11-miss him?

68 3 0
                                    

Senang rasanya mendapat kabar darimu kala sore atau pagi menjelang.
Tapi aku, bisa apa? Hanya memendam rasa secara diam, dan sesekali menikmati senyumanmu waktu kita berbincang. Seringkali harapan membuatku tak sadar bahwa kau hanyalah angan tinggi yang tak bisa kucapai, hingga kusadar kita bukanlah siapa-siapa.

Jika nanti kau kembali lagi, maka aku akan menempatkan diriku sebagai teman baikmu. Kupapah segala yang pernah hancur. Membuka mata dan hati seperti sedia kala sebagai teman dan sahabat tanpa harus melibatkan rasa yang berlebih.

Maka dari itu ajari aku bahwa segala sesuatu tentang kita telah berakhir.
Beritahu aku bahwa mimpiku sudah selesai dan aku harus mengubur semua mimpi yang berkaitan denganmu.

Teruntuk kamu maaf karena sudah menyelinap ke dalam duniamu.

"Woy!"

Aduh! Gara-gara panggilannya jempolku hampir menekan tombol panggil. Eh, bukannya kak Al memintaku menghubunginya, kan?

"Sekali lagi kamu ngagetin Ren, aku tampol beneran." Entah keberapa kalinya selama 24/7 dia ngagetin aku. Untung aku tidak punya riwayat penyakit jantung apapun. Huh, Ren!

"Galak banget emang," timpalnya ingin ku tampol.

"Zara, akhir-akhir kita jarang ketemu"

"are you okey, Za?"

"Sorry, aku belum bisa antar jemput kamu. Hubungi aku kalau kamu perlu sesuatu."

Begitulah serangkaian pesan yang kudapat dari kak Al. Sebenarnya senang bukan main karena pesan darinya adalah sesuatu yang berharga dalam hidup. Lebay!

Sejak sore itu, kami tepatnya aku belum menyempatkan untuk bertemu. Di sekolah pun jarang, aku mencoba menghindar meyakinkan bahwa hatiku benar-benar baik saja.

Beberapakali aku memerhatikan profilnya di WhatsApp. Memandangi layar ponsel yang menampilkan kesilauan pancar keindahan wajah di dalam poto itu, tidak bisa menyembunyikan rasa yang perlahan menjalar.

Last seen Kak Al belum berubah sejak pagi tadi.

Aku sedang berusaha untuk tidak menghubunginya sejak sore itu. Berusaha tidak memosting apapun di status WhatsApp, juga tidak merubah poto profil yang hanya menunjukkan sebuah gambar berinisial A dengan hati yang melingkari. Ya, masih untuknya.

Suatu waktu aku akan menyerah pada keterasingan. Lalu bagaimana kalau aku rindu? Pada suaramu, pada senyummu? Pada tanganmu? Pada apapun tentangmu?

Dan, hari ini im really miss him. Aku ingin menghubungimu seperti kata mu, jika perlu sesuatu. Ya, ada sesuatu yang hilang dalam diriku. Bukan, bukan yang tampak oleh mata, tetapi yang ada di dalam.

"Emang ya bangke lo! sepuluh menit lho, Za aku di sini!" Ren, Astagfirullah.

Siang ini di jam istirahat, aku meratapi nasibku di tempat biasa Rendy nongkrong. Sepertinya aku termakan omongan sendiri, malah betah di sini.

Rendy perlahan-lahan menjadi teman favoritku. Ia bisa membuatku tergelak karena ucapannya yang konyol itu. Entah sejak kapan tepatnya, mungkin ketika dia tidak lagi terlihat bareng Leo malah sering menghabiskan waktunya di sini--denganku ia jadi banyak berubah. Mungkin benar kata orang yang dekat tinta merah akan kena noda merah, yang dekat tinta hitam akan kena noda hitam. Orang dipengaruhi oleh sifat temannya.

Namun karena itu, teman-teman pun keheranan mempertanyakan apa yang sudah kulakukan sehingga membuatnya begini. Karena sejak saat itu sikapnya itu berbeda dari Rendy sebelumnya. Dia yang dulunya bersitegang tiap kusuruh untuk bimbel kini rajin mengikuti dan fokus menyiapkan diri untuk ujian.

Mentari [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang