1

9.9K 617 33
                                    

Kasurnya terasa sangat luas sekarang. Hanya ada dirinya sebagai penghuni kasur itu. Tidak ada rasa khawatir saat tangan dan kakinya bergerak bebas tanpa ia sadari. Tidak ada yang membangunakannya ketika tengah malam hanya untuk diantar ke kamar mandi. Tidak ada guling hidup yang tiba-tiba menampar wajah tidurnya tanpa sebab.

"Mama mochi" gumannya pelan.

Tak menghitung berapa lama ia merasakan kehampaan ini. Sedih? Sangat. Jangan ditanya lagi. Sakit? Ia sendiri tak tahu bagaimana kabar hatinya sekarang.

Usaha? Oh ayolah, ia sampai kebal dengan rasa dipukuli oleh orang yang sama. Sampai ia tak bisa merasakan perihnya rasa sakit ketika kena pukulan.

Pagi harinya selalu dimulai dengan pesan singkat untuk adik iparnya.

"Belum bangun ya?" gumamnya setelah mendapat balasan singkat.

Jimin kembali meletakkan ponsel ke tempat semula. Menatap ke arah langit-langit di atasnya dengan tatapan kosongnya.

"Siapa yang membantunya mandi ya?"

Kembali terpikirkan kejadian kemarin, dimana kepanikan melandanya. Saat mendengar kabar jika orang yang ia rindukan terpeleset di kamar mandi.

"Ah, aku harus menyuruh Jaehyun membantunya mandi"

Buru-buru mengambil ponselnya lagi, namun tak lama berselang ia kembali diam.

"Tapi Jaehyun kan juga laki-laki. Bagaimanapun juga mereka tidak memiliki hubungan darah, bisa saja kan-"

Ucapannya langsung terhenti begitu mengingat silsilah keluarga Jung.

Tentu saja. Semua orang disana tidak memiliki hubungan darah dengan orang yang dikhawatirkan Jimin.

"Lalu siapa yang akan membantunya mandi? Bagaimana kalau terpeleset lagi?"

Memang sejak tak bisa melihat dengan langsung orang itu, Jimin jadi selalu parno sendiri. Mengingat tak hanya satu nyawa yang ia pikirkan. Ada nyawa lain yang juga menjadi tanggung jawabnya.

Tok~ Tok~ Tok~

"Hyung! Buka pintunya!"

Dan adik sialannya sudah mengganggu saja pagi-pagi begini.

Dengan amat terpaksa, Jiminpun menyingkirkan pemikiran buruknya sejenak. Beranjak membukakan pintu untuk si adik sebelum adiknya berbuat yang tidak-tidak kalau dibiarkan terlalu lama menunggu. Ia masih sayang kamarnya tentu saja. Walaupun pintu itu sudah pernah didobrak paksa oleh sang ayah.

Cklek~

"Apa sih?!" desisnya setelah membukakan pintu.

"Pinjam ponselnya"

"Untuk apa?"

"Hyung pasti tahu tanpa kuberitahu sekalipun"

Jimin hanya menghembuskan nafas panjangnya, kemudian menyuruh si adik masuk ke kamarnya. Mengunci dari dalam agar tak ada orang yang masuk seenaknya.

"Mana? Mana?"

Kelinci itu sudah antusias sekali mencari benda yang akan ia monopoli dalam beberapa menit ke depan.

"Turunkan anakmu dulu, Kelinci. Baru mencari ponselnya"

Ya, Jungkook juga membawa serta bayinya yang kebetulan dalam keadaan bangun.

Menurut, kelinci itu membaringkan si bayi ke atas ranjang kakaknya, memberikan beberapa guling sebagai pelindung, dan dengan cepat mengambil ponsel yang ia temukan di kasur pula.

"Halo Hyungie!"

Sangat cepat. Bahkan sekarang sudah terpampang dengan jelas wajah tampan khas bangun tidur di layar ponsel Jimin.

HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang