Page 13 : Saat Ini

97 8 0
                                    

Mengabaikan mereka aku memasukkannya kedalam kotak dan keluar menuju parkiran.

Mengendarai Tiger selalu menjadi keuntungan tersendiri, disaat lalu lintas padat seperti ini tidak akan terlalu menyulitkanku.

Orang-orang yang memakai mobil mungkin punya kesabaran ekstra setinggi sembilan awan jika terjebak kemacetan, tapi aku tidak mempunyai kapasitas setinggi itu untuk lalu lintas di jalan yang padat.

Aku sampai di Shisa café dua puluh menit lebih awal melepas jaket kulitku, dan menyimpannya diatas motor.

Masuk kedalam kemudian langsung menuju kamar mandi wanita, untuk mengganti sepatuku dengan high heels. Merapikan rambut dan riasan aku berjalan keluar, menuju meja kosong yang letaknya empat meja dari pintu masuk.

Aku mempunyai pandangan sempurna dari sini untuk melihat sekitarku, sekitar lima belas menit kemudian seorang pria dengan setelan grey tiga potong berjalan kearahku.

Dia tersenyum dann.... tampan seperti model sampul majalah, tinggi dan tidak terlalu berotot. Hanya rahangnya seperti pahatan dewa Yunani dan satu lesung di pipi kirinya ketika dia tersenyum.

Berbeda dengan Aditya yang terlalu banyak massa otot, mungkin dia mendapatkan score sempurna di Body Massa Indexnya. Itu membuatnya seperti mengintimidasi orang dan wajahnya yang maskulin mendukungnya untuk memanipulasi wanita.

Astaga mia dapatkan pegangan.

Mr. Kevin berhenti di depanku dan aku berdiri perlahan untuk menyambut, saat aku akan berbicara dia mendahului.

" Shaina... right ? " dia tersenyum dan memiringkan kepalanya.

" I am.. that's me... Mr.... ??? "

" Hanya kevin Shaina..... senang bertemu denganmu " dia maju untuk menyapa dengan pelukan.

" Oww hai kevin... senang bertemu denganmu juga, have a seat " aku berkata.

Dia menarik kursi di sebelaku, dan melambaikan tangan untuk memanggil pelayan.

" Apa yang ingin kamu dapatkan Shaina.. ? " dia berkata

" Es teh .. If you don't mind " aku membalas dan dia menatapku, mengangkat satu alisnya.

" Hanya itu saja ... ? "

" Yepp... apa agendamu sekarang "

" Kamu hanya mendampingiku untuk bertemu rekan bisnis disini dan mungkin mereka akan sampai sebentar lagi, apakah kamu keberatan " dia bertanya, Tuhan pria ini begitu sopan.

" Ofcourse not... apa yang kamu lakukan Kevin " aku membalas.

" Aku mengelola sebuah software, dan pertemuan malam ini hanya jamuan dan makan malam biasa. Bukan untuk kesepakatan bisnis Shaina, jadi kamu tidak perlu khawatir " dia tersenyum tampan.

" Bagaimana perjalananmu kesini " dia bertanya

" Cukup lancar meskipun lalu lintas terlalu padat " aku tersenyum padanya.

Aku mengerti kenapa orang mengambil layanan kami, beberapa orang tidak pandai bergaul. Tidak punya waktu untuk hubungan pertemanan, karena terlalu sibuk untuk pekerjaan.

Esensi dari pekerjaan ini hanya membantu orang untuk mendampingi dan menjadi teman mereka disaat yang mereka butuhkan, tentunya dengan cara yang saling menguntungkan.

Time is money right... ?

Ketika client kevin datang kami menyambutnya, dan kevin memperkenalkan aku sebagai Shaina. Sejauh ini cukup berjalan lancar, kami makan malam dan aku memesan Soy Garlic Beef Tenderloin Steak dengan Quinoa Salad.

Selesai makan malam kami, kevin berbincang santai dengan clientnya. Dia mengambil tanganku untuk dibawa ke bibirnya dan tersenyum kepadaku.

Jika orang lain melihat kita seperti ini mungkin kami terlihat seperti pasangan tapi sayangnya kami hanya rekan yang saling menguntungkan.

Aku membalas senyumnya dengan tulus, tapi tiba-tiba angin dingin membelai leherku. Aku tahu tanda ini, alam seperti punya cara sendiri untuk memberi tahuku bahwa ada sesuatu yang tidak akan aku sukai.

Mengabaikan paranoiaku dan meminum es tehku, tangan kevin masih memegang tanganku untuk waktu yang lama.

Ketika kami selesai client kevin yang pergi terlebih dahulu sementara dia memanggil pelayan untuk membayar tagihan. Aku bersiap untuk pergi ketika sudut mataku menatap sesuatu yang familiar, kami berdiri dan kevin memelukku.

Meletakkan tangannya di pinggangku saat berbisik " Terima kasih Shaina " dan dia meletakkan bibirnya pada bibirku, memasukkan sedikit lidahnya untuk merasakanku. Tapi aku terlalu terganggu dengan apa yang terlihat di sudut mataku, dan aku menangkap pandangannya.

Disana Aditya duduk dengan rahang terkatup menatap kami, dia mengangkat gelas winenya dan mengulurkan kepadaku sebelum membawa gelasnya untuk diminum.

Dia memberitahu aku bahwa " Yaa Mia... aku melihatmu dan kamu akan membayar karna mengikatku "

Kevin melepaskanku ketika berbicara " Ingin pulang bersamaku Shaina .. ? "

" Aku akan disini sebentar lagi, senang bertemu denganmu kevin selamat malam " aku berkata.

" Selamat malam Shaina ... mungkin kita bisa bertemu lagi nanti " dia mematuk bibirku dan mengedipkan matanya kemudian berjalan keluar.

Saat kevin membuka pintu keluar aku mulai bergerak untuk keluar, jantungku seperti berlari maraton. Tanganku dingin dan kakiku berusaha berjalan tidak berlari ketika keluar dari café.

Aku seharusnya berganti sepatu untuk membawa Tiger pulang tapi.. ahh fuck the high heels... tidak mungkin aku kembali kedalam atau menghabiskan waktu lebih lama diluar mengganti sepatu hanya untuk tertangkap Aditya.

Mengancingkan jaketku, memakai helm dan kacamata aku mulai keluar parkir menarik lalu lintas. Ini pertama kalinya aku membawa Tiger dengan High Heels, aku seharusnya bangga kan.

Aku memutuskan untuk pergi ke kantor, mungkin tidur disana. Aku mendapat feeling dia akan datang kerumahku, sepanjang jalan aku melihat kaca spion per dua menit sambil fokus ke jalan.

Tapi tidak melihat tanda dia mengikutiku.

oh Tuhanku yang manis...

terima kasih Tuhan yang baik.....

Thorny Flower ( Flower series 1) -Complete-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang