BAB 4

6.8K 980 53
                                    

Sudah dua puluh menit Keyla menunggu di ruang tunggu bersama sekretaris direktur yang terlalu centil ini. Keyla sudah bosan melihat mbak-mbak ini memoles wajahnya dengan kuas makeup, melihat ke cermin yang ada dalam gengamannya dan sesekali melihat ke arah pintu ruangan direktur mereka. Keyla tahu, mbak-mbak ini suka sama direktur mereka yang botak dengan perut buncit itu, persis om om genit.

"Mbak, berapa lama lagi sih?"

Sekretaris bos itu memandang Keyla dengan wajah jutek, dengan enggan meletakan cermin kesayangannya.

"Tunggu aja, di dalem lagi ada tamu penting. Masih lama. Kamu bisa pulang aja kalau males nunggu" Ujarnya ketus.

Enak aja nyuruh pulang. Batin Keyla kesal

Kalau nyuruh pulang seharusnya dari awal dia dateng kan, ini sudah dua puluh menit nunggu baru di suruh pulang. Tahu begini keadaannya mending dia tidur di rumah, sudah di paksakan bangun pagi buat ke kantor malah di suruh nunggu di ruangan yang sepi sunyi sama mak lampir.

Keyla kembali mengambil majalah fashion yang ada di atas meja. Sepertinya majalah ini punya mak lampir. Keyla menyandarkan punggungnya di sandaran sofa dan membuat dirinya berada di posisi senyaman mungkin, sambil melihat gaun-gaun indah yang tidak mungkin bisa di belinya karena harganya sama dengan tiga bulan gajinya untuk yang paling murah.

Entah berapa lama Keyla bertahan membolak balik halaman majalah fashion itu di tengah kesunyian ruangan tempatnya menunggu, sampai akhirnya tanpa sadar dia tertidur.

Rambut panjangnya yang tergerai menutupi sebagian wajahnya, mulutnya sedikit terbuka, tangannya sudah terkulai di pangkuannya bersama majalah yang di bacanya, tidurnya sangat lelap. Keyla bahkan tidak sadar pintu ruangan yang ditunggunya sudah terbuka dan beberapa orang keluar dari ruangan itu.

Sekretaris itu bergegas ingin menghampiri Keyla dan membangunkannya, tapi langkahnya terhenti karena di hadang seseorang dengan wajah penuh ketidak sukaan.

Tahu diri, sekretaris itu mundur dengan wajah kesal.

"Jas" hanya itu yang di ucapkan Igas sambil mengulurkan tangannya kepada Fahren.

Fahren dengan segera membuka jas berwarna abu yang di pakainya dan memberikannya pada Igas. Tanpa mengucap terimakasih dan menoleh ke arah Fahren, Igas berjalan mendekat menghampiri Keyla.

Perlahan Igas mendekatinya, berjongkok dihadapan Keyla, memasangkan jas Fahren untuk menutupi paha Keyla yang kulitnya terlalu banyak terlihat karena posisi tidurnya.

Semua orang yang disana saling melempar pandangan penuh tanya.

Apa yang dilakukan boss kaku?
Siapa perempuan ini?

Dengan sangat berhati-hati Igas menyingkirkan rambut yang menutupi sebagian wajah Keyla. Lama di pandanginya wajah yang beberapa tahun belakang tidak pernah terlihat dalam jangkauan matanya. Tangannya perlahan mengelus pipi mulus itu dengan sentuhan halus.

Fahren mulutnya ternganga tidak percaya dengan apa yang di lihatnya. Dia bertukar pandang dengan sekretaris perempuan rekan kerjanya, Anita. Gadis itu juga menggelengkan kepala dengan wajah tak percaya.

Sementara sekretaris lampir rasanya hampir jatuh pingsan karena keterkejutannya.

"Pak Anton, bisa saya tinggal di sini lebih lama" ucapnya pelan tanpa mengalihkan tatapanya dari Keyla.

Pak Anton direktur perusahaan ini gugup bukan kepalang menerima permintaan seperti itu "Bisa pak, saya dan sekretaris saya akan pindah bekerja dari ruang rapat"

Igas menatap Pak Anton dan dia hanya menganggukan kepalanya,  menatap mereka berdua untuk segera keluar dari ruangan ini.

Kepergian Pak Anton di iringi oleh sekretaris lampirnya dan beberapa team legal yang di bawa oleh Igas. Fahren dan Anita masih berdiri di tempatnya menunggu perintah. 

RepairedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang