05- Hamster vs Hoodie

104 5 0
                                    

Jam istirahat di gedung tiga.

"Woi Kak Kevin, lihat Kak Lang, gak?" Sayup-sayup terdengar suara dari luar.

"Ehh, Teresa, ada apa?" jawab Kevin.

Cewek yang ditanya itu, memperlihatkan sesuatu yang dibawanya. "Biasa,"

"Ohhhh, ada di kelas, masuk aja!" Jawabnya sambil melirik ke arah dalam di mana cowok yang dicarinya berasal.

"KAK LANG! YUHUUU!!!" Teriakan yang sumbernya dari daun pintu.

Cowok di dalam membentur-benturkan telapak tangannya ke jidat. Ia buru-buru duduk, mengatur napas. Tarik, embuskan. Tarik, embuskan. Lima kali. Oke... kembali membuka-buka salahsatu kumpulan soal setebal bantal. Pusing! Lapar, belum sempat ke kafetaria. Soal tambahan dari Pak Kusvandy belum selesai, belum tuntas keburu keganggu oleh cewek yang memanggilnya di luar.

Buku-buku super tebal berserakan di atas meja, setumpuk kertas bekas untuk coret-coret bagaikan sampah yang tidak beraturan, bolpen bertinta hitam berjajar bak prajurit perang. Laki-laki berambut terbelah itu menghela nafas sambil mengusap muka kasar. Bagaimana tidak, baru saja otaknya selesai berperang dengan rumus-rumus Fisika sekarang harus berperang dengan seorang cewek yang setahun lebih muda darinya berlarian ke kelas di mana dirinya berada, gadis berambut kuncir kuda itu meletakkan kandang yang terbuat dari besi dengan cat berwarna putih, berukuran sedang berisi tiga ekor hamster.

Dia Langit Anggara Reinhard diganggu oleh adik satu-satunya yang bernama Teresa Anggyara Reinhard.

"Kak Lang, aku titip ini lagi. Soalnya kalau terus-terusan disimpan di kelasku, diganggu sama cowok tengil itu." gerutu gadis yang duduk di sebelahnya sambil cemberut.

Lang sengaja mengabaikannya, biarkan saja adiknya ini bicara sendiri. Dia sudah cukup bosan setiap hari harus menjaga hamster-hamster menggelikan itu.

Ya kalau nggak mau diganggu, kenapa dibawa-bawa ke sekolah? Kan bisa disimpan di rumah lebih aman, ketimbang dibawa lalu dijadikan olok-olok oleh teman sekelas. Lang menggeleng-geleng sendiri dengan pemikiran adiknya ini.

Teresa salah paham atas gelengan kakaknya. Ia bangkit sambil menggebrak meja, kesal. "Apa? Kakak nggak mau?"

Huff, kalau saja ia tidak sayang dengan Teresa sudah dijamin Hamster itu sudah dibuangnya. Tapi balik lagi Lang sangat menyayangi Teresa dan Teresa menyayangi Hamster itu, berarti kalau Lang tidak bisa menjaga Hamsternya sama saja ia menyakiti Teresa. No! Big No! Tunggu,... tapi apa Teresa menyayanginya? Duh, kenapa jadi cemburu sama Hamster, sih? Ahhh ... Jelas dong Teresa sayang, pasti rasa sayangnya melebihi Hamster itu.

Lang menatap lagi Teresa, didapatinya wajah adiknya penuh harap. Mau tidak mau ia harus menjaga lagi Hamster itu. Sambil menghela nafas, ia mengangguk dan dibalas dengan cengiran Teresa.

"Aw, how kind you are." katanya sambil memeluk kakaknya.

Giliran sekarang aja meluk-meluk, tadi marah-marah. Dasar cewek puber!

"Oke, oke, lepasin dong, rugi aku dipeluk-peluk sama kamu!" Ucap Lang sambil menjitak Teresa.

Teresa mencebik, lalu raut mukanya berubah seperti orang yang mendapat keajaiban."Kak, kalau aku naksir lagi si Boy dua sekaligus, sebagai kakak yang baik, bagaimana?"

Lang menepuk dahinya sendiri, mampus! Ada kemungkinan pulang sekolah Teresa pasti mengajaknya pergi ke petshop.

"Ter! Memangnya nggak ada Boy yang cakep buat kamu taksir?" Lang menggoda adiknya.

"Eits, jangan salah. Aku jomlo tapi enggak sengenes itu, kak. Harus belajar dari si Boy yang itu dulu, segala sesuatunya perlu perhitungan matang. Diukur, ditimbang, ditakar, dihitung, dibungkus nah baru dibawa pulang."

Mentari [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang