16

4K 565 81
                                    

"Jinseok, jangan bercanda"

Seokjin membuka kopernya. Mulai memasukkan pakaiannya dari lemari ke dalam koper besar itu satu persatu. Sangat rapi hingga bisa memuat banyak pakaian.

"Aku sudah menelpon Byul Yi. Dan sebentar lagi dia akan menjemputku" sahutnya sambil melanjutkan beres-beresnya.

"Kau benar-benar mau berpisah denganku hanya karena anak haram itu? Kau sudah lupa bagaimana perjuangan kita dulu hingga bisa menikah dan sampai pada titik ini?"

"Kau yang membuatku begini. Berkacalah dan jangan hanya menyalahkan orang lain"

Masih melipat baju-bajunya, Seokjinpun sudah tidak membalas apapun yang suaminya ucapkan. Terlalu malas lebih tepatnya.

Hingga beberapa menit ke depan, barulah ia menyelesaikan kegiatannya. Kopernya sudah penuh. Ia hanya akan membawa baju saja karena berpikir tak akan membutuhkan barang lainnya.

Ah, mungkin boneka putihnya merupakan pengecualian. Ia harus membawa boneka itu kemanapun pergi.

"Jinseok"

Baru juga ia beranjak sambil menarik koper dengan tangan kanan, memeluk bonekanya di tangan kiri, sebuah tangan lain sudah menyentuh lengannya. Menahannya.

"Aku sangat mencintaimu. Aku tidak bisa hidup tanpamu"

"Ya sudah mati saja"

Menepis tangan itu dan kembali berjalan keluar. Masih dengan sang suami yang mengejarnya.

"Huh? Mau liburan kemana ini?"

Hingga ia sampai di ruang tengah dan berpapasan dengan sang mertua yang memandang heran ke arahnya.

"Aku akan pergi, Nana"

"Bulan madu?"

Seokjin menggeleng.

"Aku pindah dari rumah ini"

"Huh? Kenapa? Kalian mau pindah ke rumah baru ya?"

Lagi-lagi Seokjin kembali memberikan gelengan kepalanya.

"Hanya aku, Nana. Tanpa pria ini" tunjuknya pada orang yang masih berada di belakangnya.

Sontak saja Nyonya besar itupun mengikuti telunjuk sang menantu yang mengarah ke anaknya. Memberikan tanda tanya yang jelas di wajahnya.

"Nanti Jimin juga akan ikut denganku setelah keluar dari rumah sakit" lanjut Seokjin.

"Kalian mau bercerai?"

Dan sebuah anggukkan akhirnya Seokjin berikan kali ini.

"Dan kau mau membawa semua cucu-cucuku begitu?"

Anggukkan lagi.

"Enak saja. Tidak, tidak. Aku tidak akan mengijinkannya. Kau tidak ingat apa kalau kau sendiri sedang hamil sekarang? Sudah, kembali ke kamarmu dan istirahatkan otakmu yang mulai menggila itu"

"Aku serius, Nana. Pikiran kami sudah tidak sejalan lagi. Kami juga sudah membicarakannya"

"Aku tidak setuju, Jinseok. Jangan mengambil kesimpulan sendiri"

Akhirnya Namjoon kembali mengeluarkan suaranya.

"Aku tidak perduli akan pendapatmu. Kau saja sudah tidak mau mendengarkanku, untuk apa aku mempertimbangkan ucapanmu"

Dengan menghentak-hentakkan kakinya di lantai, Seokjinpun akhirnya beranjak dari tempat itu. Mengabaikan sang mertua dan si suami yang masih saja mengejarnya.

"Bawa istrimu kembali atau kau juga harus pergi dari rumah ini, Namjoon" pesan si Nyonya Besar sebelum Namjoon kembali mengikuti sang istri keluar.

HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang