Bonus

5.7K 600 73
                                    

"Sudah kubilang jangan ke dapur kan?! Kalian tuli apa?!"

Seperti biasa, rumah besar dengan banyak penghuni itu sudah ramai saja pagi-pagi begini. Tentu saja dengan teriakan sang Nyonya rumah yang kini memelototkan kedua matanya. Tak lupa kedua tangan yang dilipat di depan dadanya.

"Salah Nana sendiri kesiangan. Aku kan lapar"

"Alasan. Kau kan bisa makan buah"

"Tidak kenyang kalau hanya buah saja, Nana"

"Banyak alasan! Cepat minggir!"

"Sudah mau selesai, Nana. Tanggung"

"Minggir, Kim Seokjin! Jangan membantahku terus!"

Yang disebut namanya itu hanya berdecih kecil seraya memutar bola matanya malas. Namun akhirnya pergi juga karena tak mau berdebat lebih lama dengan mertuanya itu.

"Kenapa kau masih disini?!"

"Aku...aku...hiks...Jimin"

Berbeda dengan menantunya yang semakin melunjak tiap harinya, selalu membantah apa yang diucapkannya, cucu menantunya ini justru berkebalikan. Lebih cengeng kalau Nana bilang.

Seperti sekarang.

"Aku hanya menyuruhmu pergi, kenapa kau menangis?!"

Dan nyatanya, si Nyonya rumah ini bukan orang penyabar. Dan kata-katanya tidak bisa dilembutkan.

"Aku...ingin Jimin...hiks"

"Dasar tidak berguna"

Ditariknya tangan putih itu keluar dari dapurnya. Cucu menantunya ini lebih merepotkan daripada menantu sialannya.

"Yoongi? Kenapa?"

"Istrimu itu cengeng sekali sih?! Jangan terlalu memanjakannya, nanti dia berulah seperti dulu"

"Nana!"

Sang Nyonya rumahpun pergi dari pasangan yang tengah berpelukan itu. Yang penting tujuan awalnya untuk mengusir dua orang itu dari dapurnya sudah selesai. Ia bisa kembali ke dapur sekarang. Tak perlu memikirkan efek sampingnya.

"Sudah ya? Jangan menangis lagi. Nana hanya bercanda"

"Hiks...aku tidak...berguna, Jimin...hiks"

Sesuai dugaan Seokjin, perilaku neneknya saat Yoongi kembali ke rumah ini memang berbeda. Perlakuan yang hampir sama seperti yang Seokjin dapatkan.

Mungkin Seokjin tidak akan perduli dengan cacian atau ucapan kasar dari si Nyonya rumah padanya, tapi berbeda dengan Yoongi. Pemuda manis ini sangat sensitif dan emosional sekali. Apalagi dengan keadaannya yang tengah berbadan dua begini. Semakin parah.

"Sudah, sudah. Main dengan Taeri saja ya?"

"Ceri?"

"Ya"

Satu lagi yang berbeda di rumah ini sekarang. Yaitu kehadiran satu keluarga kecil Kim lainnya. Yang pada awalnya ngotot ingin dibelikan rumah sendiri dan hidup mandiri, sekarang justru kembali ke rumah besar ini. Semakin menambah keramaian di kediaman Tuan Kim.

"Aku mau main dengan Ceri, Jimin"

Dan kehadiran sang keponakanlah yang berhasil membuat Yoongi kembali tidak bersedih. Membuat senyum kecil itu merekah lagi.

"Hapus dulu air matanya, nanti Taeri juga ikut sedih melihat Pamannya sedih"

Sebuah anggukkan kecil beserta usapan lembut di wajah putih berair diberikan sebagai kepatuhannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 20, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang