Part 3. Forget - lupa menanyakan suatu hal

179 11 0
                                    


Istirahat pun tiba,murid-murid pada keluaran dari kelas. Aku membereskan buku mata pelajaranku ke dalam tas dan mengeluarkan bekal makan siangku.

" Shuzi, aku duluan ya." Seruku sambil berdiri dari tempat dudukku

" iya. Duluanlah, aku masih ada yang harus kulakukan." Jawabnya

" hm, baiklah."

" Houki, jangan lupa Tanya,ya." Seru Shuzi mengingatkanku

" ya."

Aku pergi keluar kelas dan menuju ke ruang kelas Takaki. Temanku dikelas mungkin bagiku hanya Shuzi sama Takaki karena yang lain biasanya mendekatiku, layaknya pdkt hanya untuk bisa dekat sama kakakkku jadi aku nggak mau bersama mereka semua. Saat aku berjalan, ada sesuatu yang menarik perhatianku dari luar jendela lantai tiga. Oya, kelasku berada di lantai dua sedangkan kelas Takaki berada di lantai tiga. Makanya aku biasanya berpisah dilorong tangga dengan Takaki saat mau pergi ke kelas. Di luar jendela aku melihat sosok seseorang yang familiar bagiku. Sosok itu membelakangiku jadi aku nggak dapat melihat mukanya dengan jelas. Tapi pikiranku percaya itu sosok anak itu. Dan juga sudah biasa bagi kami di sekolah ini ditembak sama adek kelas dan kakak kelas dan teman setingkatan setingkatan.

Aku melihatnya sambil nyengir-nyengir sendiri, entah ini sudah ke berapa kali kami ditembak sama murid sini dari tahun pertama sampai sekarang. Ah, dia yang nembak tersenyum bahagia dan berlari ketempat dimana teman-temannya menunggu. Sepertinya diterima ya, selamat setelah sekian lama, sepertinya bosan ia menolak banyak orang. Dia mau mulai kehiduapan baru ya, baguslah. Anak itu melihat kearahku dan melambai sambil tersenyum kepadaku. Aku pun membalas lambaiannya. Anak itu memberikan aku semacam kode yang berarti " tu-nggu-a-ku-di-sa-na.". Baiklah, baiklah, akan kutunggu disini. Ia segera berlari kedalam gedung untuk menemuiku yang berada di lantai tiga.

Setelah beberapa saat aku menunggu dia. Akhirnya muncul juga dia dari arah tangga menuju lantai dua.

" Houki." Panggilnya

" ya." Jawabku

" buruan sini entar jam istirahat habis." Ujarnya

" hmm, daritadi aku aja menunggumu yang lagi ditembak seseorang." Jawabku sambil berlari kecil mendekatinya

" mau makan dimana?" tanyanya

" hmm, di atap ajalah." Jawabku

" memangnya nggak dikunci apa?"

" entah, nggak tau, aku juga belum mastikan atap di kunci atau nggak."

Kami berjalan bersampingan menuju keatap sekolah. Anak tadi yang aku sebut ialah Takaki. Kami berdua semacam primadona disekolah ini. Aku yang mirip kakakku yah karena memang sudah dari lahir keturunan Mom dan sebenarnya kak Sakura itu mirip Dad. Takaki, yah, mungkin bagi murid perempuan disini itu tipe idaman mereka. Sayangnya dia selalu aja bersamaku dan mungkin beberapa orang yang suka sama Takaki menganggapku sebagai saingannya. Sebenarnya ada juga pembentukan club fans Takaki yang menerima sekali aku jadi pasangan Takaki. Walau sebenarnya kami hanya teman masa kecil.

" Takaki, how tadi?" tanyaku saat sudah sampai diatap dan ternyata pintunya dikunci jadi kami makan disini ajalah.

" hm, apa maksudmu?" balasnya bertanya.

" inyou..nyang nyadi jimawah..( itu.. yang tadi dibawah.. )" jawabku sambil mengunyah makananku

" ah, makan makan dululah, jangan makan sambil ngomong." Mendengar itu aku langsung menelan makanan yang sudah kukunyah

" hehe, entah kenapa sepertinya memang harus dibahas, jadi aku lupa kalau aku lagi makan."

" memanglah jadi apa tadi?" Tanyanya lagi

T x HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang