13

4K 532 107
                                    

"Jimin"

Satu nama itu berhasil lolos dari bibir kecilnya begitu kedua matanya kembali terbuka. Saat kesadarannya kembali sepenuhnya.

"Yoongi, sudah sadar? Apa ada yang sakit? Membutuhkan sesuatu?"

Byul Yi. Wanita yang menemani anaknya itu langsung saja membantu Yoongi duduk di atas kasurnya. Memberondongi dengan pertanyaan akan rasa khawatirnya.

"Jimin"

Kembali nama itu yang disebutkan.

"Istirahat lagi ya? Pasti Yoongi lelah"

"Bunda"

"Heum?"

"Aku tidak boleh tertinggal"

Byul Yi mengerutkan keningnya bingung. Tidak paham apa yang diucapkan oleh anaknya ini.

"Tertinggal apa Yoongi?"

"Jimin. Aku harus menyusul Jimin sebelum Jimin pergi terlalu jauh, Bunda"

Pemuda itu mencoba turun dari atas kasurnya. Namun sesegera mungkin ditahan oleh sang Bunda.

"Tidak Yoongi. Disini saja ya? Yoongi sebaiknya istirahat disini dulu"

"Jimin akan meninggalkanku kalau aku tidak segera menyusulnya, Bunda"

Langsung mengambil benda tajam yang kembali terlintas di kedua mata kucingnya. Pisau buah.

"Yoongi, jangan!"

"Jimin tidak boleh sendiri, Bunda. Pasti Jimin membutuhkanku"

"Lepaskan pisaunya, Yoongi!"

"Baby Mochi menunggu kami disana"

"Yoongi, sudah!"

Kedua bola mata kucing itu langsung membulat saat melihat bercak merah kembali muncul di depan matanya. Kali ini darah yang berbeda.

"Sudah ya?"

Darah sang Bunda yang memilih untuk menggenggam pisau bagian tajam yang Yoongi bawa.

"Bunda...."

"Yoongi anak pintar, tidak boleh memegang benda tajam ya?"

Perlahan, saat tangan Yoongi kembali bergetar dan melemah, Byul Yipun mengambil dan membuang pisau itu ke lantai.

Mengibaskan telapak tangan berdarahnya sambil meringis kecil.

"Bunda...aku...aku..."

"Istirahat dulu ya? Yoongi pasti masih lelah dan terlalu banyak pikiran sekarang"

Dengan tangan yang masih bersih, Byul Yi kembali membantu anak sulungnya itu untuk berbaring lagi di atas kasurnya.

"Maafkan aku, Bunda" cicit Yoongi pelan.

"Bukan salah Yoongi. Tenangkan pikiran dulu, nanti Bunda kembali setelah membersihkan ini ya"

Agak ragu sebenarnya meninggalkan pemuda ini sendirian. Tapi tangannya juga perlu diurus atau akan kesakitan berkelanjutan.

"Bunda suruh Jaehyun kemari ya? Biar Yoongi tidak sendirian"

Tentu saja ia tidak akan benar-benar tega meninggalkan Yoongi sendiri setelah adegan pisau itu.

Tak lama setelah Byul Yi pergi, muncul pria tampan nan tinggi di kamar cukup nyaman itu. Mengambil tisu untuk membuang pisau yang masih ada bercak darahnya ke tempat sampah sebelum menghampiri sang kakak yang masih diam di posisi berbaringnya.

Duduk di tempat sang Ibu tadi. Tepat di sebelah ranjang si kakak.

"Bagaimana Hyung rasanya jadi janda?" tanyanya tanpa basa-basi.

HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang