BAB 13

651 49 4
                                    

Don't forget to tap the star❤
.
Happy reading!
.

Rooftop memang menjadi pilihan terbaik untuk disinggahi setiap waktu. Siang dan malam berada di atas sana memang sangat pas walaupun hanya sekedar menikmati semilir angin sekaligus menatap kemacetan di bawah teriknya panas, yang juga dapat berubah menjadi lautan cahaya dengan berbagai jenis pemandangan benda langit. Jangan lupakan rooftop yang berperan besar dalam menciptakan suasana menjadi lebih santai dan nyaman yang berdampak pada penjernihan pikiran.

Seperti saat ini, Alvian dan Yura yang sudah duduk bersebelahan menghadap pemandangan malam dari rooftop restoran. Setelah sebelumnya mereka menghabiskan makan malam bersama dan kemudian kedua orang tua Alvian dan Yura menyuruh mereka berdua agar berbicara empat mata untuk menjelaskan hal-hal yang perlu diluruskan.

"Jadi?" Tanya Alvian mencoba memecah keheningan.

"Jadi apanya Kak?" Yura justru bertanya balik.

"Kok kamu bisa disini?"

"Ya karena aku nurutin permintaan Ayah Bunda buat dijodohin. Kak Al juga gitu kan," balas Yura menunjuk Alvian.

Alvian mengangguk pelan, "Iya, tapi bukannya kamu udah dilamar?"

"Ooh kalo tentang lamaran itu udah selesai,"

"Maksudnya?" Tanya Alvian memandang Yura yang masih asik menatap sorot lampu dibawah sana.

"Lamarannya udah aku tolak,"

Alvian berpikir keras. Bukannya orang-orang jaman sekarang kalau dilamar pasti sudah kenal dekat ya? Dan pastinya diterima bukan? "Kok bisa gitu?" Tanyanya.

"Kan aku gak ada perasaan lebih ke dia. Jadi tuh dia itu anaknya temen Ayah, sekaligus temen satu fakultas waktu aku S1, cukup akrab juga waktu itu. Dan katanya dia udah suka dari lama, tapi karena aku langsung lanjut S2 ke Wuhan kita jadi last contact. Makanya waktu tahu aku pulang, dia langsung dateng ngelamar," jelas Yura panjang lebar tinggi luas volume.

Eh.

"Dan Kak Al tau—"

"Enggak," potong Alvian cepat.

"Belum selesai ngomongnya Kak!" Protes Yura yang justru membuat Alvian terkekeh. Tolong lah ekspresi Yura terlalu menggemaskan baginya.

"Aku dikasih tau Ayah H-2 sebelum dia dateng ngelamar aku. Mendadak banget kan?"

"Biasa aja deh, Ra. Gak pake banget," Yura memasang wajah datarnya yang lagi-lagi membuat Alvian terkekeh gemas.

"Eh kok Kak Al tau aku dilamar?" Yura baru ingat kenapa bisa Alvian mengetahui hal tersebut, padahal dirinya tidak pernah memberi tahu siapapun kecuali keluarga dekatnya.

"Soalnya waktu itu Ayah kamu bilang ke aku. Waktu aku main ke rumah kamu itu,"

"Oooh pasti waktu aku lagi disuruh buat ngangkat jemuran ya?"

Alvian menganggukan kepalanya, "Oooh jadi waktu itu kamu lagi ngangkat jemuran. Tapi kok lama banget sampe aku pulang?"

"Jemurannya ada yang jatuh Kak. Jadi aku nyuci ulang," jawab Yura dengan cengiran kudanya.

Sedetik kemudian punggungnya menegak, tanda teringat sesuatu, "Oh iya! Waktu itu Kak Al katanya mau dateng lagi sama keluarganya kakak. Kok gak jadi?"

Alvian cukup terkejut beberapa saat sebelum ia dapat mengontrolnya kembali, "Ayah kamu gak bilang apa-apa tentang aku?"

Yura memasang wajah bingungnya, "Enggak deh. Cuma waktu selesai lamaran Ayah sempet tanya ke aku, aku punya kontaknya Kak Al apa enggak, terus aku jawab enggak. Udah gitu doang,"

because of corona -end✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang