Decision

23 4 0
                                    

Previous Episode

"Kami sedang berusaha Kak Diana." Ujar Amel yang membantu Nur untuk mengobati luka Maulana

"Kalian semua... Jangan menyalahkan... Dia tidak bersalah..."

"Apa maksudmu dan siapa?" tanya Briell

"Untuk terakhir kalinya... Aku minta maaf."

"Tidak - tidak boleh, jangan tinggalkan..." Kata Diana sambil menangis "Aku tidak rela jika Kakak pergi sekarang." Diana berhenti sejenak "Aku... menyukaimu Kak. Aku mencintaimu." Terus Diana

Start Episode

     Maulana telah meninggalkan kelompoknya. Maulana memiliki jasa yang besar saat masih hidup. Dia dikubur dilapangan milik markas militer ini. Di malam hari lebih dingin dari biasanya. Kehilangan seorang pemimpin adalah sesuatu yang sangat berat, mereka seperti berjalan tanpa arah. Beberapa perempuan sedang bersedih, dan laki - laki sedang merenung.

Toni POV

     Pagi jam 4, aku keluar dari ruang rapat dan pergi sedikit menjauh dari sana. Kejadian kemarin menyebabkan mimpi buruk saat aku tidur. Bahkan, lebih buruk dari sebelumya. Sekarang aku berada di dekat sebuah gedung, aku tidak tahu gedung apa ini. Tiba - tiba aku teringat lagi mimpi buruk itu, dan entah kenapa itu membuat kepala sakit. Tidak lama kemudian rasa sakit itu hilang.

"SIALAN." Kataku sambil memukul tembok yang berada did dekatku "SIALAN SIALAN SIALAN." Aku terus mengulanginya sampai tanganku berdarah

Entah sejak kapan tiba - tiba Amel datang menghentikanku "Hentikan Kakak! Apa yang kau lakukan?" Kata Amel "Lihat, kau melukai dirimu sendiri. Apa kau tahu itu." Terusnya, aku tidak berkata apa - apa "Aku akan mengobatimu!" Amel membuka tasnya dan mengambil perban, sebotol air dan obat merah untuk mengobatiku "Kita semua sedang dalam keadaan yang tida bagus. Kakak seharunya tidak melakukan hal ini. Aku tidak tahu apa yang sedang Kak Toni pikirkan, namun janganlah melakukan sesuatu yang membuat seseorang khawatir seperti ini." Katanya

"Amel, adikku. Aku lah... Aku lah yang membiarkan Maulana terluka. Aku telah berjanji untuk tidak memberitahukannya kepada siapa pun. Entah kenapa aku sampai berpikiran seperti itu, padahal aku tahu kalau itu adalah salah."

"Aku sudah tahu. Saat aku bertanya tentang Kak Maulana kemarin, aku merasa tidak ada yang beres. Saat Kak Maulana benar - benar telah pergi, aku melihat Kakak keluar dari ruang rapat itu. Saat itu aku tahu, kalau kalian berdua sedang melakukan sesuatu tanpa sepengetahuan kami semua. Aku memang tidak tahu banyak tentang kalian. Namun, aku kalau Kak Maulana melakukan itu karena dia tidak mau semua orang khawatir dengan lukanya, hanya saja dia tidak tahu kalau itu bisa  membuat kondisinya lebih parah. Sementara, Kak Toni. Kakak sebenarnya ingin menolongnya. Karena kalian telah terikat janji Kak Toni tidak bisa mengobati luka Kak Maulana." Jelas Amel "Di hati Kakak pasti memiliki suatu penyesalan, merasa paling bersalah karena itu. Kalau menurutku Kak Toni harusnya menyingkirkan hal tersebut dan terus melangkah maju." Terus Amel

"Apa yang bisa kita lakukan? Maulana bagaikan otak manusia. Dialah yang mengatur semua pergerakan, dan kita adalah otot - otot yang mendukungnya. Kita tidak bisa berjalan tanpa hal itu."

"Tidak semua yang kita lakukan harus berada di bawah perintah atasan. Kakak sendiri menerima misi dari Kak Maulana. Namun, Kak Toni bergerak tanpa adanya perintah dari Kak Maulana sendiri. Seperti kataku tadi Kakak harus terus melangkah maju. Hiraukan semua yang berada di belakang." Kata Amel "InsyaAllah, semua akan menjadi lebih baik." Terus Amel

Aku terkejut setelah mendengarnya "Amel." Panggilku

"Iya?"

"Sebelum aku menyelamatkanmu apakah kita pernah bertemu sebelumnya?" tanyaku

Students on ApocalypseWhere stories live. Discover now