Part 5. Problem ( 2 ) - masalah dan pertanyaan yang tidak dapat ia katakan

154 8 0
                                    


Setelah diberitahu Takaki bahwa ponselku tadi berdering didalam kamar, aku segera pergi ke kamarku. Kutemui notif ponsel 'panggilan tak terjawab' dan e-mail sekaligus. Kulangsung duduk diatas Kasur dan mengambil ponselku. Kubuka layarku dan kubuka aplikasi 'Phone', ternyata orang yang memanggilku tadi Shuzi. Ohya, sekarang aku juga masih belum menanyakan hal itu kepada Takaki, maafkan aku, Shuzi. Masih sulit untukku berbicara dengannya, rasanya seperti punya masalah besar, padahal cuman gara-gara aku menguping pembicaraan Takaki dengan seseorang. Kemudian aku membuka g-mail ku dan kudapati e-mail dari Shuzi. Kubukalah e-mail dari-nya tersebut.

"Maaf tadi cuman miss call aja, maaf mengganggu, Houki. How jadi nggak? Dah kamu Tanya, kan? Jawab, yah. Yah, kalau misalnya belum kamu tanyain, tanyainlah selagi sempat dan bisa kamu tanyain. Mungkin juga kamu ada masalah sama dia sampai kamu belum bisa menanyakan hal itu padanya. Yah, setiap orang pasti memiliki masalah ya'kan? Nggak apa-apa, kok, kalau misalnya belum kamu tanyain. Lagian'kan festival-nya dimulai akhir pekan nanti, tanyakanlah selagi kamu bisa. Kalau kamu memang ada masalah cobalah bilang padaku, jangan dipendam sendiri. Aku akan selalu menunggu mulai-nya curhatanmu. Hihihi. From : Shuzi tercinta."

Hahh..sepertinya aku perlu bicara dengan Shuzi mengenai hal ini. Apa coba kutelpon saja,ya? Aku mulai memanggil Shuzi lewat telpon. " tii..it, tut." Panggilan terjawab.

" ya, halo?" tanya seseorang yang menjawab panggilan yang tak lain ialah Shuzi

" maaf, ini Houki, Shuzi." jawabku pelan agar tidak didengar Takaki dari luar ( takut Takaki nguping )

" ohh, Houki, ada apa? How? Jadi?" tanyanya bertubi-tubi

" maaf, aku ada masalah.."

" tunggu, tunggu, besok kita liburkan hari sabtu. Hari ini apa aku boleh nginap rumahmu?" potong Shuzi yang terdengar agak sibuk

" eh, boleh-boleh aja, sih. Tapi ada apa?" tanyaku balik

" baiklah, tunggu aku dirumahmu. Aku akan datang setengah jam lagi." jawabnya

" tu..ut, tu..ut." panggilan dimatikan darisana

Ada apa dengan dia, orang tanya ada apa langsung dimatikan. Aku harus bagaimana? Apa aku perlu memberitahukan ini pada Takaki? Hmm, sepertinya aku memang perlu memberitahukan ini pada Takaki karena kami serumah. Dia juga harus tau ini. Aku memutuskan begitu dan pergi keluar kamar. Kutemui Takaki yang berada di ruang tengah. Apa dia di ruang tengah terus daritadi?, pikirku.

" Takaki." Panggilku

" iya?" Takaki menoleh kearahku sambil mengemut sendok dimulutnya

" ada yang mau kubicarakan, boleh?" tanyaku padanya

" ada apa?" tanyanya sambil mendekatiku

" kamu tampak lemas, ada apa? Kamu sakit?" Takaki memegang tanganku dan mengajakku duduk diatas karpet ruang tengah

Aku paling tau akan Takaki, kalau aku sakit dia akan memerhatikanku tanpa memeduikan yang lain. Tapi satu hal saja aku kurang bisa terbuka dan jujur padanya. Dia membuat diriku menyandarkan diriku dipundaknya dan terus mengelus rambutku.

" Takaki, terimakasih. Aku baik-baik saja,kok." Ucapku sambil memegang tangannya yang mengelus rambutku

" jadi ada apa?" tanyanya lembut

" hari ini ada temanku yang mau nginap nggak apa-pa'kah?" tanyaku balik

" tumben? ada apa kok tiba-tiba begini? Ada masalah, ya?"

" nggak, kok. Hanya ada yang perlu kami bahas." Jawabku

" tentang apa?"

" eh?" aku terdiam, aku merasa aneh pada diriku sendiri kenapa aku nggak bisa menanyakan sesuatu seperti dia langsung begini, ahh..aku begitu iri pada dirinya yang seperti ini. Apa aku bisa menjadi seperti dirinya? Sret, kupeluk Takaki perlahan. Aku menghembuskan napas yang panjang sambil mengendapkan kepalaku dalam dirinya. Takaki hany bisa memelukku kembali dan mengelus pundakku.

T x HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang