Truth in the Heart

22 5 1
                                    

     Amel masih sibuk mengani salah satu anak yang terluka, tapi dia masih bisa mendengar apa yang dibicarakan Kakaknya dan tentara tersebut. Sementara, Toni masih terdiam mencerna apa yang dimaksudkan bapak tersebut.

"Aku tahu, mendengar itu pasti kau berpikir. Apa yang kau katakan? Apa maksudmu? Begitukan." Tentara tersebut menduga, dan Toni masih berpikir keras sebagai jawabannya "Hihihi. Dari ekspresimu aku rasa apa yang aku katakan tadi benar." Terusnya

"Sudahlah Kak daripada kamu memikirkan itu lebih baik bantulah Kak Adhe! Aku yakin dia sedang kesusahan." Kata Amel

Toni tersadar "Aku rasa kamu benar." Jawabnya "Aku akan kembali lagi setelah urusanku dengan Giant selesai." Toni menatap tajam lalu pergi membantu Adhe

"Giant?" tentara tersebut kelihatan kebingungan

"Itu adalah zombie dengan tinggi 2,5 Meter dan memiliki postur tubuh seperti binaragawan. Karena itulah kami menyebutnya Giant." Jawab Amel "Sudah selesai, tidak lama lagi lukamu akan sembuh." Amel selesai mengobabati luka anak tersebut

"Wah, terima kasih Kak." Kata anak tersebut

"Sama - sama." Balas Amel sambil tersenyum.

Pertarungan Adhe dan Giant

     Adhe yang sudah kelelahan melawan Giant, setiap perlawan Adhe sia - sia. Luka yang disebabkan Shotgun nya akan beregenerasi dengan cepat.

"Cih, bagaimana membunuhnya, bahkan aku tembak kepalanya sembuh kembali. Seberapa tebal tengkoraknya?" Adhe sudah kesal

Tiba - tiba Adhe mendengar suara beredetan, dan ternyata Toni sedang mencoba menembaknya "Dhe, aku akan membantumu." Kata Toni "Jadi bagaimana?" tanya Toni

"Yah, ternyata informasi dari Tim scout memang membantu. Seperti yang dia memiliki daya tahan yang sangat keras dan regenerasinya sangat cepat." Jawab Adhe "Tapi, bagaimana cara mereka membunuhnya saat itu?" heran Adhe

Toni sedang memperhatikan luka yang dia perbuat tadi, ternyata lukanya memang cepat pulih kembali "Adhe coba kau tembak dia sekali saja!" perintah Toni

"Baiklah. Aku harap kau memiliki rencana." Balas Adhe, sambil menembak zombie tersebut dengan shotgun nya. Satu tembakan terkena di bagian perutnya, hanya beberapa saat lukanya kembali sembuh.

"Baiklah, aku mengerti. Pertama, setiap dia menerima luka pasti akan berhenti bergerak. Walaupun dia adalah mayat, pastinya dia tahu kalau sedang terluka dan dia bergerak maka lukanya juga akan melebar. Kedua, tergantung dari dalam dan lebarnya. Semakin dalam dan lebar maka semakin lama dia pulih kembali. Ukuran dari amunisiku dan amunisimu pastinya berbeda. Saat dia menerima luka pertama yang aku sebabkan tadi dia bisa pulih sekitar 8 detik, sementara luka kedua yang kau sebabkan sekitar 13 detik." Toni menjelaskan panjang lebar

"Begitu ya. Jadi bagaimana kita mengalahkannya?" tanya Adhe

Toni berpikir sejenak "Dhe dengarkan baik - baik!"

Sementara di tempat lain

     Briell dan Ima masih berlari dan dikejar Stalker dan Runner.

Briell menoleh untuk memeriksa seberapa jauhkah zombie itu "Ternyata, mereka masih mengejar walaupun kami lebih cepat dari mereka. Namun, Stalker itu sangat merepotkan." Briell memperhatikan Ima "Aku rasa dia mulai kelelahan. Sudah tidak ada waktu lagi." Pikirnya, darikejauhan Briell melihat ada bangunan dengan pintu kaca yang terbuka. Sebuah ide terlintas dalam otal Briell "Ima, aku ingin kamu bersembunyi dibangunan itu! Jangan membantah lakukan saja!" Briell tidak memberikan Ima kesempatan berbicara

Ima tidak punya pilihan lain selain menurutinya "Baiklah."

Sesaat kemudian Briell berhenti dan bersiap menembak lagi "Setidaknya aku harus mengurangi jumlah mereka."Pikirnya. Bredetan peluru yang keluar dari senapan Briell mengenai kepala salah satu Stalker dan salah satu kaki Runner "Tinggal satu Stalker dan satu Runner." Katanya. Kedua zombie tersebut mulai mendekat, Briell menarik pelatuknya dan dia berhasil membunuh Runner. Hanya saja, Stalker itu berhasil menghindar dan menggigit senapannya. Dengan penuh tenaga Briell melempar senjatanya bersamaan dengan Stalker tersebut.

Students on ApocalypseWhere stories live. Discover now