Bab 1

15.2K 1K 48
                                    

"Semuanya sudah di tanda tangani ya Met"

"Udah mbak, mbak boleh pulang"

"Jadi aku di usir?"

Meta tertawa mendapat pertanyaan dari atasannya itu.

"Bukan ngusir mbak, tapi mbak udah di tungguin sama Mbak Aira dari tadi. Tuh, duduk di meja deket kaca"

Keyla melihat ke arah yang di tunjuk Meta, di sana sepupunya sedang duduk menunggunya sambil membaca majalah otomotif. Di perusahaan distributor alat mobil, tidak akan di temukan majalah gosip. 

"Aira udah lama"
Gadis itu tersenyum sumringah sebelum meletakan majalahnya dan mengambil tasnya.
"Lumayan. Aku laper. Ayo makan"

Tanpa ragu gadis itu langsung mengapit lengan Keyla dan membawanya keluar dari kantor mungilnya.

"Kenapa tiba-tiba dateng kesini? Biasanya kalo liburan aja kamu main ke Bandung"

Aira meletakan sendoknya, di urungkannya melahap nasi dengan bebek sambel kesukaannya ini. Dia lebih memilih obrolan serius dengan sepupunya ini.

"Sebenernya aku di utus sama Mas Galuh buat kesini"

"Di utus?"

Aira mengangguk "Kalau aku udah bilang sama kamu, nanti Mas Galuh baru bakalan cerita detailnya gimana lewat telpon"

"Hemm, jadi?" Keyla semakin penasaran di buatnya. Masalah apa yang harus di sampaikan langsung oleh Aira, sementara Mas Galuh enggan untuk cerita melalui sambungan telpon.

Aira tersenyum menampilkan giginya yang putih dan rapi "Mas Galuh mau nikah bulan depan" ucapnya

Senyum Aira menular ke Keyla "Kiraiin apaan, Mas Galuh kenapa gak lewat telpon aja sih. Lewat apa pun dia ngasih kabar baik ini ke aku. Aku bakalan tetap ngerasa bahagia buat Mas Galuh"

"Mas Galuh nyuruh aku ngeliatin ekspresi kamu, hahahha" Kali ini Aira tidak tersenyum anggun, tetapi tertawa terbahak mengingat bagaimana mas nya itu menyuruhnya untuk menyampaikan langsung kabar itu demi melihat ekspresi sepupu mereka.

"Oh gitu, yaudah sini." Keyla mengajak Aira untuk membuat video singkat tentang kebahagiannya mendengar kabar pernikahan Galuh dan mengirimnya ke calon pengantin itu.

"Sebenernya bukan itu aja sih" ucap Aira

"Apa lagi?" Keyla penasaran lagi dibuatnya.

"Aku nganterin bahan buat seragam Bridesmaids, tapi masih ada di mobil temen aku. Aku udah hubungin dia buat kesini"

"Jadi kita bakal seragaman kayak di foto-foto itu tuh" Keyla tertawa

"Iya lah. Mas Galuh kan nikahnya sama anak Pak Camat"

"Serius?!" Keyla kaget mendengar berita ini.

Aira mengangguk "Mas kita itu kan ganteng, guru lagi. Idola mak mak di sana buat jadi menantu tapi kecantolnya sama anak Pak Camat"

"Kerja calon istrinya apa?"

Satu jam kemudian Keyla sudah mengetahui semua cerita Galuh dan calon istrinya. Calon istrinya seorang dokter yang baru lulus kuliah dan berencana untuk membuka klinik di desanya. Jadi mereka berdua nanti sepakat untuk membangun desa. Galuh di bidang pendidikan sedangkan istrinya di bidang kesehatan. Menurut cerita Aira calon mertua Galuh sangat menyanyangi Galuh. Rencananya acara akan di adakan di desa tempat Galuh bertugas  terlebih dahulu, baru seminggu kemudian di adakan acara lagi di Jakarta.

"Aku mau jemput kamu juga, besok kita pulang ke Jakarta. Hari minggu keluarga calon istrinya Mas Galuh mau dateng, bales kunjungan keluarga kita minggu kemarin"

"Kok minggu kemarin aku gak di ajak" protes Keyla

"Mau ngajak kamu gimana? kan aku udah tanya jadwal kamu ke Meta via DM Instagram, katanya kamu sabtu berangkat ke Jogyakarta dan selasa baru pulang"

"Kamu sering kepoin aku ke Meta ya?" Tuduh Keyla.

"Enggaklah. Orang itu mama yang nyuruh. Kata mama kalo kamu gak sibuk aja, soalnya kalo kamu tau kami mau pergi, pasti kamu langsung ambil cuti, sedangkan kamu belum diperlukan untuk cuti"

"Kok tante gitu banget" Gerutunya

"Iya lah, kamu udah keseringan cuti. Kata mama nanti pas kamu mau nikah, jatah cuti kamu habis"

"Aku belum mau nikah, . . . Lagi"

"Ya ya ya, tapi tahun depan kamu harus udah mikirin nikah, umur kamu udah mau 30 tahun. Kamu mau jadi perawan tua?"  omel Aira

"Aku udah janda. Kamu tu waspada jadi perawan tua"

Keyla menjawabnya sambil tertawa, walaupun ada rasa tak enak di hatinya menyebut statusnya.

"Kami gak pernah nganggap kamu udah menikah tuh" jawab Aira acuh

"Aku gak pernah punya sepupu ipar, kamu belum "menikah" kamu waktu itu cuma kerja sebagai perawat. Inget perawat!" Aira menekankan setiap kalimatnya. Dia benci kalau sepupunya ini menganggap dia sudah menikah, baginya Keyla dulu hanya bekerja untuk keluarga itu. Sebagaimana keluarga itu menganggap Keyla bekerja untuk mereka dan dengan tanpa perasaan "memecat" Keyla.

Aira dan keluarganya sangat marah.
Mereka selalu menolak kunjungan dari keluarga itu setelah kepergian Keyla dan menutup semua akses komunikasi mereka.

Jadi esok harinya Keyla ikut pulang ke Jakarta bersama Aira dan temannya. Sampai di rumah dia melihat tantenya yang sibuk membuat aneka kue di bantu dengan beberapa orang tetangga.

"Tante aku mau coba kue lapisnya" Tanpa persetujuan tantenya Keyla langsung mengambil satu potong kue dan langsung melarikan diri ke halaman belakang, dimana Om dan Galuh sedang membersihkan kursi tamu mereka.

"Makanya kan aku dah bilang beli sofa busa aja" Komentarnya melihat Galuh yang sibuk menyikat kursi jati,  Om nya menepuk2 sofa sandaran kursi yang sedang di jemur

"Ya nanti kamu yang beli" jawab om nya sambil tertawa

"Ogah, ada PNS masa pegawai swasta yang mesti beli" setelah menggerutu karena kalah dari pasangan bapak dan anak, Keyla memutuskan untuk pindah ke halaman depan rumahnya.
Dia duduk di ayunan dengan bekal beberapa kue hasil comotan dari dapur.

Sudah lama dia tidak menikmati waktu santai duduk melihat tumbuhan hijau di teras rumahnya di saat sore hari.  Kesenangan seperti ini biasanya di dapatnya hanya setahun sekali dalam kurun waktu 5 tahun terakhir.

Senyumnya merekah melihat Mowli,  kucing peliharaan Aira yang berusaha menangkap capung yang hinggap di dedaunan yang sedikit tinggi.

Dan dari jauh, seseorang juga ikut tersenyum melihat senyumannya.

RepairedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang