Wu Yi Fan, ayah dari Wu Yi Bo tengah terjebak dalam pesona pria berjas merah muda, yang membungkus tubuh indahnya. Seperti kelopak tulip yang baru mekar di pagi hari, dengan senyum kelinci yang menggemaskan.
Si cantik meletakkan lengannya di pundak Wu Yifan. Sedang tangan duda bermarga Wu senantiasa memeluk erat pinggang si pria cantik.
"Apa kau karyawan di perusahaanku?" Yifan bertanya.
Bersama gerak tubuhnya yang tengah berdansa dengan si pria."Tadi pagi anda menyuruh saya mengajari tuan muda Yibo bernyanyi"
Kedua alis Yifan mengernyit, mencoba mengingat sesuatu.
"Oh, kau karyawan magang itu?siapa namamu?"
Tangan kiri si pria manis, berpindah ke dada Yifan, membetulkan letak bunga di saku jasnya yang sebenarnya tidak bergeser atau miring.
"Namaku Kim Xiao Zhan, Tuan boleh memanggil saya Zhan."
"Jika Tuan Wu takut lupa, cukup letakkan nama saya di sini ...!" Zhan menunjuk dada kiri Yifan dengan jemari lentiknya. Dengan cepat Yifan mengambil jemari itu kemudian mengecupnya pelan.
"Panggil aku Yifan ...!" mata tajam itu, menembus pertahanan Zhan. Suara seksinya mampu menghangatkan perut bagian bawahnya. Jika tak ingat akan pesta dan harga diri, sudah tentu Zhan akan menghukum mulut itu, yang berani-beraninya menggoda dan mengeluarkan suara berat yang merusak tatanan hormonnya.
Mereka berdua seolah lupa dunia tempat mereka berpijak, terhanyut oleh musik dan suasana. Hingga seorang ayah lupa akan keberadaan anaknya, yang tengah dikerubungi om-om berdasi panjang, berperut besar. Dan tante-tante yang berpakaian ketat dengan belahan dada yang sangat rendah.
"Tuan muda Wu tidak ikut berdansa seperti ayah anda?" pertanyaan yang terlontar dari beberapa pria dan wanita dewasa yang terlihat kelaparan. Yibo mengacuhkannya, ia lebih suka menghabiskan batre di ponselnya untuk bermain game.
Perempuan berkuncir kuda duduk di sebelah Yibo. Si tuan muda hendak bergeser menjauh. Namun sayang di sebelahnya menunggu seorang perempuan berdada besar dengan lipstick merah merona mengerling ke arah Yibo.
Yibo ingat wanita ini adalah pemilik butik gucci langganan ayahnya. Ia sering mengirimi ayah Yibo hadiah yang mahal, berharap suatu saat bisa menjadi nyonya Wu dan ibu dari Yibo.
Yibo menahan perutnya yang tiba-tiba mual melihat kumpulan wanita yang mendekatinya paksa, untuk menarik perhatian. Mungkin mereka berpikir, untuk menjerat sang Ayah harus mendapatkan restu si tuan muda dulu.
Yibo memutar bola matanya malas, ia bangun dari duduknya. Memanggil pelayan yang membawa minuman melewatinya. Yibo mengambil gelas berisi sampanye, membawanya ke halaman belakang, dekat kolam renang, untuk mencari ketenangan.
Yibo hendak meminum isi di gelasnya sampai suara lembut menginterupsi gerakannya.
"Jika anda minum sampanye dalam keadaan perut kosong, bersiap-siaplah untuk segera mabuk,"
"Gelembung alkohol yang berada di dalam sampanye menghasilkan karbondioksida, dan dapat membuat seseorang merasa hangover berkepanjangan. Hal ini juga disebabkan oleh cepatnya alkohol masuk ke dalam peredaran darah."
Yibo mau tidak mau menoleh ke arah sumber suara, wanita muda berkuncir kuda. Dan merupakan satu-satunya wanita yang berpakaian sopan di pesta.
Yibo paling tidak suka ada orang asing yang mencampuri urusannya. Ia tidak mengindahkan pernyataan dari wanita di sampingnya.
Gelas di tangan Yibo telah terangkat mendekati bibirnya, sayang sekali saat Yibo ingin menyentuh bibir gelas itu, sebuah tangan yang bening seperti dibuat dari serpihan berlian, bergerak anggun mengambil gelas di tangan Yibo dan menggantinya dengan gelas yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Daddy, Hot Mommy (End)
FanfictionApa jadinya jika kita memiliki Ayah yang kelewat tampan dan sexy? itulah yang dialami Yibo saat ini. Ia harus bersaing dengan ayahnya sendiri dalam merebut hati orang yang sangat ia cintai. Yibo mengalami kesulitan dengan ibu tiri yang seringkali me...