08 - Sisi Gelap

10.1K 2.2K 2.3K
                                    

Selamat pagi!

Apa kabar? Semoga kalian masih dalam lindungan Allah Swt. Tetap sehat, ya. Hati-hati.

Saya mau berpesan kepada kalian, khususnya yang muslim. Dan untuk mengingatkan diri sendiri pula.

Guys, sadar atau tidak hari-hari yang berat ini adalah ujian dari Allah buat kita. Allah sedang meminta kita untuk melihat fenomena ini sejernih mungkin. Kita sedang dihadapkan pada salah satu situasi langka yang cukup menyedihkan. Lihat deh, rumah-rumah ibadah terutama masjid sekarang dibatasi. Sedih, ya.

Kalian tahu nggak. Nggak ada masjid yang berdiri atas izin Allah, pun nggak ada masjid yang tutup atas izin Allah. Sekarang di mana-mana masjid sedang sepi. Salat lima waktu di masjid yang datang hanya DKM karena dibatasi. Salat jumat pun sama. Lebih sepi dari biasanya.

Saya punya satu ketakutan yang semoga ini hanya sebatas ketakutan. Beberapa hari ini saya merenung dan menghitung. Waw, hina sekali saya ini punya amaliyah yang sedikit. Banyak sekali dosa-dosa saya. Bahkan kalau diingat-ingat rasanya sampai pusing menghitung dosa sendiri. Sampai berkeringat saya. Beneran.

Bagaimana jika ini awal dari sebuah akhir? Saya membenak demikian.

Allah seolah menutup rumah-rumah-Nya untuk saat ini. Memberi waktu pada bumi untuk bernapas sejenak. Kezaliiman sedang ada di mana-mana. Dunia ini sangat buruk untuk dikejar-kejar. Tak akan pernah cukup. Sekarang mungkin kebanyakan dari kita baru menyadari atau merasakan secercah rindu pada masjid yang selama ini jarang kita sambangi. Kita menyadari apa yang sebenarnya kita miliki selama ini setelah kehilangannya. Tentu ini bukan kehilangan yang total karena semoga wabah ini akan berakhir. Saya yakin ini akan segera berakhir.

Apakah Allah sedang menguji hamba-Nya dengan jarak? Jarak antara kita dengan rumah-Nya? Apakah ketika dalam jarak ini kita akan bisa mengingat-Nya? Apakah dalam masa pengamanan diri di rumah ini kita akan merenungi segalanya? Itu beberapa pertanyaan yang muncul lagi di benak saya.

Sejak 1 Januari 2020, ketika malam pergantian tahun, saya berada di sebuah masjid bersama sahabat saya. Saat itu saya merasakannya dengan sangat kuat. Saya gelisah hampir setiap hari setelahnya. Saya merasakan sesuatu yang sangat tidak mengenakkan. Ada yang menghimpit dada saya tidak secara harfiah. Saya sering tidak tidur ketika malam. Otak saya aktif oleh kecemasan yang aneh. Segalanya berseliweran. Saya sering menangisi hal-hal yang tidak saya ketahui. Internal saya seperti merasakan sesaknya napas banyak orang yang digabung menjadi satu. Bahkan detik ini saya merasakan tekanan yang sangat berat di kedalaman saya. Inner-self.

Saya seperti diketuk-ketuk dari dalam. Banyak sekali getaran yang menyambangi saya. Mereka datang dan pergi dengan bermacam 'notifikasi' yang susah untuk dijabarkan.

Harusnya kalian merasakan juga akhir-akhir ini waktu terasa seperti karet. Satu minggu terasa lama. Saya justru merasakan sebuah persiapan besar di atas sana. Entah, saya hanya merasakannya.

Hari ini, Jumat, tanggal 2 Sya'ban. Setelah salat magrib saya berpesan kita berzikir, ya. Kita berdoa supaya Allah segera mengangkat wabah ini dari muka bumi. Nanti kalau sudah salam dari salat magrib jangan langsung berdiri. Tapi ambil posisi duduk yang nyaman. Masih di atas sajadah. Bacanya ini:

1. Istighfar 100x

2. Tasbih, Tahmid, Takbir, Tahli, Hauqolah, masing-masing 100x

3. Hasbunallah wani'mal wakil ni'mal maula wanni'mannasir 100x

4. La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minazzalimin 100x

5. Shalawat nabi 100x. Kalau mau shalawat yang pendek juga nggak apa-apa. Tapi lebih bagus lagi kalau salawatnya pake salawat ibrahimiyah. Solawa ibrahimiyah itu loh yang dibaca sebelum salam (setelah syahadat dan mengacungkan jari telunjuk saat tahiyat). Yang batasnya sampai fil 'alaminna innaka hamidummajid. Ini salawat yang sangat bagus dan fadilahnya besar sekali.

Under Your SpellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang