Part 17. you are everything - kenapa kamu pergi!? ( Part 1 )

53 4 0
                                    


Aku selalu berpikir bahwa dia segalanya bagiku. Aku memang tidak pandai berkata dan berkomunikasi dengan bener bersama temanku. Akhirnya aku berpikir setelah melalui sekitar 56 sekelompok orang yang ingin berteman denganku baik secara individu mau pun kumpulan beberapa orang, alur akhir dari mereka sama semua nggak ada bedanya. Semua itu kulalui beruntutan sampai akhirnya aku mulai menghindari keramaian. Dan itu semua telah menghabiskan waktu tiga tahunku dari aku menduduki kelas empat pendidikan dasar semenjak nee-chan memutuskan untuk memasuki dunia hiburan yang dia sukai bersamaku waktu itu. Mereka semua memiliki niat yang sama ketika berteman denganku dan mereka selalu mengajak main di rumahku untuk mendapatkan kesempatan dalam kesempitan.

Lebih tepatnya mereka ingin aku lebih mengenalkan nee-chan pada mereka karena mereka berpikir jika aku berada dengan mereka aku harus melakukan apa yang mereka inginkan. Setelah aku melihat banyak ekspresi yang sama dan niat-niat tersebut, hatiku seperti menutup satu kata yang berarti social. Aku benci keramaian, aku benci ke-egoisan, tetapi diriku juga ikut ternodai dengan ke-egoisan tersebut karena kebaikan seseorang yang selalu ada untukku. Hal kebaikan itu telah menjadi celah cahaya yang menarikku dalam kegelapan yang sangat mendalam itu, diriku membuat keputusan yang mutlak yaitu tidak membutuhkan semua itu satu orang saja sudah cukup buatku.

Dia datang dengan jangka waktu yang terpotong-potong, walau begitu hatiku selalu ditarik olehnya. Semua kegiatan dan semua yang sedang bersamaku kutinggalkan semua untuk orang itu. Pelukan hangat yang bagiku tiada tanding saat itu membuat diriku terpenuhi, walau tekanan dan kesedihan pemanfaatan orang-orang terhadapku menimpaku lebih berat aku membuat semua itu berlalu dengan kehangatan yang ia punya untukku. Perkataan lembutnya yang seolah-olah berbisik pada hati kecilku, tangannya yang menyentuhku dengan lembut, membuat diriku menginginkan ketamakan dunia yang dinamakan egois. Aku ingin lebih dari ini, aku ingin selalu bersamanya dimana pun dia berada.

Tetapi suatu hari Dad mengajakku ke luar negri yang sangat jauh bagiku karena melalui kota, aku yang menuruti keinginan Dad itu seperti melihat seseorang itu melepas tangan untukku. Aku tersenyum melihat itu, nggak apa-apa, aku akan kembali lagi bersamanya lagi dan akan mengikutinya kemana pun ia pergi, begitulah pikirku saat melihat ekspresi yang dikeluarkan oleh seseorang yang sangat berarti olehku. Aku menghalau semua perasaan yang mencurigai satu hal yang membuatku ingin tahu dengan senyuman itu. sepertinya diriku sudah meluber diisi oleh perasaan yang selalu terpenuhi tersebut, dan mataku sudah tidak lagi menginginkan untuk melihat hal itu semua, seakan-akan diriku sudah puas dengan yang perasaan ini.

Aku tidak menyangka Dad mengajakku di tempat yang asing bagiku lebih lama dari dugaanku. Sampai aku bertemu dengan seseorang yang baru saja kunamai sebagai teman sejati, ia adalah Hiriza Michelle. Pertemuanku dengannya seperti merasakan sebuah kupu-kupu yang bersayap sangat indah bagaikan pecahan Kristal yang tersinari cahaya rembulan mendekati diriku tanpa maksud apa-apa, tidak seperti orang lain yang ingin berteman denganku karena nee-chan. Perasaanku tambah di konfirmasi olehnya karena ini pertama kalinya aku mendapatkan seorang teman perempuan yang melihat diriku sebagai diriku bukan diri orang lain.

Pertemuanku kedua dengan anak sebaya laki-laki yang dikenal baik oleh Michelle dan diperkenalkan ke diriku. Perhatianku tak terlalu acuh ke anak laki-laki sebaya tersebut, diriku masih aja memutuskan hanya Michelle-lah yang terbaik. Anak lelaki yang sebaya denganku ialah Raiziga Takaki, sepertinya dia teman kecilnya Michelle. Dia tampak dekat dengan Michelle, dan Takaki tersebut tampak segalanya bagi Michelle. Walau begitu hal tersebut tak menggoyahkan perasaan ini ke Michelle, dia tetaplah teman sejatiku dan temanku yang terbaik lebih dari siapa-pun. Awalnya aku belum terlalu menganggap bahwa Takaki adalah teman, karena aku menganggapnya biasa walau dia sama dengan Michelle,menjadi temanku bukan karena nee-chan.

Lama-lama aku melupakan perasaan yang diberi seseorang yang begiku dulu itu adalah sangat special. Kukira awalnya aku sudah tak membutuhkannya, maksudnya aku bisa menjadi diriku tanpa seseorang tersebut. Aku akan menjadi kuat kembali, seperti itulah. Tetapi insiden beberapa tahun yang lalu, membawa Michelle seseorang yang sangat berarti bagiku sebagai seorang teman sejatiku pergi dari dunia tak kembali dan akan melepaskan diriku seorang tanpa kehangatan melainkan dengan luka gores yang mengiris hatiku. Pandanganku tak teralihkan sama sekali dari tubuhnya yang semakin lama mendingin dalam pelukanku dan seorang petugas rumah sakit membawanya dariku untuk selamanya. Melihat Michelle yang dibawa pergi petugas kesehatan membuat diriku teriak sekuat-kuatnya, hatiku terasa berat terasa sedih dan rasanya sesuatu seperti menusuk dari dalam.

Seketika itu seseorang memelukku dari arah belakang. Aku langsung teringat akan kehangatan itu yang telah lama hilang dalam perasaanku karena aku tidak menerimanya selama aku bersama Michelle. KuLangsung berbalik badan dan kutatap wajahnya dengan perasaanku yang sekarang, diriku membeku. Yang kulihat itu bukanlah dia melainkan anak lelaki yang sebaya denganku yaitu Takaki yang mengerti bagaimana perasaanku sekarang ini. Aku nggak tahu kalau selama ini Takaki juga mengerti perasaanku selain dia dan Michelle. Aku pun berada dalam jangkauannya Takaki sekarang, kehangatan itu menyelimuti diriku dengan aliran yang berbeda dengan seseorang tersebut.

Diriku menahan tangis saat melihat Takaki yang berlaku seperti seseorang itu. Tiba-tiba saja tangan menyentuhku dengan lebih hangat dan lembut, aku tau itu tangannya Takaki dia mengelusku, menghiburku karena melalui hal berat seperti ini. Aku mengedahkan kepalaku menerima kehangatan tersebut dan membalasnya juga sambil menahan semua kesedihanku saat ini. Set, terlintas di pandanganku yang membuatku tak teralihkan. Aku baru teringat akan suatu hal. Mom hari itu juga ikut dalam insiden kecelekaan ini, tetapi dia beranjak dan pergi dari tempat kejadian itu seperti angin yang behembus lalu lalang tak peduli.

T x HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang