"Sampai kapanpun angin akan berlalu, iya pergi."***
"Sahabat macam apa lo?" tanya Milla tersenyum nanar.
Lawan bicaranya bukan malu malah tersenyum menyeringai.
Bangga.
Tangan gadis itu melipat di bawah dada seolah di sini dia memang tidak bersalah. Matanya terangkat menantang.
"Sampah seharusnya lo sadar!" ucapnya santai.
"Lo cuma sementara buat kak Athur dan sekarang dia harus balik ke gue," tandasnya lawan bicaranya.
"Mending lo pulang urus kaki lo yang pincang itu. Besok kan lo ada lomba karawitan yang gak banget itu," ucapnya lagi seraya menampilkan senyum mengejek.
Dada Milla rasanya semakin dihimpit sesak. Yang tersuguh di hadapannya tidak pernah sedikitpun terpikir bahkan terbayang akan terjadi.
"Kamu lagi kerjain aku ya? Ini gak lucu sayang," lirih Milla menatap Athur cukup lama.
"Febby pacar gue Milla sayang. Lo berisik banget sumpah! Kuping gue panas!" tandas Athur dengan begitu santai seraya meletakkan tangannya merangkul bahu Febby.
"Ya udah buat formalitas biar lo merasa gak tersakiti gue akan bilang kalau kita," jedanya tersenyum.
"Kita putus. Selesai! GAME OVER!"
Deg!
"Gak serius, kan? Febby sahabat aku," lirihnya menyentuh pergelangan tangan Athur.
"Selama ini lo cuma bahan taruhan gue aja tolol."
"Bahan taruhan kalau gue bisa buat lo bertekuk lutut gue akan pacaran sama Febby."
Febby? Apa benar sahabat yang selalu ada untuknya selama ini hanya tipuan. Febby sahabat Milla tidak lebih dari seorang penghianat?
"Udah jelas, kan! Lepasin pacar gue!"
Febby menampis tangan Milla dari tangan Athur.
"Jangan deket-deket. Gue udah muak banget lihat pacar gue harus pura-pura mesra-mesraan sama lo! Iyuh!" terus Febby lagi.
Milla ingat, saat ulang tahun Sinta nenek Athur Febby pun ada di sana. Jadi selama ini mereka sudah saling mengenal jauh.
"Kenapa lo se-iblis ini ke gue Feb?" tanya Milla tidak mampu menahan emosi.
Febby menyeringai, tertawa puas. Ia melipat tangan di bawah dada seraya menaikkan satu alisnya.
"Mau tau alasannya?" "Itu karena gue gak suka lo yang sok cantik, belagu dan sok berani! Miskin ya miskin aja gak usah banyak gaya!"
"Karena itu?"
"Iya Milla Arletta! Lo terlalu belagu dan lo harus diterbangkan dulu sebelum dijorokin ke dasar jurang!" tegas Febby.
Febby menarik tangan Athur meninggalkan semua yang belum sempurna dicerna. Iya, dia sendiri sekarang.
"Bye Milla mantan goblok," seringai Athur melambaikan tangan.
Beginikah kejutan itu semesta? Drama mu selama ini terlalu bercanda.
Dipertemukan untuk dipermainkan.
Luka yang belum sempat sembuh sempurna kini jauh lebih terasa perih.
Haloo semua :)
Apa kabar?
Udah terbalas belum rindu sama Kata Sandi?
Ada yang mau disampaikan ke Febby?
Mau lanjut kapan?
SPAM GAIS BIAR AKU MAKIN SEMANGATT DAN SEGERA UP :)
Tertanda,
Dian Yustyaningsih.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA SANDI
Teen FictionTau bagaimana rasanya mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain? Tau bagaimana rasanya memprioritaskan seseorang yang sedang menomor satukan orang lain? Tau bagaimana rasanya memimpikan seseorang yang sedang merangkai kisah bahagia dengan...