Fourth Chapter

441 64 16
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.

Setelah terciduk dan terbukti melakukan aksi baku hantam, mereka semua diringkus ke kantor polisi.

Nana terus melirik arloji di pergelangan tangannya. Ini sudah lewat dua jam sejak aksi adu jotosnya ketahuan dan digerebek massal polisi. Setelah dimintai beberapa keterangan dan memilih untuk menjelaskannya secara terang-terangan, awalnya ia kira masalahnya akan cepat selesai lalu dengan begitu dibebaskan secara cuma-cuma. Namun memang benar, realita tak sesuai ekspetasi. Kenyataannya, ia masih ditahan dan belum diperbolehkan pulang sama sekali.

Ia melirik Injun disebelahnya sudah tertidur pulas berselimutkan jaket denim miliknya. Dalam posisi duduk, Injun menyender pada pundak Jeno, sedangkan sang empunya bahu terus-terusan menghela nafasnya sebelum pandangannya beralih pada sebungkus cilok yang digenggamnya. Cilok itu sudah dingin, dan juga melar tentunya. Belum lagi plastiknya yang bolong kena tusukan ciloknya membuat nasib cilok itu berakhir di tempat sampah.

Helaan nafasnya semakin berat saat mengingat bahwa besok ia harus bangun pagi-pagi sekali, itu berarti malam ini waktu tidurnya akan sedikit berkurang. Untung saja, sebelum terlibat adu jotos Jeno sempat menyelesaikan tugas sekolahnya. Jadi ia tak perlu kawatir memikirkan akibat yang akan terjadi jika ia tidak mengerjakan tugas itu sebelumnya.

Didepannya ada Haechan yang terus-terusan menguap. Sesekali mengaduh berpura-pura sakit perut agar Pak polisi segera membebaskannya. Namun semuanya terasa sia-sia jika pria berjas putih itu tidak mencabut tuntutannya. Pria itu terus-terusan memerhatikan mereka dari jauh, berlagak angkuh sembari menyilangkan tangannya di depan dada.

"Kalian diperbolehkan pulang." Ujar salah satu pak polisi, yang menginterogerasi mereka.

Jeno yang mendengarnya langsung dibuat takjub, lalu beranjak, membuat Injun yang sedang tidur terbangun dengan wajah cengo khas orang bangun tidur yang tidak tahu apa-apa.

"Tapi tunggu orangtua kalian datang kesini buat menjaminnya."

Setelah memajukan beberapa langkahnya, Jeno berbalik, ia kemudian duduk kembali ke posisi semula tanpa mengatakan apapun.

"Aduh Pak, orangtua saya itu sibuk. Jadi daripada Bapak ngehubungin orangtua saya yang nantinya bakal dikira spam mending nggak usah deh, Pak." Ujar Haechan dengan nada sedikit kesal.

"Kalau kamu gimana?! Mana orangtua kamu?!"

Injun hendak menguap, tapi tak jadi karena merasa ternotice. Ia mengatupkan mulutnya, mulai berfikir, lalu beberapa detik setelahnya akhirnya memilih untuk membuka mulutnya. "Saya kasian sama Bapak."

"Kasian kenapa?!"

"Bapak perhatian banget sama orangtua saya, terus sampe nanyain orangtua saya gitu. Padahal orangtua saya aja nggak pernah tuh nanyain Bapak."

The Dreamplan | NCT DREAM ft. JaehyunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang