12

3.5K 534 70
                                    

Hening. Senyuman itu tidak senada dengan berita yang keluar dari bibir tebal sang Dokter.

"TIDAK! JIMIN TIDAK AKAN MENINGGALKANKU!"

Keheningan sesaat itu terpecah bukan dari suara salah satu anggota keluarga Kim yang masih diam dan mencerna kalimat si Dokter. Melainkan dari orang yang datang tepat saat sang Dokter mengumumkan-

"JIMIN TIDAK AKAN KEMANA-MANA! JIMIN MASIH DISINI! AKU AKAN BERTANYA LANGSUNG PADA JIMIN! MINGGIR!"

"YOONGI!"

"Maaf, Anda-"

"MINGGIR! AKU MAU BERTEMU DENGAN JIMIN!"

"Saudara Jimin sudah-"

"JIMIN MASIH DISINI! JANGAN MENGHALANGIKU!"

Pintu itu masih terbuka, dan tanpa mendengarkan suara-suara di sekitarnya, Yoongipun langsung menerobos masuk.

"Yoongi! Astaga!"

Tanpa memakai alat pelindung apapun, pemuda manis itu langsung berlari ke tempat dimana ia yakin orang yang ia cari berada.

"APA YANG KALIAN LAKUKAN?! JANGAN DILEPAS!"

Kembali histeris saat sudah menemukan dimana orang itu berada. Mendekat dan menatap nyalang satu persatu orang yang mengelilinginya.

"Maaf, pasien sudah dinyatakan meninggal, kami hanya melepas alat bantu hidupnya agar mudah untuk-"

"Siapa yang bilang kalau Jimin meninggal?! Jangan bicara seenaknya! Jimin masih disini!"

Para perawat disana saling bertatapan bingung. Bingung kenapa bisa orang ini masuk ke dalam ruang operasi dan bingung bagaimana mengatasinya.

"Biarkan saja"

Hingga sang Dokter ikut masuk dan menyuruh para perawat untuk tidak mengganggu orang tidak diundang ini.

"Jimin"

Dan mereka hanya melihat dengan menjaga jarak, bagaimana orang itu mulai memeluk tubuh mulai dingin orang yang baru saja mereka tangani.

"Jimin kedingininan ya? Aku peluk ya biar tidak dingin"

Menyandarkan kepalanya pada dada bidang orang yang terbujur kaku di dalam pelukannya.

"Orang-orang itu berbohong kan? Jimin masih disini kan? Jimin tidak akan meninggalkanku kan?"

Meski bahkan Yoongi tidak bisa merasakan detak jantung dari orang yang dipeluknya.

"Jimin sudah berjanji untuk menyambut kehadiran Baby bersamaku. Jimin sudah berjanji memberikan nama untuk Baby"

Pelukannya semakin erat saat suhu yang ia rasakan semakin rendah.

"Jimin bilang ingin memberikan adik untuk Baby kan? Jimin ingin berapa? Dua? Tiga? Baby pasti senang kalau punya banyak teman nanti. Juga ada Ceri dan adik-adiknya nanti. Ah, adik Jimin juga"

"Kalau mereka sudah bersama, pasti akan sangat ramai. Nana yang akan berteriak-teriak, kakek yang hanya meminum kopinya dengan santai, Papih dan Mamih yang pasti ikut membantu menjaga cucu-cucunya. Jungkook dan Taehyung juga, mereka pasti lebih sibuk bermesraan berdua"

"Jimin, bukankah kita belum berbulan madu? Bagaimana kalau saat Jimin libur nanti kita pergi bulan madu? Babynya nanti bisa dititipkan dulu ke Nana. Nana pasti tidak akan keberatan karena Nana menyukai anak-anak"

Membayangkan sebuah kehidupan masa depan yang begitu indah di benaknya.

Hanya sesaat sebelum Yoongi kembali melihat ke arah wajah memutih yang tengah memejamkan matanya itu. Kembali pada kenyataan yang harus ia terima dengan sangat berat. Tidak ingin fakta itu nyata.

HusbandsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang