BAB 9

67.4K 7.2K 808
                                    

"Siang harus melewati malam untuk bertemu pagi."

***

"Hilih injing li minyit!"

"Toleh lo ngomong apaan dah!" sergah Dimas memiting kepala Daniel di ketiaknya. Membuat cowok dengan seragam sengaja tidak dikancingkan menampilkan koas putih di dalamnya reflek menutup hidungnya.

"Ibing mih giti silili sikitin iki!" komen Daniel menonyor kepala Dimas.

"Gawat kerusupan jamet si curut! Air-air!"

Byurr!!!

Dalam sekilas angin tangan Reza mengambil air di wastafell depan kelas lalu mengguyur ke wajah Daniel.

"Tai lo kadal jones! Skincare gue bisa sia-sia," omel cowok itu dengan gayanya yang sok ganteng.

"Gaya banget gunting sunat!"

Sontak saja suara Athur membuat Daniel kicep sedangkan Reza dan Dimas tertawa terpingkal-pingkal membuat siswi yang berlalu-lalang di koridor menoleh penasaran.

Cowok dengan jambul tipis, kancing seragam sengaja dilepas, dan kaki naik di paha kirinya menjadi pusat perhatian, terlebih nama Birawa begitu melekat untuk cowok itu.

Lima anggota inti Birawa tengah bersantai di koridor depan kelas. Sekedar bercanda dan menggoda adik kelas yang berusaha mencuri pandang dibalik sikap polosnya.

"Hai duh bedakan pakek gula ya?" seronoh Daniel menghadang siswi dengan rambut digerai.

"Emang kenapa qaqa?" seru Reza menimpali begitu saja.

Daniel menyugar jambulnya, menatap cukup lama perempuan itu.

Tatapan sok ganteng!

"Manis banget! Jiyahayhay!"

"Ih kak Daniel apaan sih!" jawabnya malu-malu lantas memilih berjalan cepat meninggalkan kerumunan siswa paling badung di SMA Tunas Bangsa.

"Buset itu cewek montok bener. Uh mantep!"

"Egal egol kanan kiri. Tep tep mantep."

Kali ini Dimas tengah berpindah memeluk tiang di depan kelas. Mata cowok itu menatap lurus seseorang yang ada di seberang lapangan.

"Mana-mana?!" Reza dan Daniel kompak mendekat dan mencari tau apa yang tengah Dimas intai.

"Itu noh deket koridor UKS."

"Huh! Bening amat njir!" sahut Daniel masuk dalam dunia halusinasi.

"Kelapa muda."

Siswi kelas sebelas IPS dengan rok di atas lutut, seragam sengaja dikecilkan dengan rambut semburat coklat membuat setiap mata setiap cowok langsung melek.

"Kalo gue punya yang kayak gitu udah gue buntingin."

"Heh?!" kaget Daniel dan Reza bersamaan.

"Buntutin takut diambil orang," koreksinya tanpa melepas pandangan.

"Awas ada yang berdiri tegak tapi bukan tiang listrik."

Ucapan Reza mengudara begitu saja membuat Dimas langsung terkesiap, mencoba kembali ke dunia nyata meninggalkan dunia halunya yang kotor.

"Bangsat tai!"

Baru saja Daniel menoleh senyumnya langsung tergambar sumringah. Ia buru-buru merapikan rambut dan seragamnya ketika siswi dari koridor sepuluh IPS mendekat.

"Pagi Citra. Mau ke kantin ya?"

Citra mengibaskan rambutnya dengan gaya centilnya.

"Iya dong. Kenapa mau ikut? Sori gak ada waktu."

KATA SANDI Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang