"Seperti kereta yang tidak mempedulikan terminal, itulah kita."
***
Menyumpal telinga dengan alunan gending Jawa cukup membuat Milla memiliki dunia sendiri. Sedikit menyisih dari hingar bingar Ibu Kota. Bis melaju cukup cepat memaksa penumpang untuk mengikuti hukum newton kedua.
Langit semakin gelap. Hari ini tidak bisa menyaksikan senja mengasingkan diri pasalnya ia harus latihan karawitan.
Gendhing Jawa dan Senja adalah satu kesatuan sempurna bagi Milla.
Ia melipat tangan di bawah dada, menutupi kepala dengan hoodie berwarna hitam.
Belum sempat menutup mata ia menautkan alis. Seorang pria berjaket hitam dengan topi menutupi kepala tengah berdiri tidak jauh dari tempat duduknya.
Cowok itu mencoba mendekat pada siswi SMA yang baru saja masuk. Bahkan cowok itu terus berusaha mengikis jarak dengan perempuan di depannya.
Mengarahkan alat vital mendekat.
Milla harus lawan yang gak sesuai. Lo berani!
Ucapan Aldi kemarin malam membuat keberanian kembali terkumpul.
"Manusia anjeng!" tukas Milla.
Ia mengambil sesuatu dari tas. Matanya menatap seolah sedang mengintai mangsa.
Brukk!!!
Buku paket sejarah melayang begitu saja tepat di kepala pria itu.
"Eh maaf, mas. Tadi saya baca terus terlalu menghayati tentang," ucap Milla seraya memunggut bukunya.
"Tindakan memberantas kejahatan terhadap kaum wanita," terus Milla menebar tatapan intimidasi.
Terlihat pria itu langsung terkesiap.
"Awas lo bocil!" balasnya ketus lantas memilih melangkah ke depan.
Ia menepuk pundak gadis berseragam SMA yang terus menggenggam takut ujung roknya.
"Pakai ini kalo lo dalam bahaya," Milla menyodorkan botol spray pada perempuan itu.
"Hm, ini buat apa?" tanyanya lirih. Sepertinya dia baru pertama kali naik bis dan berada di keramaian.
"Itu isinya merica, bubuk cabe, sama kencing tikus," jawabnya membuat lawan bicaranya kaget sekaligus ingin ketawa.
"Terus lo nanti gimana?"
Milla tersenyum, "Tenang aja."
"Makasih, ya. Kalo gak ada lo gue gak tau tadi pria itu ngapai-"
"Lo duduk aja di tempat gue. Gue hampir sampek," potong Milla kembali menepuk pundak gadis itu.
"Cowok biadap basmi aja. Jangan takut. Itu kata abang gue, " ucap Milla bangga.
"Makasih."
Sering ia tidak mengerti dengan mereka yang mencari kesempatan dalam kesempitan. Memanfaatkan dalam kebodohan. Menindas dalam kelemahan.
Manusia yang budiman, bantulah siapapun mereka. Ingat hukum alam jika roda kehidupan itu berputar.
Jika suatu saat orang lain hanya diam melihat mu kesusahan mungkin di masa lalu kamu pernah melakukan yang sama.
Jangan menjadi manusia yang ingin dilindungi namun tidak mau melindungi, ingin dijaga namun merusak.
"Eh neng kok sendirian bae?"
Milla menaikkan pandangannya dari layar ponsel.
"Iya, pak. Ada apa?" tanya Milla sopan sambil melepas earphonenya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KATA SANDI
Teen FictionTau bagaimana rasanya mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain? Tau bagaimana rasanya memprioritaskan seseorang yang sedang menomor satukan orang lain? Tau bagaimana rasanya memimpikan seseorang yang sedang merangkai kisah bahagia dengan...