Jimin pov
Aku memasukkan baju Yoongi kedalam mesin pengering, sehingga aku pergi ke ruang tamu sambil menunggu baju Yoongi kering. Saat sampai di ruang tamu, aku melihat Yoongi sedang berbaring di sofa dengan selimut membungkus erat tubuhnya.
“Dia tertidur?” bisikku pada diriku sendiri.
Aku mendekat ke sofa agar bisa melihat lebih jelas. Aku melihat Yoongi dan entah mengapa jantung berdetak sepuluh kali lebih cepat dari biasanya. Dia terlihat begitu damai dalam tidurnya, bibirnya sedikit mengerucut begitu menggemaskan. Seketika aku tersadar dengan apa yang aku lakukan langsung menggelengkan kepalaku keras.
“Yak, Park Jimin berhentilah memikirkannya! Kau tak menyukai Yoongi!” batinku menyadarkan diri.
Perutku berbunyi keras karena aku belum makan dan sedari tadi sibuk mengurus Yoongi. Asalnya aku merencanakan untuk pergi makan bersama Tae, tetapi ada hal yang terjadi diluar dugaan. Aku dengan cepat pergi kedapur dan memasak dua bungkus ramen. Perutku semakin berbunyi saat mencium aroma dari ramen yang sedang kumasak.
“Ow! Sialan!”
Aku terkejut mendengar suara itu disaat suasana rumah sedang hening. Aku memutuskan untuk pergi ke ruang tamu dan melihat Yoongi sedang terduduk diatas sofa, kelihatannya dia merasa tak nyaman.
“Apa kau baik-baik saja?” tanyaku.
“Ya-yah..” ucap Yoongi.
“Kau terlihat tak nyaman.” Ucapku, mataku menangkap tangan Yoongi yang kini memegang perutnya.
“Tidak. Berhentilah membuat asumsi sendiri.” Elak Yoongi.
“Baiklah. Aku tak melakukan apa-apa.” Cibirku lalu berjalan mendekatinya.
“Dan kau tetap bertindak seperti- AH!” aku merasakan seseorang menarik lenganku dan hal yang selanjutnya terjadi aku sudah terduduk di sofa.
“Yak!” teriakku padanya, lalu berusaha berdiri dari sofa. Yoongi menatapku dengan pandangan tak suka. “Harusnya kau berterima kasih kepadaku! Kau bertingkah seolah kau baik-baik saja! Dan-“ aku terpaksa memotong ucapan ku karena Yoongi balik membentakku.
“Kau yang membawaku kesini! Dan kau berkata jika aku hanya bersandiwara? Aku- ARGH!”
Aku melihat Yoongi meremat perutnya, raut kesakitan tercetak jelas diwajahnya. “Y-Yoongi?” tanyaku khawatir.
“Ja-jangan!” Yoongi menahanku agar tak mendekatinya dengan tangannya.
Aku menepis tangannya lalu melepaskan tangan dari perutnya agar aku bisa melihat jelas keadaanya.
“Ya tuhan!” teriakku terkejut.
Luka Yoongi kembali terbuka dan kembali mengeluarkan darah. Aku segera mengobati luka itu walau tetap saja luka itu terus terbuka. “Kubilang... jangan...” suara Yoongi semakin melemah, membuatku semakin khawatir.
“Tidak.” Ucapku sambil berusaha memapah Yoongi menuju kamarku.
Author pov
Mereka sudah berada didalam kamar Jimin. Dengan perlahan Jimin menidurkan Yoongi si kasur. Jimin semakin takut saat melihat wajah Yoongi yang terlihat begitu kesakitan.
“Yoongi...” ucap Jimin lembut. Yoongi menatap Jimin.
“Bisakah kau berhenti bergerak? Jadi aku bisa melihat lukamu dengan lebih jelas.” Dengan perlahan Jimin menempatkan tangannya pada luka Yoongi.
“Kupikir luka ini harus dijahit...” ucap Jimin.
“Ba-bagaimana kau tahu?” tanya Yoongi.
“Ibuku seorang perawat, beliau mengajarkan beberapa hal tentang luka.” Ucap Jimin pelan lalu berdiri. “Aku akan mengambil kotak P3K... lagi. Jadi kau diam disini.” Ucap Jimin sambil keluar dari kamar dengan tergesa-gesa.
Jimin berlari ke ruang tamu lalu mengambil kotak P3K dan handuk dari kamar mandi. Jimin berlari lagi menuju kamar dengan perlengkapan penuh di pelukannya. yoongi menoleh ke arah pintu kamar dan melihat Jimin berlari sambil membawa handuk.
“Ke-kenapa kau membawa handuk?” tanya Yoongi, dia takut dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
“O-oh...” Jimin menempatkan bibirnya didekat telinga Yoongi lalu berbisik. “Kau perlu sesuatu untuk digigit nanti..”
“A-apa? Apakah akan sesakit itu?!” Yoongi mulai panik. “Ya, ibuku tak mempunyai suntik bius, maaf Yoongi.” Ucap Jimin sambil menunduk. Muka Yoongi terlihat melembut.
“Mungkin... dia sudah mencoba berusaha.” Pikir Yoongi.
Yoongi menarik nafas dalam lalu menghembuskannya dengan perlahan. “Lakukan apa yang harus kau lakukan.” Setelah berkata seperti itu, Yoongi meraih handuk lalu menggigitnya dengan kuat.
Jimin terlihat gugup saat mengenakan sarung tangan medisnya. Dengan perlahan ia mengikatkan benang bedah dengan jarum. Jimin menatap Yoongi, dan ia tahu kalau Yoongi sedang merasa takut. Jimin mati-matian menahan tawanya karena ia kira Yoongi tak takut pada apapun... dan ternyata seorang Min Yoongi takut terhadap jarum.
“Persiapkan dirimu.” Ucap Jimin. Jarum mulai mendekati luka Yoongi. Jimin menarik nafas dalam, lalu mulai menusukkan jarum pada kulit Yoongi yang membuat Yoongi berteriak kesakitan. “Aku minta maaf!” ucap Jimin.
Jimin melanjutkan jahitannya, hingga akhirnya lukanya kembali menutup. Jimin menatap Yoongi yang terlihat pucat. Wajah Yoongi terlihat sepuluh kali lebih pucat dari biasanya, dengan tubuh yang begitu bergetar. Jimin mengambil perban lalu menempelkannya dibekas jahitan tadi. Perlahan Yoongi melepaskan handuk dari gigitannya.
“Tadi itu... menyakitkan..” ucap Yoongi pelan.
“Akan mengejutkan jika tidak terasa sakit.” Ucap Jimin sambil menyelesaikan perban pada luka jahitnya.
“Jahitannya akan meninggalkan goresan... bukan?” tanya Yoongi gugup.
“Tidak juga..” ucap Jimin sambil berdiri lalu menunjuk luka gores pada pipi dan perut Yoongi. “Luka ini yang akan meninggalkan bekas.” Jawab Jimin.
“O-oh..” ucap Yoongi dengan kaku.
“H-hei!” ucap Jimin berusaha menarik perhatian Yoongi.
Yoongi menatap Jimin sambil menaikkan alisnya, menunggu Jimin melanjutkan pertanyannya. “A-apakah kau lapar? Aku membuat ramen, tetapi seperti mie nya sudah mengembang jadi.... aku berpikir akan membuatnya lagi.” Ucap Jimin malu. Jantung Yoongi serasa di jungkir balik saat melihat Jimin yang malu-malu itu, mengapa Jimin terlihat sekecil itu?
“Uh, y-ya tentu.” Yoongi tertegun. ‘mengapa suaraku bergetar?’ batinnya.
“Baiklah! Aku akan membuatnya lagi! Aku akan membawakannya untukmu sehingga kau tak perlu banyak bergerak.” Ucap Jimin.
“Oh.. oke.” Ucap Yoongi. Jimin menghela nafasnya sambil menyilangkan kedua tangan didepan dadanya, menunggu Yoongi mengucapkan dua kata yang begitu mudah ia ucapkan.
“Apa?” tanya Yoongi saat menyadari Jimin masih berdiri di depan pintu.
Jimin melirik Yoongi, ia masih menunggu...
Yoongi merasa bingung, kenapa Jimin masih saja berdiri dan menatap kearahnya. Tetapi akhirnya ia mengerti. “T-terima kasih... Jimin.” Ucap Yoongi dengan pipi memerah.
Mata Jimin melebar dan mulutnya terbuka perlahan, Jimin tak menyangka jika Yoongi bisa mengucapkan itu. Dengan cepat Jimin mengabaikan pikirannya.
“Sama-sama, Yoongi!”ucap Jimin dengan semangat, memperlihatkan senyuman lebarnya pada Yoongi sebelum akhirnya dia keluar dari kamar untuk membuat ramen.
Yoongi menutup pintu kamar saat Jimin sudah keluar. Yoongi terkekeh kilas melihat semangat Jimin.
“Lucu..” ucap Yoongi
Tbc
Hmm sepertinya ada yang mulai suka sama Jimin.
Jangan lupa vomment!
KAMU SEDANG MEMBACA
Falling For a Rapper II Yoonmin (Translated)✅
Teen FictionOriginal story by Kooblue7 Park Jimin, seorang siswa biasa yang tak pernah mendapat masalah ataupun melanggar aturan. Tetapi seluruh siswa disekolahnya menyukai Min Yoongi, seorang siswa badass yang tak pernah menurut dan selalu bermasalah dengan pa...