Part 10

24 5 1
                                    

...

"Kemarin lo bolos, Van?" pertanyaan Daren dibalas anggukan kepala oleh Reyvan.

"Gila! Seorang Reyvan si murid rajin bolos gegara nganterin cewek? Omegat!" pekik Kenzo dramatisir. Hal itu tentu terdengar sampai telinga Sherin sampai napas gadis itu memburu menahan kesal. Karena tidak tahan ia menghampiri meja Reyvan yang di sampingnya juga ada Kenzo.

"Van, bisa kita bicara?" tanya Sherin yang kini wajahnya memerah.

"Kalo mau ngomong, ngomong aja si gak usah sok serius gitu. Biasanya juga lo blak-blakan kan." itu Kenzo yang menyahut.

Sherin menatap tidak suka Kenzo yang selalu membalas ucapannya.

"Gak usah ikut campur lo!" peringat Sherin.

"Van, ayo kita bicara berdua, nggak disini." ucap Sherin lagi. Reyvan yang jengah hanya mendengus kemudian berdiri dan jalan keluar diikuti Sherin. Namun, sebelum mengikuti Reyvan dia saling menatap dengan tatapan permusuhan dengan Kenzo.

...

"Mau ngomong apa?" tanya Reyvan yang tidak suka basa-basi.

"Bener kamu deket sama cewek itu?"

"Siapa?"

"Adek kelas yang kurang perhatian orang tua itu–"

"Jaga bicara lo!" peringat Reyvan dengan nada dan tatapan yang tidak berasahabat. Ia benar-benar tidak suka mendengar panggilan Sherin untuk Reysya seperti itu.

"Kenapa? Emang bener kan yang aku bilang?!" papar Sherin.

"Tau apa lo tentang dia?! Gue peringatin sama lo, jangan bicara yang macem-macem soal dia di depan gue kalau hidup lo masih mau tenang." tekan Reyvan dengan nada penuh peringatan di setiap katanya.

"Kamu lebih belain dia daripada aku yang udah kenal kamu lama?" ungkap Sherin tidak percaya.

"Bacot. Lo pikir lo siapa harus gue peduliin? Lo bukan siapa-siapa, Rin. Gak usah bersikap seakan-akan lo paling kenal gue." seperti ditikam belati, perkataan Reyvan bahkan lebih tajam dari itu. Sherin benar-benar tertampar dengan ucapannya. Rasanya ingin menangis saat ini juga. Baru kali ini Reyvan berkata kasar padanya, dan ini semua terjadi hanya karena Reyvan lebih membela adik kelas gak tau diri itu? Demi tuhan Sherin tidak akan membiarkan hidup gadis itu tenang di sekolah ini.

Mata yang semula berlinang air mata itu kini berganti menjadi tatapan tajam dengan kobaran api didalamnya.

"Kamu pikir aku akan nyerah gitu aja, Van? Gak! Kamu salah besar. Aku gak akan semudah itu ngelepasin kamu, aku juga gak akan biarin hidup Cewek caper itu tenang. Inget omongan aku!" ucap Sherin sungguh-sungguh.

"Terserah! Gue capek berhadapan sama cewek gila kaya lo." setelahnya Reyvan pergi begitu saja meninggalkan Sherin yang mematung di tempatnya. Sedetik setelahnya ia membuang nafas. senyumnya terukir, namun bukan senyum bahagia atau kemenangan melainkan senyum miris. Kenapa sampai saat ini hatinya tidak mau berhenti mengharapkan orang yang sama sekali tidak menginginkannya?

Tatapan mata Sherin menatap Reysya yang saat itu baru datang, dengan tatapan permusuhan.

"Gue gak akan biarin Reyvan jatuh ke tangan cewek gak tau diri kaya lo."

***

"Alhamdulillah belum ada guru, huh, selamat gue hari ini." ucap Reysya. Tadi pagi ia terlambat bangun, bagaimana tidak semalaman pikirannya di penuhi oleh cowok itu sampai membuat Reysya tidak bisa tidur.

"Gue kira lo gak sekolah," ucap Arin.

"Sya, lo udah mendingan?" Reno menghampiri tempat duduk Reysya dan menanyakan kabar gadis itu, raut khawatir tercetak jelas di wajahnya.

ReysyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang