05 - Dalam Bahaya

9.4K 1.9K 1.1K
                                    

Halooo! Selamat malam!

Apa kabar? Semoga kalian baik-baik saja, ya.

Gimana nih yang belajar dari rumah? Ceritain dong sistemnya gimana? Serius saya penasaran. Hehehe. #staysafe #stayhealthy

Terus yang work from home gimana tuh? Ceritain juga. Saya pengin tahu.

Kalau yang emang selalu di rumah, gimana keadaannya? Hahaha. Bagi introver mah pasti b aja.

Guys, tetap jaga diri, ya.

Oke, langsung aja. Ini bab lima yang akhirnya bisa saya unggah. Bab ini manis dan pahit di saat yang sama. Hehehe.

Adapun lagu yang saya rekomendasikan untuk bab ini yaitu berjudul That's Us dari Anson Seabra.

***

***

CHAPTER 05

[Sidney Vancouver]

"Kakak nggak apa-apa jemput aku? Kan tadi aku nggak minta dijemput," ujar Sahnaz saat mau pakai helm.

"Selain aku bisa jemput kamu kalau diminta, aku juga bisa jemput kamu atas kemauanku sendiri," jawab gue. "Emang nggak boleh jemput pacar sendiri?"

"Kerjaan?"

"Kamu naik aja. Kerjaan bisa buat nanti. Aku capek. Capek yang cuma bisa diantengin kalau ditemani kamu."

Sahnaz lalu naik ke jok belakang. Setelah itu gue menyalakan motor untuk segera menjauh dari depan Nuski. Gue nggak bisa lama-lama di sini kalau lagi jemput Sahnaz pulang. Nuski auranya sudah beda. Seperti ada kenangan yang berhamburan dan memanggil-manggil. Momen terberat dalam hidup gue terjadi selama gue masih sekolah di sini. Kadang gue nggak bisa bedain antara kangen sama nuansa sekolah di sini atau kangen sama orang-orangnya. Dan Juno.

"Jadi kita mau ke mana?" tanya Sahnaz.

"Antar kamu pulang."

"Aku nggak apa-apa pulang telat," ujarnya lagi. "Kakak butuh ditemenin, kan?"

Gue diam tidak menjawab. Masih kepikiran banget sama kalimat terakhir yang tadi diucapkan Lexi. Berat banget bayanginnya. Terulang-ulang terus di dalam kepala gue. Sekarang gue nggak tahu dia pergi ke mana setelah bilang gitu.

"Beberapa hari ini aku ngerasa Kakak beda."

"Beda apanya?"

"Capeknya lebih jujur. Kayak kurang tidur. Ada masalah di kerjaan?"

Gue terdiam lagi.

"Kalau malam pas video call, Kakak juga tidur duluan akhir-akhir ini. Padahal katanya mau nemenin aku belajar. Aku tinggal merangkum bentar Kakak udah senyap. Merem. Ya, nggak apa-apa sih."

"Capekku yang jujur itu ganggu kamu?"

"Ya, enggak. Khawatir. Karena aku nggak pernah lihat Kakak ngeluh sebelumnya."

"Kata orang mengaku lelah itu perlu."

"Iya, perlu. Tapi-. Tapi kalau aku nggak tahu apa yang bikin Kakak capek kan gimana. Aku suka mikir jangan-jangan karena aku."

Gue terkekeh kecil, "Ya masa gara-gara kamu. Bukan kok," jelas gue biar dia nggak merasa bersalah untuk apa pun itu. Gemes banget. "Tahu, nggak?"

"Mm?"

"Sahnaz itu...."

"Apa?"

"Ada gaduh, ada senyap, kan? Kamu bagian senyapnya. Bagian senyap yang selalu bikin aku pengin lari ke sana kalau lagi ada yang gaduh. Badai pikiran."

Under Your SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang