Part 6. Problem ( 3 ) - Dia juga punya hak

143 9 0
                                    


Aku merasa sudah baikan setelah mandi. Rasanya tadi badanku capek semua, tapi setelah mandi jadi fresh. Mandi memang yang terbaik, walau ada yang lebih baik dari pada hal itu.

" Houki. " Panggil Takaki

" ya, ada apa?" balasku

" dah siap, kan?"

" ya."

" yaudah kalau begitu, aku mandi , ya."

" Shuzi mana? Sudah datang?"

" iya, dia sudah datang, kok."

" dimana dia sekarang?"

" di kamar tamu." Jawab Takaki sambil membuka pintu kamar mandi

Aku langsung pergi ke kamar tamu, kuketuk pintunya dan menunggu Shuzi membuka pintunya.

" ya?" jawab Shuzi dari celah pintu yang dia buka

" oh, Houki. Masuklah." Seru Shuzi sambil membolehkanku masuk kedalam

" jadi kamu ada masalah apa?" tanya Shuzi setelah aku duduk di sampingnya

" aku belum bisa menanyakannya pada Takaki." Jawabku

" hmm..gitu,ya. Tapi masalahnya kenapa?"

" kenapa apanya?"

" ya, kenapa kamu belum bisa menanyakan hal itu?"

Aku menundukkan kepalaku dan tidak menjawabnya. Shuzi pun ikut terdiam melihat diriku yang begitu.

" ah, maaf, kalau ini tidak mengenakkanmu." Ujar Shuzi sambil mengelus pundakku

" Shuzi, aku baik-baik saja, kok. Hanya saja.." aku tidak dapat melanjutkan perkataanku agak sulit bagiku untuk berbicara

" hanya saja?" tanya Shuzi mengulangi perkataanku

" hm, baiklah." Ucapku memutuskan untuk bilang kepada Shuzi

" ya?"

" aku belum bilang karena di hari itu dia ada janji dengan seseorang."

" heh? Dia punya janji dengan seseorang?" ucap Shuzi nggak percaya

" ya."

" tunggu, kamu tau itu dari mana?" tanya Shuzi memastikan perkataanku

" aku.."

" menguping pembicaraannya dengan seseorang." Jawabku

" kapan kamu tau itu?"

" pas pulang sekolah tadi." Jawabku lagi

" dia perempuan atau laki-laki?"

" apanya?"

" bicara lawannya."

" perempuanlah pastinya."

" tapi'kan kamu.."

" sudah Shuzi, kami punya kehidupan tersendiri. Nggak pantas bagiku menganggu kehidupan dia juga." Potongku saat melihat Shuzi khawatir

" kukira dia orang mengerti akan dirimu." Ucap Shuzi yang kesal mendengar hal tersebut

" ya, dia adalah orang yang paling mengerti akan diriku, kok." Balasku

" kalau begitu seharusnya.."

" Shuzi, dengarlah! Dia juga punya hak, walau kami tinggal bersama begini nggak tentu semua hal harus terjadi sesuai dengan yang kita inginkan. Begitu juga dengan orang lain ya'kan? Mungkin ada juga orang yang tinggal bareng, seperti aku dan Takaki saat ini. Tetapi mereka bukan pasangan hidup, dan juga nggak perlu orang tersebut maksain apa yang di inginkan harus tercapai bersama dengan orang lain tersebut. Bukankah orang yang hidup bersama dia itu juga punya kehidupan dan hak kehidupannya? Bukankah seperti itu?" tanyaku balik kepada Shuzi

T x HTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang