BAB 8

699 57 2
                                    

Don't forget to tap the star❤
.
Happy reading!
.
.
.

—Last Day—

Langit terlihat begitu cerah, suara kicauan burung saling bersahutan,  seolah-olah ikut merasakan suasana yang tercipta pada hari ini. Usai sudah kegiatan karantina setelah 14 hari lamanya dan akhirnya tepat pada hari ini mereka akan dipulangkan ke daerahnya masing-masing.

Tak dipungkiri lagi, raut wajah bahagia menghiasi semua orang yang berada disana, senyum lebar terukir indah, tawa riang mengudara dengan bebas, sampai air mata yang terjun bebas melewati pipi.

Baik peserta maupun panitia, mereka merasa puas dapat menjalani masa karantina ini, sukses tanpa hambatan sekalipun, dan kabar baiknya tidak ada satupun peserta yang terinfeksi virus yang sedang mendunia ini.

"Alhamdulillah akhirnya selesai," ujar Mahesa.

Alvian menghembuskan napasnya lega, "Iyaa asli gue seneng banget,"

"Eh abis ini kita dapet jatah libur kan?"

"Pasti sih kalau itu. Secara ini kan kegiatan besar,"

Mahesa mengangguk, "Kangen kasur empuk gue. Kebelet rebahan," ujarnya cengengesan sendiri.

"Lo mah rebahan mulu. Heran gue ada spesies tentara sejenis lo,"

"Yeuu kan nggak gitu mulu. Gue rebahan kalo dirumah doang,"

"Serah lo dah,"

"Al," panggil Mahesa yang dibalas deheman oleh pria disebelahnya itu.

"Lo sama Yura gimana?" Tanya Mahesa, mengingat tempo hari dimana Alvian yang memberi tahu Mahesa jika ia mempunyai perhatian lebih pada gadis berjilbab tersebut.

Eh salah.

Bukan memberi tahu, tetapi dipaksa mengaku.

"Gimana apanya?"

"Ya gimana?"

"Ya gimana apanya?"

"Ya gimana kemajuannya?"

"Kemajuan apanya?"

"BODO!" Teriak Mahesa frustasi sendiri.

"Peserta sudah siap Brigjen," lapor salah satu anggota TNI yang tiba-tiba datang dan memotong perdebatan kedua sejoli tadi.

"Siap. Terimakasih pak."

Alvian pun memamerkan tawa kecilnya kemudian meninggalkan Mahesa untuk menuju aula, hendak memimpin jalannya upacara penutupan. Ia berdiri tegap diatas panggung menghadap para peserta yang sudah berbaris membentuk formasi upacara.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarokatuh. Saya Brigadir Jenderal Alvian Darmawangsa selaku pemimpin dan penanggungjawab kegiatan karantina, mengucapkan terimakasih kepada seluruh peserta yang sudah melaksanakan kegiatan karantina dengan tertib. Dan saya memohon maaf atas segala kekurangan yang membuat ketidak nyamanan peserta sekalian selama kegiatan ini. Saya harap kalian dapat memetik hikmah dibalik ini semua."

Sekitar dua puluh menit lamanya mereka berdiri di bangunan beratap itu dengan menyimak pidato dari beberapa orang penting, sampai pada akhirnya upacara pun selesai.

Semua peserta tampak bersiap dengan barang bawaan mereka masing-masing untuk menuju bis yang akan membawa mereka menuju bandara untuk kembali ke daerahnya.

Alvian pun dengan wibawanya ikut berdiri tegap memantau para peserta karantina, mantan peserta lebih tepatnya.

"Brigjen Al!"

Alvian menengok ke arah sumber suara, kemudian menarik kedua ujung bibirnya setelah menangkap objek gadis berjilbab hitam sedang berjalan kearahnya.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Ini aku mau ngembaliin swallownya Kak Al," Yura menyodorkan kantong kresek hitam ditangannya.

Alvian mengambil alih kresek itu. "Makasih ya kak," ujar Yura dengan senyum lebarnya.

Alvian mengangguk, "Sama-sama,"

"Kenapa?" Tanya Alvian yang melihat Yura masih terdiam di depannya tanpa melakukan apapun.

"Em...Kak Al ikut pulang sekarang sama peserta?"

Alvian menggeleng, "Tidak. Saya pulang nanti bersama anggota TNI lainnya,"

Yura hanya ber 'oh' ria. Alvian mengangkat sebelah alisnya, "Kenapa memangnya?"

"Hah? Gapapa cuma tanya," 

Alvian tersenyum simpul, "Kamu nanti hati-hati dijalan yaa. Jangan sampai ketinggalan rombongan," candanya dengan kekehan kecil.

"Siap, Kak Al juga hati-hati yaa,"

"Yaudah aku balik ke yang lain dulu kak," izin Yura.

"Eh sebentar—" cegah Alvian.

Yura membalikkan badannya kembali, "Kenapa kak?"

"Em... Tidak jadi."

"Hah?"

"Tidak jadi. Silahkan kamu kembali." ujar Alvian yang sukses membuat raut wajah Yura kebingungan.

Yura pun melangkah kembali menuju teman-temannya dengan pikiran yang berkecamuk.

Kalian bertanya apa yang Alvian pikirkan tadi? Sebenarnya begini, ia hanya ingin bertukar nomor telepon dengan gadis itu. Sudah itu saja. Tapi setelah dipikirkan kembali, gengsi mengalahkan segalanya dan yang paling penting... punya hak apa ia melakukannya?

Alvian mengembuskan napasnya kasar ketika Yura sudah berjalan menjauh, "Udah lah." ujarnya bermonolog.

Lalu pria berseragam tentara tersebut pun berjalan menuju beberapa bis yang sudah terparkir di depan gerbang, untuk mengecek kesiapannya membawa para mahasiswa.

"Al," Mahesa datang dengan menepuk bahu Alvian.

"Apaan?"

"Persiapannya udah beres semua?"

"Udah. Tinggal berangkat doang,"

"Mending lo beresin barang-barang lo dulu. Soalnya markas udah beres semua, cuma tinggal punya lo,"

"Biar nanti tinggal beresin tenda sama perlengkapan lainnya," lanjut Mahesa.

"Okee kalo gitu, gue cabut."

"Sip."

Mahesa berdiri di tempat Alvian tadi untuk menggantikannya memantau kepulangan para mahasiswa.

"Yura!" Panggil Mahesa ketika gadis itu lewat didepannya.

"Pak Mahesa," sapa Yura kembali dengan menganggukkan kepalanya sekali.

"Kamu kok sendirian? Tidak bersama Maya?"

"Dia udah naik dulu tuh," jawab Yura menunjuk Maya yang sudah duduk manis di dalam bis.

"Oooh. Ya sudah kamu hati-hati yaa," ujar Mahesa tersenyum lebar.

"Iyaa makasih pak. Saya duluan."

"Siap."

......

HOPE YOU GUYS ENJOY IT!
Don't forget to VOMMENT xixixi
Thankyouuuuuu❤❤❤

because of corona -end✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang