BAB 7

6.3K 934 94
                                    

Rumah ini lagi, kalau di hitung, lama Keyla tinggal di rumah ini dulu, mungkin dia menghabiskan kurang dari satu tahun tinggal di rumah ini untuk merawat Igas. Banyak kenangan yang tidak mengenakan di rumah ini. Kenangan yang membahagiakan adalah makan bersama dengan pengurus rumah tangga di dapur. Masakan sederhana yang terasa enak ketika di makan bersama.

Dia langsung ingin bertemu Bi Rima.

"Kamu gak mau turun?"

Dari tadi Igas memandangi Keyla, menunggu gadis itu selesai menjelajahi halaman rumah dengan pandangan matanya. Sorot mata yang di lihat Igas adalah sorot mata penuh kekecewaan bukan kekaguman karena melihat rumahnya yang besar.

Keyla berdecak kesal sebelum membuka seat beltnya dan bergegas mengambil koper dan paperbag di kursi belakang.

"Nanti Bi Rima yang urus, kamu masuk" perintah Igas.

Masih dengan raut kesalnya Keyla mengikuti langkah kaki Igas memasuki rumahnya. Keyla melewati beberapa guci mewah dan hiasan dinding mahal serta meja kecil yang di atasnya berdiri pot kristal dengan rangkaian bunga hidup di dalamnya.

"Pa, Ma, Oma"

Igas memanggil semua yang ada di ruangan itu untuk menarik perhatian mereka. Semuanya memandang orang yang ada di belakang Igas.

"Papa. . ." Bocah perempuan berumur sekitar 4 tahun berlarian dan melemparkan diri ke dalam pelukan Igas, dari belakang perempuan cantik yang sudah di kenal Keyla datang dan memberikan senyumanya.

"Key" sapanya

"Mbak Nisa" Keyla juga melemparkan senyumnya.

Dia tidak tahu kalau setelah menikah dengan teman kuliahnya di Jepang, Nisa masih berhubungan dengan keluarga Igas. Bahkan anaknya memanggil Igas dengan sebutan papa.

"Duduk Keyla"

Oma menepuk nepuk tempat duduk kosong di sebelahnya. Sebelum menuju ke sana dengan sopan santun yang di ajarkan kepadanya, dia mendatangi kedua orang tua Igas untuk menyalaminya. Papa Igas dari dulu tidak berubah masih ramah seperti  biasanya.

"Kamu sehat?" Tanyanya

"Sehat om" jawab Keyla

Sementara Mama Igas, dengan setengah hati mengulurkan tangannya. Keyla juga secepat mungkin melepas jabatan tangannya dan langsung menuju sebelah oma.

"Oma apa kabar?"

Oma tersenyum penuh kasih "Sekarang kabar oma baik-baik saja, Igas memenuhi permintaan Oma untuk menikah. Walaupun yang di lakukanya hanyalah membawa pulang istrinya"

Igas duduk di sofa yang paling ujung dengan masih menggendong anak perempuan Nisa. Sementara Nisa duduk berdekatan dengan Arnelita.

"Anak itu Soraya, kita semua memanggilnya Aya. Anak Nisa dan almarhum suaminya, sering main kesini untuk menemani Oma. Cucu dan cicit oma jarang berkunjung kesini dan rumah mereka jauh.

Bagas sibuk dengan bisnisnya. Vina dan Vino sibuk kuliah kedokteran apalagi sekarang mereka sedang Koas yang artinya mereka jarang di rumah.
Keluarga Aries juga lebih sering pulang ke Bandung untuk menemui orang tua Aries.

"Oma seneng kamu mau pulang lagi kesini, kata Igas kamu sudah selesai kuliahmu sampai S2 ya"

Keyla tersenyum, ada kebanggan dalam dirinya bisa menyelesaikan studi sampai sejauh ini.

"Karir kamu juga bagus waktu di Bandung, sebagai kepala cabang" oma menepuk nepuk punggung tangan Keyla. "Semua hal sudah kamu capai, pendidikan, karir yang bagus, sekarang saatnya kamu membangun keluarga yang bahagia dengan Igas"

Melihat senyum Oma, Keyla dicubit rasa bersalah. Kenapa kali ini dia membohongi orang tua ini, kenapa tidak jujur seperti waktu itu saja, kalau pernikahan ini untuk memenuhi kontrak yang belum selesai.

"Oma tidak menyangka, pernikahan kontrak kalian dulu, bisa menyatukan kalian kembali sebagai suami istri yang sesungguhnya"

Ha?
Wajah Keyla nampak bodoh mendengar kata-kata Oma, dia memandang Igas yang enggan membenarkan kata-kata yang di ucapkan Oma.

"Oma, aku sama Igas . . ."

"Kita ke atas dulu Oma"

Belum selesai Keyla berbicara Igas sudah memotong kalimatnya dan berdiri di hadapannya mengulurkan tangan. Tangan yang hanya di pandangi Keyla tanpa berniat menerima uluran tangan itu.

Tanpa basa basi Igas menarik paksa Keyla untuk berdiri "Kami permisi dulu" ucapnya dan langsung membawa Keyla pergi dari sana.

Meronta dan meminta untuk di lepaskan juga percuma, jadi Keyla mengikuti Igas sampai ke kamarnya yang ada di lantai atas.

"Ada yang mau kamu bicarakan, bicarakan di sini. Cukup kita berdua"

Igas melepas jas dan membuka dua kancing teratas kemejanya. Tampilannya sudah jauh lebih santai, dia duduk di sofa yang ada di sana sedangkan Keyla berdiri di hadapannya.

"Kamu bohong sama Oma soal pernikahan ini?" Keyla langsung ke pokok permasalahannya

"Aku gak pernah bohong sama Oma"

Keyla berdecak kesal "Gak pernah bohong sama Oma?!" Keyla maju selangkah mendekat.

"Kamu yang bilang sama Oma kalau pernikahan kita ini sesungguhnya, kamu gak jujur sama Oma"

"Kamu sudah menyetujui kalau pernikahan ini sesungguhnya"

"Aku menyetujui untuk memenuhi waktu perjanjian nikah yang belum selesai"

"Oh ya" Igas berucap santai dan bangkit dari posisi duduknya, berjalan dengan santainya ke meja kerja dan mengambil satu berkas. Begitu sampai di dekat Keyka dia langsung memberikan berkas itu "Ini kamu baca!"

Keyla menyambar kertas itu dengan kesal

"Aku kasih tau kamu ringkasnya, kamu menyetujui untuk melanjutkan pernikahan ini seperti pernikahan normal lainnya, termasuk pemenuhan kewajiban suami istri dalam pernikahan dan hal-hal lainnya"

Keyla membolak balik kertas itu dengan cepat memeriksa apa yang di bicarakan Igas benar atau hanya akal-akalanya saja. Dan sialnya semuanya benar.

Apa guna pengacara yang di bawa Aries!!!
Salah dia juga yang hanya memeriksa bagian depan dan membaca sekilas, kemudian membubuhkan tanda tangan di lembar terakhir. Bodohnya dia tidak membaca lembaran-lembaran berikutnya yang isinya ternyata mengikat dia seumur hidup dengan Igas.

"Kamu kenapa ngelakuin ini sama aku? Kamu gak ada perasaan sama aku, kenapa kamu mau terikat seumur hidup sama aku?! Jangan egois" Keyla tidak bisa untuk tidak meninggikan suaranya.

Igas yang paling tidak suka ada orang yang berbicara dengan nada tinggi, maju dengan cepat menghapus jarak di antara mereka, berhadapan dengan Keyla, dia mengeluarkan tatapan yang bisa membuat nyali semua karyawan di kantor menciut, termasuk Keyla saat ini.  "Ini bukan tentang aku yang egois, ini balasan atas apa yang kamu lakuin. Berani pergi tanpa permisi. Aku bakalan ngiket kamu, seumur hidup!" ujarnya tegas.

Ini sosok Igas yang baru di ketahui Keyla, jantungnya berdegup kencang, kakinya rasanya lemas, menerima aura marah Igas. Apa yang dilakukannya sampai membuat Igas semarah ini.

Igas mundur satu langkah, tersenyum.
Senyum yang mengerikan.
Sebelum berbalik pergi menuju kamar mandi.

Keyla terduduk di atas ranjang yang ada di belakangnya,  mengatur nafas dan emosinya sebelum menghubungi Aries. Semua pengacara Aries tidak ada yang beres!

Gak tau kenapa aku udah bolak balik revisi part ini, kek gak pas aja
Gak kesampean apa yang pengen aku sampeiin tentang mereka

Ya, semoga kalian gak kecewa ya di part ini

Selamat menjalankan ibadah puasa ya semuanya 🤗



RepairedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang