Page 39 : Saat ini

75 2 0
                                    

Suara derap langkah kaki samar-samar terdengar tapi aku tidak mampu membuka mataku, aku tidak tahu berapa lama aku tertidur karena aku tidak merasa membaik.

Aku masih merasakan nyeri dan demam disemua bagian, pipiku yang kering kembali basah. Demam ini terus memicu mataku untuk berair, langkah kaki semakin dekat jadi aku mencoba untuk menggerakan tangan dan kakiku dengan susah payah.

Sungguh... Tuhan punya humor yang bagus dengan membiarkan pencuri masuk ketempatku saat aku seperti ini.

" Mia... " suara maskulin dan berat yang kukenal membuat aku menghela napas, tentu saja dia bisa masuk.

Terima kasih Tuhan karena bukan pencuri yang masuk.

Aku kembali meringkuk tahu tidak ada bahaya yang mengintai, tubuhku kembali bergetar ketika sambaran nyeri seperti kilat kembali datang.

Mulutku seperti akan mengeluarkan api karena panasnya napasku. Suara pintu terbuka dan aroma Aditya membelai hidungku.

Tempat tidur mencelup ketika dia duduk di tempat tidur kemudian berbicara " Mia.. bangun dan berhenti bersembunyi di tempat tidurmu, kamu mengabaikanku tiga hari dan aku sudah selesai "

" Aku tidak bersembunyi asshole, tubuhku seperti sampah " aku mencibir tetapi suaraku nyaris berbisik.

" Ya Tuhan kamu sakit.. tubuhmu deman tinggi sayang, kami akan kerumah sakit sekarang " suaranya campuran khawatir dan kesal, sementara buku jarinya menyentuh keningku kemudian dia mengusap rambutku yang berantakan.

" Tidak perlu kerumah sakit, aku hanya perlu istirahat Aditya " kandung kemihku menjerit untuk dikosongkan, jadi aku menggerakan tubuhku untuk bagun dengan gemetar.

Dia bergeser ketika aku bangun dan melangkah ketoilet, itu hanya sampai empat langkah dan kakiku menyerah hingga membuatku jatuh.

Dia menangkapku dan membawaku ke dadanya untuk ke toilet " Biarkan aku membantumu... "

" Terima kasih .. " dia menurunkanku dan aku membungkuk ditoilet untuk mengosongkan air, tanganku gemetar mencengkram flush dan mengusap tisu.

Aku tidak perduli jika dia melihatku seperti ini, tubuhku terasa seperti jelly dan kepalaku berdenyut hebat.

" Kamu sudah selesai .. ? " dia mengusap dan mencium kepalaku.

" Hhmm ... " aku berdiri dan dia membawaku ketempat tidur.

" Aku bisa berjalan kamu tahu... ? " aku memprotesnya.

" Aku tahu.. tapi aku ingin seperti ini, kami harus kerumah sakit sayang. Tubuhmu demam dan kamu pucat sekali " dia menurunkanku di tempat tidur dan mencium keningku.

" Aku hanya perlu istirahat Aditya.. " aku merengek tetapi dia sudah membongkar lemariku untuk mengambil baju.

" Tidak.. kamu harus mendapatkan dokter, jangan berdebat denganku Mia " dia menggeram.

" Aku setiap hari dirumah sakit dan aku tidak mau "

" Baik... jadi pilihannya kami pergi ketempatku dan aku akan memanggil dokterku nanti " dia tersenyum dan membantu aku berpakaian.

Empat hari dengan Aditya aku tidak bisa melakukan apapun, Dokter mengatakan tifoid menyerangku sampai hampir fase akut kemarin dan itu membuat Aditya hampir mencekikku karena menolak bantuannya.

Aku merasa aneh dan tidak nyaman, aku tidak terbiasa dengan perhatian orang.

Aku takut bergantung pada orang lain dan tanpa sadar mengaitkan tali yang tidak terlihat, kemudian ketika realitas muncul menyakitkan aku akan jatuh terlalu keras.

Tetapi dia memperlakukan aku seperti kekasihnya, dan sampai saat ini aku masih tidak mengerti dengan tujuannya terhadapku.

Ketertarikan yang tidak masuk akal menurutku ketika dia bisa mendapat tangkapan yang lebih baik dari sekedar aku.

Dia bersikeras untuk merawatku dan memperlakukan aku seperti barang yang mudah pecah.

" Aditya jangan memperlakukanku seperti kaca, ini sudah hari ke empat dan aku sudah sembuh " aku menggerutu.

" Inilah seharusnya seorang pria bersikap kepada wanitanya.. syukurlah kamu sudah membaik, tetapi kamu tidak akan kemana-mana sampai janji Doktermu besok pagi" dia menyerahkan obat terakhir dan segelas air.

" Untuk apa.. ? bukankah dia tadi sudah " aku mengerutkan kening.

" Kamu punya janji temu Obgyn besok, dia akan tiba disini pukul tujuh pagi " suaranya dalam ketika dia membelai rambutku, kami sedang duduk disofa dan menonton tv.

" Aku tidak membutuhkan mereka Aditya " aku memposisikan diri untuk menghadapnya dengan penuh.

" Tetapi aku membutuhkannya untuk melepaskan IUD yang kamu pakai " matanya tajam ketika menatapku,  seperti dia ingin berbicara lebih banyak.

Thorny Flower ( Flower series 1) -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang