BAB 24

8.6K 911 116
                                    

Igas dengan sabar menunggui Dion yang sedang memeriksa keadaan Keyla. Mamanya sudah pamit pulang setelah di diamkan oleh Igas. Igas tidak sempat untuk mengatakan sesuatu kepada mamanya karna terlalu khawatir dengan keadaan Keyla. Kurang dari setengah jam Dion sudah sampai di rumah mereka dan langsung memeriksa keadaan Keyla.

"Gimana, baik-baik saja kan?" Tanya Igas begitu Dion menutup tas kerjanya.

"Iya, ibu dan janinnya baik-baik saja"

"Syukurlah" Igas terduduk lega di samping Keyla.

"Kamu sudah tahu Keyla hamil?" Dion mengambil posisi duduk di kursi dekat dengan jendela menghadap Igas.

Igas mengangguk "aku bukan suami yang cuek terhadap istri, dua bulan dia tidak datang bulan, nafsu makannya bertambah banyak dan emosinya tidak baik-baik saja. Hal-hal seperti itu memperkuat dugaanku, tapi Keyla entah belum menyadarinya atau memang tidak mau menyadarinya"

"Mungkin dia memang tidak menyadarinya" Dion tidak mau menjadi kompor, memilih jawaban aman. Seandainya mau di telisik tidak mungkin Keyla yang seorang perempuan tidak merasakan perubahan pada dirinya, sedangkan laki-laki seperti Igas saja menyadarinya.

"Dia perlu istirahat dari semua pekerjaannya sampai kondisinya membaik, jangan stres dan jaga moodnya. Aku udah resepin vitamin untuk sementara dan nama dokter kandungan yang terbaik di rumah sakit"

"Dokter perempuan" sela Igas, dia tidak mau Keyla di sentuh oleh laki-laki lain lebih banyak lagi.

Dion tersenyum mengejek "iya dokter perempuan"
Sifat cemburu Igas keterlaluan sekali. Dion mengambil tasnya dan langsung berpamitan untuk pulang.

Igas mendekati Keyla yang masih terlelap pingsan. Menunggu istrinya itu untuk bangun, Igas tidak sabar melihat bagaimana reaksi Keyla. Igas tidak yakin kalau Keyla tidak tahu dirinya hamil, dia saja sudah memiliki prasangka dengan mengamati perubahan Keyla.

Bi Rima mengetuk pintu untuk mengantarkan teh dan kopi yang masih hangat, sekalian dia ingin melihat dan menanyakan keadaan Keyla. Teh hangat di persiapkannya untuk Keyla kalau saja dia sudah sadar
"Ini kopinya Pak?"
"Terimakasih bi" Igas tetap duduk memperhatikan Keyla, menunggu Keyla untuk sadar kembali.
"Mbak Keyla baik-baik saja Pak?"
"Baik-baik saja. Dia hamil"
Bi Rima tersenyum sumringah mendengar kabar kehamilan Keyla. Tak perlu mengucapkan selamat, orang yang melihat senyum Bi Rima juga pasti tau betapa bahagianya dia mendengar kabar kehamilan Keyla.

"Mulai besok tolong makanan di rumah lebih di perhatikan, semua permintaan makanan Keyla yang berbahan dasar makanan instan tolong jangan semua di turutin"
Igas mulai memperhatikan asupan gizi istri dan calon bayinya.

"Iya pak baik, saya permisi dulu"
Bi Rima sudah tidak sabar untuk memberikan berita bahagia ini kepada seluruh penghuni rumah dan pekerja lainnya.

Sampai esok paginya Arnelita mendengar kabar bahwa dia akan menjadi seorang nenek.

"Selamat ya bu" mendapat ucapan selamat dari pembantunya Arnelita hanya tersenyum simpul. Suaminya yang duduk di ujung meja memperhatikan raut wajah istrinya yang biasa-biasa saja

"Mama gak bahagia punya cucu?" Tanya Rahardian

Arnelita terkejut mendengar pertanyaan suaminya.

"Seneng Pa, seneng bakalan punya cucu" jawabnya singkat

"Oh, syukurlah kalau begitu. Kiraiin mama gak seneng mau punya cucu karena bukan dari menantu pilihan mama" sindiran langsung dari suaminya membuat Arnelita meletakan sendoknya yang dari tadi di pegangnya tanpa menyendok isi piringnya.

"Ya mama khawatir aja, nanti Keyla gak bisa menjaga dirinya dengan baik dan calon cucu kita gak bisa menerima asupan gizi yang baik. Mama mulai memikirkan untuk mengurus Keyla dan kehamilannya"

RepairedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang