☘️ Bab 17 | Kedatangan yang mengejutkan ☘️

346 68 15
                                    

LISTEN
@hapsyahnurfalah
☘️☘️☘️

Cinta turun dari atas motor begitu Rendra menurunkannya di depan gang. Gadis itu melepas helm yang sejak tadi merekat di kepalanya dan memberikannya kepada Rendra yang masih bertengger di motornya.

Tangan Cinta bergerak membentuk sebuah gerakan yang berarti, "Terima kasih."

"Apa maksudnya? Gue nggak ngerti," jawab Rendra jujur dengan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Cinta tersenyum kecil lantas membuka ponselnya. Setelah mengetik maksud yang sama, Cinta menunjukkan layar ponselnya pada Rendra.

"Ooh, ya, sama-sama." Rendra tersenyum simpul. Tangannya hendak terulur menyentuh puncak kepala Cinta sebelum akhirnya gadis itu memilih mundur selangkah dan tersenyum kikuk.

Rendra tertawa. "Gue cuma mau bantu rapihin rambut lo doang." Bibir Cinta membentuk huru O besar sambil terkekeh kecil karena sudah memikirkan yang tidak-tidak.

"Betewe lo serius mau gue turunin di sini aja? Kenapa nggak sampai rumah aja?" Cinta menggelengkan kepalanya, sungkan.

"Oke deh, lo hati-hati ya sampai rumah. Dan sekali lagi sorry buat yang tadi." Anggukan kepala serta senyum tipis diberikan oleh Cinta.

"Itu adalah pertama kalinya gue hampir bikin orang mati. Gue bener-bener speechless sama ketololan gue sendiri. Kalau aja sahabat gue nggak nolongin lo, mungkin lo ...." Rendra memilih untuk tidak melanjutkan pikiran negatifnya itu. "Dan karena gue juga, sahabat gue juga mungkin terluka lagi. Gue emang bodoh banget."

Seakan menangkap satu kalimat yang disampaikan Rendra barusan, Cinta mengetikkan sesuatu di ponselnya untuk bertanya pada Rendra. "Sahabat kamu kenapa?"

"Emm ... ini sebenernya rahasia. Karena orang luar yang tahu tentang ini pun cuma gue sama Tama. Dia pasti akan marah besar kalau ada orang lain yang sampai tahu kelemahannya."

"Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih sama dia."

"Dia nggak akan mengharapkan itu, karena gue tau apa yang dia lakuin ke lo tadi itu tulus. Tapi kalau lo emang mau ngucapin terima kasih sama dia, lo bisa datang ke atap sekolah."

Air muka Cinta sontak berubah mendengar Rendra mengatakan; atap sekolah. Tempat itu mengingatkannya akan sesuatu yang mengerikan.

Rendra terkekeh geli seakan memahami apa yang saat ini sedang Cinta rasakan. "Apa yang lo liat hari itu cuma sebagian kecilnya aja." Cinta lagi-lagi bergidik hingga Rendra kembali melanjutkan, "Tapi perlu lo tau kalau sahabat gue nggak akan pernah sampai begitu sama orang lain kalau nggak ada hal yang begitu sensitif menyerang dia. Lo nggak tau apa-apa, jadi wajar lo takut. Yang jelas, selama lo nggak cari masalah yang paling inti di diri Dewa, sahabat gue, lo akan tetap baik-baik aja."

Cinta mengerucutkan bibirnya, membuat Rendra menjitak keningnya pelan. "Jangan mikir yang serem-serem. Gue bisa jamin kalau Dewa nggak akan lagi gangguin lo, yang sebelumnya itu karena dia masih kesel sama lo yang ikut campur masalah dia di atap sekolah. Karena gara-gara lo, dia kesel nggak bisa berhasil bunuh lawannya."

Mata Cinta sontak membulat lebar.

"Buahahahaha!" Rendra sontak terbahak dengan puasnya. "Gue Cuma bercanda, Ta. Intinya, kalau lo mau ketemu Dewa, lo bisa pergi ke atap sekolah saat jam istirahat siang."

Melihat Cinta yang seolah masih memikirkan sesuatu, tangan Rendra kembali menjitak pelan kening gadis itu. "Lo mikirin apa?" tanyanya.

Cinta mendengus pelan seraya menggelengkan kepalanya.

LISTEN | ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang