19

4K 568 36
                                    

"Tidak, Jinseok. Dia gila"

"Kau yang gila, Namjoon. Kau sudah menyakiti orang yang bahkan tidak dalam mental yang baik"

Sambil marah-marah, Seokjin tak lupa menyendok makanan di depannya. Mumpung masih hangat pikirnya.

"Ganti saja dengan permintaan lain, Jinseok. Aku tidak bisa melakukannya"

"Kenapa?"

"Karena aku bukan kau. Aku tidak punya kebaikan hati sebesar dirimu, Jinseok. Kita sudah hidup bersama belasan tahun. Dan kau pasti sudah sangat mengenalku"

"Jadi, belasan tahun itu tak ada artinya sekarang?"

Namjoon mengerutkan keningnya. Entah kenapa otak pintarnya kurang bisa bekerja sekarang.

"Artinya aku tidak bisa mengubahmu dalam belasan tahun ini kan? Artinya aku tidak berguna kan?" lanjut Seokjin.

Yang sontak saja membuat Namjoon menggelengkan kepalanya.

"Kau bicara aneh, Jinseok"

Seokjin menunduk, mengaduk-aduk makanannya pelan.

"Bukannya aneh, Namjoon. Aku sekarang mulai paham kalau keberadaanku selama ini tidaklah begitu berpengaruh padamu. Ada tidaknya aku bukanlah hal yang penting bagimu"

Tersenyum miring pada akhir kalimatnya. Masih dengan posisi menunduknya.

"Jangan bicara omong kosong, Jinseok. Kau begitu berarti dalam hidupku"

Tangan besar itu mulai menjulur dan menyentuh dagu si manis, mengangkatnya agar mereka bisa kembali bertatapan. Memaksanya untuk melihat keseriusan di dalam mata jernihnya.

"Aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu"

Seokjin tersenyum lagi, tidak menolak saat kedua matanya berpapasan dengan mata sang suami. Bahkan membiarkan tangan besar itu menyentuh dagunya.

"Jadi kau mau meminta maaf untukku, kan?"

Si dominan kembali mematung. Ekspresi yang Seokjin tunjukkan seperti memaksanya untuk menuruti apapun yang ia inginkan.

"Aku tidak memaksa seorang Kim Namjoon untuk meminta maaf atas keinginannya sendiri. Meminta maaflah atas nama Kim Seokjin jika diperlukan"

"Jinseok"

Seokjinpun kembali memberikan senyumannya. Membuat si dominan tak bisa membalas dengan kalimat apapun.

Selain sebuah anggukkan kecilnya.

-*123*-

"Apa Mamih tidak apa-apa, Hyungie?"

Tak jauh dari pasangan yang sudah belasan tahun membina rumah tangga, ada sepasang suami istri yang tengah mengamati tak jauh dari mereka.

Dengan si manis yang terus saja mengunyah, sementara si dominan hanya melihat dengan senyumannya.

"Aku yakin Mamih bisa melakukan apapun untuk anaknya. Menaklukan suaminya mungkin bukan hal besar untuk Mamih"

"Benarkah?"

Taehyung hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

Meski berstatus hanya sebagai menantu, Taehyung benar-benar kagum akan sosok mertuanya itu. Menganggap sang mertua sebagai Ibunya sendiri, meski ia masih memiliki Ibu.

"Mamih masih saja membantu kita meski sudah tahu kalau aku adalah anak dari orang yang dulu pernah menjadi penghalang hubungannya dengan Papih. Anak dari orang yang seharusnya dibencinya"

HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang