BAB 5

94K 9.8K 704
                                    

"Tali kalo ditarik terus ya putus. Gak usah maksa."

***

"Sore tuan putri. Maaf ya agak telat jemputnya."

Milla hanya menatap datar seraya menerima uluran helm dari Darpati.

"Eh buset itu nangis sampek subuh neng? Masih sembab aja itu mata," ejek Darpati mencoba mencairkan suasana.

"Gak!"

"Makan dulu ya. Orang ganteng belum makan dari pagi," terus Darpati yang hanya mendapatkan anggukan.

Milla naik ke jok motor Darpati. Ia sebenarnya berniat naik bis atau angkot saja namun Darpati memaksa katanya biar lebih safety.

Alis Milla menaut, ia menepuk bahu Darpati lantas menaikkan dagu berisyarat saat Darpati tidak kunjung menyalakan mesin.

"Gak ada bensin?"

Darpati tersenyum lantas menutup kaca helm Milla.

"Ditutup biar debunya gak ganggu tuan putri."

"Apaan sih gak usah lebay!" tabok Milla semakin menatap malas.

"Udah aman semua sekarang akang Darpati akan antar buat makan."

"Buruan gak usah bacot!"

"Iya buset ngegas mulu oneng."

Motor melaju meninggalkan depan gerbang SMA Tunas Bangsa. Menyisir hiruk pikuk ibu kota. Ia sedikit bisa bernapas lega setelah seharian menahan sesuatu yang sebenarnya ia sendiri tidak tau apakah ia bisa atau tidak menghadapinya.

Di sisi lain Darpati tengah mengamati Milla dari kaca spion. Napas panjang berembus, seolah ada beban yang begitu berat ia pikul. Tangan reflek menarik gas membuat kecepatan motor mendadak kencang.

"Darpati! Mau mati konyol?" omel Milla memukul pundak Darpati.

"BIARIN! ASAL MATINYA SAMA LO!" teriak Darpati malah tertawa lebar.

"Gue gak mau mati bego!"

"BODO AMAT!!!"

"DARPATI!!" teriak Milla reflek saat gas motor ditarik semakin kencang.

"APA ONENG?"

"KALO MAU MATI JANGAN BAWA-BAWA GUE!"

"LAH LO HARUS IKUT!! NGUENGGG!!!"

Dunia Darpati membuat dunia Milla seolah baik-baik saja. Hanya senyum yang ada saat ini bahkan isi pikiran Milla bukan lagi masalah Athur, Febby dan semua hal mengejutkan itu.

Selama perjalanan banyak jokes receh Darpati yang berhasil membuat senyum itu tergambar.

"Aduh sakit Mil!" erang Darpati saat Milla mencubit pinggangnya.

"Bodo!"

"Ih anjing ya! Nakal!"

"ATHUR LEBIH ANJINGG!!!" teriak Milla meluapkan beban.

Darpati menoleh seraya menyungging senyum. Semoga Millanya akan kembali dan luka basah itu segera kering.

"EMANG ANJING ITU BANGSAT!!!" balas Darpati.

"MATI AJA MATIII!!!"

Keduanya tersenyum lepas. Entah mengapa kini rasanya benar-benar jauh lebih lega. Beban sejak semalam yang Milla pendam bisa sedikit ringan.

Senja yang semakin menampakkan kemegahannya di langit memang tidak pernah gagal membius setiap mata tuk menatap. Warna kuning dengan semburat oranye begitu menenangkan.

KATA SANDI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang