Aksa dan Bunda.
.
.
.
.
.
.
.
.Dari pas bangun sampe sekarang nyiapin sarapan senyum Aksa gak pernah luntur. Suasana hatinya lagi bagus, ya gimana gak bagus kan sekarang udah tau status Mas Yudha. Gak perlu takut ketauan, gak perlu takut dipanggil pelakor. Orang yang dipelakorin gak ada istri.
Bunda aja yang berdiri disamping Aksa heran liat anaknya senyum mulu dari tadi.
"Kak, kenapa sih? Senyum mulu bunda liat dari tadi." Tanya Bunda, gak usah heran. Bunda manggil Aksa kadang begitu, kadang manggil kakak, kadang manggil Aksa aja. Sesuka hati bunda aja pokoknya.
"Hati aku lagi seneng nih bun, hehe." Jawab Aksa, tangannya lagi ngolesin roti pake mentega, mau dipanggang ceritanya.
"Seneng kenapa?"
"Sini sini bun, aku mau cerita." Aksa narik tangan bundanya buat duduk dikursi meja makan, bunda yang ditarik ya nurut aja.
"Apa? Mau cerita apa?"
"Bunda tau kan mas Yudha? Orang yang tinggal disebelah rumah kita itu."
Bunda ngangguk, "Iya bunda tau. Kamu kan sering curhat tentang dia ke bunda. Duh kamu tuh ya, udah bunda bilangin jangan ganggu suami o--"
"Ih bundaaaa dengerin dulu makanyaaa." Rengek Aksa, kakinya ia hentakin dibawah meja.
"Iya iya, ini bunda dengerin." Kata bunda sambil nopang dagu, emang deh ini gak emak gak anak sama sama gesrek.
"Bunda tau gak ternyata mas Yudha itu udah gak punya istri." Bunda natap Aksa kaget, lah? Masih muda udah jadi duda? Gitu pikir si bunda.
"Yang bener kamu?" Aksa ngangguk dengan semangatnya,
"Iya lah beneran, masa aku bohong."
"Bunda kok gak percaya ya? Bohong kali ah kamu mah. Masa masih muda gitu udah duda aja."
Aksa muter matanya males, "Buat apa sih aku bohong bun. Beneran, istrinya mas Yudha udah gak ada. Ya terus kenapa kalo masih muda terus duda? Mau bunda pepet iya?"
Dan gak perlu ditanya, si bunda langsung ngangguk.
"Ih bundaaa! Aku bilangin ayah nih ya kalo bunda genit gini. Sama mas Yudha lagi, mas Yudha punya aku ih bunda."
"Punya kamu? Emang mas Yudha nya mau sama kamu? Manja begini, barbar lagi. Gak akan mau kayaknya."
Aksa cemberut, bundanya tuh ya gak tau kenapa seneng banget godain atau gak jailin dia. Sebel pokoknya.
"Tau ah, males aku cerita sama bunda." Rengut Aksa sambil ngelipet tangannya didada. Mukanya ditekuk, cemberut. Lagi kesel ceritanya, tapi jatohnya jadi lucu.
"Tuhkan, ngambekan juga. Mana mau itu si mas Yudha sama orang yang suka ngambekan gini." Masih aja sih bun godain anaknya..
"Bundaaaaaa." Rengek Aksa, dan bunda malah ketawa kecil liat anaknya ngerengek gitu.
"Bunda cuman bercanda sayang. Udah jangan cemberut gitu, senyum yang manis biar mas Yudhanya mau sama kamu. Ayo senyum anakku sayang." Tangan bunda narik sudut bibir Aksa, biar senyum gitu lho maksudnya.
Aksa akhirnya senyum, ya walaupun masih sebel sama jokesan bundanya. Dikit, segini👌
"Nahkan kalo senyum gitu manis." Bunda natap Aksanya sambil senyum juga, senyum yang sama kayak Aksa. Karna senyuman Aksa itu nurun dari bunda, lesung pipinya juga.
Dan gak lama bau gosong kecium. Aksa sama bunda saling tatap, "Bau gosong apa ini kak?" Tanya Bunda,
"Gak-- IH BUNDA!! ROTI PANGGANG AKU!!"
Aksa langsung berdiri dari duduknya, terus langsung ke pantry buat liat nasib si roti. Dan ya beneran gosong. Aksa natap sedih roti panggang buatannya.
"Huhu bundaaa.. Rotinya gosong huhu." Adu Aksa, liatin rotinya ke bunda,
"Ya salah kamu sendiri, malah ditinggal tinggal."
"Iyakan bunda tadi mau aku cerita, terus aku juga lupa lagi bikin roti ini. Gimana dong bun ini? Huhu."
Bunda berdiri dan nyamperin Aksa, "Buat lagi aja apa susahnya sih. Buat bekal kamu ini kan?" Aksanya ngegeleng, pasang muka sedih,
"Bukan buat aku, tadinya aku mau kasih buat mas Yudha, eh malah gosong."
"Hadeuh, aksaaaa aksaa. Ada ada aja kelakuanmu. Yaudah sini, biar bunda aja yang bikin, kamu siapin tempatnya aja sana."
Masih dengan muka sedih akhirnya Aksa ngambil kotak bekal yang disimpen diatas lemari pantry. Sedih, gagal bikinin sarapan buat mas Yudha.
Gak lama, roti panggang buatan bunda jadi. Gak gosong sekarang, tenang aja. Udah disimpen dikotak bekal juga sama Bunda.
"Nih, udah jadi. Kasih sana ke Mas Yudhamu kak." Bunda nyodorin kotak bekal itu, gak lupa sambil godain Aksa.
Aksa yang digodain malah ngerengut, tapi kontras sama pipinya yang ada semu merah, "Ih bunda mulai deh suka godain aku." Katanya, terus ngambil kotak bekal yang disodorin tadi.
Bunda ketawa kecil liat anaknya ngerengut. Lucu. Terus bunda malah natap Aksa lamat-lamat, aksa yang ditatap gitu ya bingung. Kenapa gitu bundanya natap dia segitunya.
"Kok natap aku segitunya sih bun? Kenapa?" Tanya Aksa, bunda senyum kecil, tangannya ngelus rambut hitam Aksa, sambil ngomong,
"Gak papa. Pengen aja bunda natap anak manis bunda." Jawab bunda, senyum manisnya gak ilang dari wajahnya.
Aksa naikin alisnya, gak yakin sama jawaban bundanya. "Jujur sama aku bun, kenapa? Aku tau bunda mau bilang sesuatu ke aku."
"Bunda cuman mau bilang, kali ini jangan mudah percaya sama orang yang kira kamu nyaman sama kamu ya? Bunda gak mau kamu sakit kayak waktu itu."
Aksa nyimpen kotak bekalnya itu diatas meja makan. Tangannya narik kedua tangan bundanya buat dia genggam, matanya natap mata sang bunda yang natap dengan raut khawatir.
"Iya bun, kali ini aku gak akan mudah percaya gitu aja. Aku bakal inget kata-kata bunda." Kata Aksa sambil senyum, bunda juga jadi ikutan senyum.
Dan hening, masih dengan posisi berdiri dideket meja makan, tangan Aksa masih ngenggam tangan bunda.
"Udah ah, kok jadi mellow gini sih." Dan ya, si bunda emang hobi merusak suasana.
"Bunda duluan yang ngajakin aku jadi mellow." Sahut Aksa, gak abis pikir sama bundanya. Barusan aja lagi soft hour, sekarang nyebelin lagi.
"Sana anterin tuh kotak bekalnya, udah jam tujuh tuh." Aksa noleh kearah jam yang ada didapur, dan ya bener udah jam tujuh.
"Ih iyaa, aku nganterin ini dulu ya bun. Bentar kok." Aksa ngambil kotak bekal yang disimpen diatas meja tadi, terus langsung jalan ninggalin bundanya didapur.
"Lama juga gak papa kok, kak!" Teriak bunda, soalnya Aksanya udah ninggalin dapur, dan ya dibales teriak lagi sama Aksa,
"BUN!!"
Bunda ketawa, duh asik bener godain anak manisnya ini. Beda diluar beda didalam. Didalem hatinya bunda khawatir. Khawatir kalo kejadian dulu keulang lagi. Bunda gak mau. Dia sayang Aksa banget, makanya bunda gak mau Aksa nerima sakit lagi. Tapi, semoga aja kali ini kekhawatirannya ini, dibalas dengan hal baik. Semoga aja.
.
.
.
.
.
.
.
.Aksa kenapa coba waktu dulu? Pasti udah ketebak sih sama kalian wkwkwkwkwk
Dan asli. Aku selalu lupa sama malam minggu. Maap maap.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mas Sayudha - Seungchan (Seungwoo & Byungchan)
Random"Permisi, saya tetangga baru, itu rumah saya disebelah. Salam kenal ya." - Mas Sayudha a.k.a Han Seungwoo "A-ah iya, salam kenal juga, Mas." - Dek Aksa a.k.a Choi Byungchan Byungchan kira, Mas yang tadi itu masih muda. Taunya duda beranak empat. ×B...