperti anaknya sendiri. "Nggak, Vin, kamu sudah banyak bantu Bunda jaga Cinta. Kamu pasti tahu, kan, seberapa pengen Cinta belajar mandiri atas dirinya? Dia nggak pengen menyusahkan orang-orang yang ada di sekitarnya. Makanya, terkadang Cinta akan memendam semua masalah yang ada di dirinya."
Lidah Vino rasanya gatal ingin menceritakan bagaimana hari-hari Cinta yang terus tersiksa oleh manusia-manusia Angkasa yang seolah tak bisa menerima keberadaan Cinta. Rasanya lidah Vino gatal ingin meminta Rina untuk memindahkan saja Cinta dari Angkasa dari pada harus melihat gadis itu kian terluka setiap harinya.
"Kamu masih mau nunggu di sini atau mau pulang? Bunda mau buatkan bubur dulu buat Cinta soalnya."
"Boleh Vino temenin Cinta sebentar, Bun?"
"Tapi baju kamu basah, loh. Baiknya kamu ganti baju dulu, nanti yang ada kamu malah ikutan sakit lagi."
"Vino mah kuat, Bun!" seru Vino dengan mengepalkan tangannya ke atas. Mengabaikan tubuhnya yang bergidik kedinginan karena bajunya yang basah.
"Jangan, ah. Pakai baju kamu yang sudah Bunda siapkan di atas meja belajar Cinta, ya. Nanti setelah itu baru kamu boleh temenin Cinta."
"Kok Bunda bisa punya baju aku?"
"Kamu yang sering main ke sini dan seenaknya ninggalin baju di jemuran," sindir Rina yang membuat Vino terkekeh malu.
Setelah mengganti pakaiannya dengan yang lebih hangat, Vino masuk kembali ke dalam kamar Cinta. Ia menatap sahabatnya yang kini sedang terlelap di dalam balutan selimut tebal. Wajah sahabatnya itu pucat pasi dengan warna bibir yang hampir berwarna ungu.
Tangan Vino terulur menyentuh kening Cinta yang ditempeli handuk basah. Merasakan keningnya Cinta yang masih panas, Vino lantas kembali mencelupkan handuk tersebut ke dalam baskom yang berisi air dingin. Ia juga memijit lengan Cinta dengan gerakan perlahan. Ia hanya ingin sahabatnya segera sembuh.
"Ta ...," panggil Vino. "Jangan sakit lagi, ya? Aku sedih liat kamu tidur kayak gini."
Vino beranjak berdiri dari duduknya. Diusapnya puncak kepala Cinta dengan gerakan yang lembut. Ia mengecup puncak kepala Cinta untuk beberapa detik seraya berbisik di telinga Cinta, "Cepet sembuh, Kesayangan."
☘️☘️☘️
Dewa sudah duduk lebih dari 30 menit di ruang guru, tepatnya duduk di depan meja wali kelasnya. Sejak tadi ia mencoba bersabar dengan segala ocehan dan omelan dari wali kelasnya itu.
"Dewa, apa kamu mendengarkan Bapak bicara?" Pak Hartono bertanya dengan mata yang menatap tegas ke arah Dewa.
Dewa hanya diam tanpa menjawab. Berkat perkaranya dengan Cinta lusa lalu di ruang kelas, akhirnya ia dipanggil ke ruang guru. Ia yakin
KAMU SEDANG MEMBACA
LISTEN | ✅
Teen Fiction® | Teen Fiction _HANYA CERITA FIKSI_ Jika mengatakan dan mengungkapkan menjadi sulit, apakah cukup untuk membaca lewat mata dan mendengarkan lewat hati?