Survive

30 3 0
                                    


     Tidak ada tempat yang aman di dunia ini sekarang, jika itu memang ada pasti tidak akan bertahan lama. Hanya saja, kita tidak mengetahui apa yang terjadi saat kita sibuk dengan urusan kita. Dan tidak semua yang kita ketahui pasti benar, sekarang kita hanya bisa menunggu waktu dan takdir yang akan menunjukkannya. "Tap."

Ruang Kepala Sekolah

     Di Ruang Kepala sekolah Azza dipanggil oleh Maulana. Disana Maulana sedang melihat dan memperhatikan laporan yang dia terima dari Briell.

"Selama 3 hari kemarin Briell melakkukan patroli untuk menumpaskan para Stalker. Dan aku baru saja membaca laporan akhir dari Briell, bagaimana pendapatmu?" tanya Maulana

"Aku belum terlalu paham dengan kondisi kita sekarang." Jawab singkat Azza

Maulana berdiri dan melihat keluar jendela "Selama ini, kita beranggapan kalau kita bisa bertahan hidup disini. Tapi, aku belum bisa menemukan jalan keluar untuk kita keluar dari kondisi sekarang."

"Aku mengerti apa yang kau rasakan dan juga kita semua. Kurangnya informasi adalah kelemahan terbesar bagi kita." Kata Azza 

"Za, anggap saja kau menemukan 2 pilihan yang dimana keduanya akan berdampak di masa depan. Pertama ada keluarga yang sudah kau kenal tapi melakukan apapun tanpa berpikir, kedua orang asing yang memiliki potensi untuk mengubah dunia menjadi lebih baik. Pilihlah dan jangan coba - coba kau menggunakan jalan tengah untuk menjawabnya!" Maulana memberikan pilihan kepada Azza

Azza menghela nafas "Keduanya memanglah tidak terlalu bagus, dan kenapa aku tidak boleh menjawab menggunakan jalan tengah, sebenarnya apapun persoalannya pilihlah jawaban yang lebih baik." Azza mulai pasrah "Ya ampun, baiklah kalau begini caranya. Aku lebih suka dengan orang yang bertujuan baik entah siapapun itu."

"Dan bagaimana jika orang itu tidak bisa mencapai tujuannya?" tanya Maulana

"Karena itulah aku memilihnya. aku akan menemani, menyemangati, dan membantu sebisaku sampai dikembali ketujuannya. Aku akan berusaha sebisaku untuk mendukungnya sampai ajal menjemputku." Jawab Azza

Maulana tersenyum "Menarik. Aku suka dengan jawabanmu, kau memang pantas."

"Begitu ya, terima kasih. Dan apakah sudah selesai?"

"Ya." Jawab Maulana

Azza berjalan kearah pintu dan membuka pintu, tapi dia berhenti saat dia membuka setengah pintu "Maulana, kami semua menghormatimu apapun kondisi dan jalan yang kau pilih kami akan mendukungmu. Kau boleh merasa dirimu gagal, tapi tidak akan kubiarkan kau menyerah ditengah jalan." Kata Azza. Maulana hanya diam saja dan Azza keluar dari ruangan itu.

     Saat keluar Azza bertemu dengan Toni sambil membawa sepiring makanan.

"Yo Ton, dari kantin." Sapa Azza "Tumben kau sudah bangun pagi ini." Oloknya

"Hoy, Iya. Apakau bercanda!?" Toni mengganti ekspresinya yang awalnya tenang menjadi datar

"Sudahlah lupakan saja. Kau bawa kemana piring itu?" tanya Azza

"Ke gazebo." Toni menjawab singkat

"Aku mau bertanya kenapa kau selalu di gazebo?" Azza kembali melontarkan pertanyaan

"Entahlah, aku merasakan energi positif saat kau berada disana, bahkan saat dunia ini normal aku selalu menghabiskan waktu istirahat disana." Jawab Toni

"Apa kau tidak melakukan sesuatu?" tambah pertanyaan Azza

"Selesai bangun tidur - ke toilet - ke kantin - kembali ke gazebo - kembali ke kantin - kembali lagi ke gazebo. Itu sebagian besar, sisanya aku gunakan membantu mereka yang membutuhkan bantuan." Jelas Toni "Padahal kita sudah dekat dalam 2 setengah tahun kenapa kau baru bertanya sekaran?" Gantian Toni bertanya

Students on ApocalypseWhere stories live. Discover now