Sad Ending?

3.9K 384 76
                                    

Mansion yang luas itu terlihat mencekam, bukan karena hantu atau apapun yang berkaitan dengan supranatural.

Mereka berempat, Yifan, Yibo, Zhan dan Suho. Duduk dalam satu ruangan, ada meja di tengah mereka dengan empat cangkir yang mulai dingin. Yifan menatap Yibo, Yibo menatap balik ayahnya. Zhan menutup muka, mencari celah untuk bicara. Sementara Suho diam saja, merenungi nasibnya.

Nasib seorang adik yang jatuh cinta pada calon suami kakaknya.

"Tidak ada yang harus mengalah di antara kalian, sebaiknya aku yang pergi dari sini ...." Zhan putus asa, ia merasa ini jalan satu-satunya.

Jika Zhan pergi, mungkin kehidupan ayah dan anak itu akan kembali tenang. Tak akan ada perselisihan, adiknya bisa memiliki Yifan. Menggantikan dirinya.

Yifan juga tidak mencegah keputusan calon istrinya. Setelah tadi Yibo mengakui, perasaan apa yang ia miliki terhadap Zhan. Yifan menjadi dingin dan kejam. Ia membiarkan Zhan naik ke atas, untuk mengambil barang-barangnya di kamar.

Suho merasa bersalah, kehadirannya membuat keharmonisan rumah tangga itu pecah. Suho ingin menyusul Zhan ke kamarnya, tapi Yifan mencegahnya.

Hanya Yibo yang tampak gelisah, ia berlari menaiki tangga. Memasuki kamar yang ditempati Zhan dengan tergesa.

Yibo memeluk tubuh kurus yang lebih tinggi darinya beberapa centi, dari belakang.

"Jangan tinggalkan aku ...." Yibo meremas dada Zhan, melampiaskan tangisannya.

Xiao Zhan bergeming, dirinya benar-benar tak kuasa menahan laju air matanya. Merasakan bagaimana pelukan Yibo menyalurkan derita. Remaja itu hanya ingin diakui keberadaannya oleh orang lain.

Selama ini, semua orang hanya melihat Wu Yifan. Keberadaan Wu Yibo seperti bayangan. Tidak tampak.

Pertama bertemu Zhan, tatapan pria itu berbeda. Ia menyadari keberadaan Yibo, mendekati Yibo tanpa sungkan. Bahkan menggoda Yibo tanpa malu.

Disitulah Yibo merasa keberadaannya di dunia diamati oleh orang lain. Ternyata ada seseorang yang tidak hanya melihat ayahnya di dunia ini. Ada sepasang mata yang melihat Yibo bukanlah anak Wu Yifan. Mereka adalah dua orang yang berbeda.

Dalam kehidupan Yibo yang menginjak remaja, hanya Zhan-lah yang dengan suka cita menyeret Yibo dalam godaannya. Orang lain akan mengalihkan pandangan dari Yibo jika ada Yifan di antara mereka.

Yibo tidak ingin menangis, ia ingin melawan perkataan ayahnya. Tapi yang dikatakan Zhan di ruang tamu tadi ada bernanya.

"Masa depan apa yang bisa diberikan anak usia 17 tahun kepadanya?"

Yibo tidak menyerah oleh kata-kata itu. Ia ingin memberikan jeda pada waktu. Sampai tiba saatnya Yibo menyamai ayahnya, saat itu pula ia akan membawa Zhan kembali padanya.

Tangan Zhan terhenti, dari gerakannya menurunkan pakaian di lemari. Ia harus membicarakan ini lagi pada Yibo. Ada hal yang harus dijelaskan dengan logika, ada pula yang hanya bisa dijelaskan oleh air mata.

Zhan berbalik, menangkup wajah Yibo dengan kedua tangannya. Menyembunyikan air matanya untuk sementara. Ia tersenyum getir, pada luka yang ada di mata remaja itu.

"Yibo dengar, aku mencintai Ayahmu. Tapi aku memilih pergi karena aku ingin melihatnya bahagia. Begitupula dirimu, jika kau mencintaiku, biarkan aku pergi ... Dalam perjalanan hidupmu yang masih panjang, mungkin kau akan temukan seseorang yang bisa mencintaimu juga ...!"

Senyuman Zhan akhirnya runtuh, dikalahkan oleh nyeri di hatinya. Air mata telah menggantikan tugasnya, untuk menjelaskan kepedihan di sana.

Yibo meraih tangan yang berada di kedua pipinya itu, lalu mengecupnya pelan.

"Jangan khawatir, satu-satunya yang dimiliki waktu saat ini adalah perpisahan. Tapi tidak esok hari, aku akan mencarimu. Dan saat aku menemukanmu, kupastikan hatimu sedang tidak menjadi milik siapa-siapa ...."

Senyuman Xiao Zhan tenggelam dalam isakan. Ia memeluk Yibo, merasakan dada yang berdetak untuknya terakhir kali.

Yibo tahu, ayahnya masih ada di rumah ini dan bisa saja melewati kamar ini. Tapi Yibo telah mematuhi perasaannya sendiri. Ia menangkup wajah Zhan semedikian dekat dengan wajahnya, lalu mengecup bibirnya pelan.

Xiao Zhan membiarkan itu terjadi, mungkin karena ini yang terakhir kali. Ia memejamkan mata, dan Yibo mendaratkan ciumannya. Kali ini lebih hangat dari sebelumnya, sembari lidah itu masuk, tangan Yibo yang lain menarik pinggang Zhan dan mengusir jarak tubuh mereka.

Zhan pasrah, Yibo tidak menyerah. Melumat bibir itu dengan cara yang indah.

.

Zhan kembali ke rumah ini. Rumah yang membesarkan dirinya. Rumah penuh kenangan di masa kanak-kanaknya. Ia tersenyum melihat ayunan yang dulu hanya seutas tali yang digantung di pohon. Kini jadi ayunan besi yang kokoh penuh warna.

Xiao Zhan membuka pintu pagar yang mulai reot, dan beberapa bagian yang terkelupas.

Ia mengetuk pintu ruang tamu.

Sosok pria paruh baya menatap aneh ke arahnya, apalagi melihat koper besar yang dibawa Zhan.

"Zhan ...." pria itu bergumam.

Zhan memeluk tubuh kurus di depannya. Kim Heechul adalah sosok ibu sekaligus ayah bagi Zhan. Ia tidak bisa menyembunyikan apapun dari pria  yang ia panggil Madam.

Tangisan Zhan meledak di dada Kim Heechul. Ia tidak perlu berpura-pura kuat di depan madamnya. Ia benar-benar terisak, meluapkan segala beban yang sejak tadi menghimpit dadanya.

Heechul membawa Zhan duduk di kursi, beberapa anak usia sekitar 6 sampai 12 tahun berlari ke arah mereka.

"Kak Zhan pulang, Kak Zhan pulang!"
Mereka berseru gembira. Zhan memeluk mereka satu persatu, mencium pipi mereka penuh kasih.

"Kakak tidak membawa oleh-oleh?" yang paling kecil bertanya.
Xiao Zhan menggeleng.

"Kenapa kakak menangis?" tanya anak yang paling besar.

Xiao Zhan tersenyum palsu.
"Kakak terlalu bahagia berada di antara kalian ...."

Mereka memeluk Xiao Zhan ramai-ramai.

Berada di antara adik-adik kecilnya, membuat beban di dada Zhan berkurang. Kasih sayang mereka menambal lukanya. Kehangatan keluarga yang selalu Zhan rindukan.

Kim Heechul membawa Zhan ke kamarnya, ia ingin mendengar permasalahan apa yang menimpa anak asuhnya. Sampai ia pulang dalam keadaan menangis.

Xiao Zhan menceritakan semua peristiwa yang terjadi saat ia bersama Yibo dan Yifan. Serta adegan saat Suho datang, bergabung dengan mereka dan menjadi orang ketiga antara dirinya dengan Yifan.

Heechul terdiam beberapa lama. Ia mengamati dari sudut pandangnya. Semua terasa janggal, mungkin ada kesalahpahaman. Tapi Heechul masih ingin mencari tahu kebenarannya.

Ia menyuruh Zhan beristirahat, dan turun saat makan malam sudah siap.








Tbc.










Jangan lupa mampir di cerita Yizhan yg lain
Angel and Agent
Soalnya disitu sepi dan adem ayem aja, kek kuburan Cina.
Padahal udah memasuki secene papapa.

Kalo banyak yg gak suka mending kutarik aja, daripada kecewa tiap selesai UP
😑

Cool Daddy, Hot Mommy (End) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang