4 - Sahabat

127 78 73
                                    

“Yang tadi? Dia sahabat gue juga, sama seperti lo,” jelas Naura mengejutkan Abel.

“Seriusan?” tanya Abel masih belum percaya.

“Iya, Abel,” balas Naura gemas.

“Tapi lo gak pernah cerita ke gue,” ujar Abel kukuh.

“Gak pernah main bareng sih, kita,” balas Naura enteng. “Jadi ya gue lupa kenalin Daffa ke lo."

“Jadi makin ragu, gue,” ujar Abel membuat Naura kesal dengan ucapannya.

“Daffa sama gue sahabatan dari kecil dan orang tua kita akrab banget,” jelas Naura.

"Orangtuanya pasti bibit unggul, ya?" Tanya Abel.

"Ha?" Tanya Naura tak mendengar jelas perkataan Abel dikarenakan jalanan yang mulai ramai.

****

Abel menghentikan motornya tepat di depan pagar rumah Naura. Abel menunggu sampai Naura melepas helmnya sebelum melanjutkan interogasinya.

“Nih, makasih,” ujar Naura mengembalikan helm milik Abel.

“Eh, Na,” panggil Abel pelan. “Buktiin deh kalau dia bener sahabat lo!”

Naura memutar bola matanya malas. Tak habis pikir dengan kelakuan gadis di hadapannya. Kalau saja bukan sahabatnya, dengan tega Naura akan pergi meninggalkannya seorang diri di depan rumahnya.

Naura menghela napas kasar sebelum membalas ucapan Abel. “Daffa anak osis, rajin, sering ikutan olimpiade, dia juga jadi salah satu anggota ‘Fakboy' geng nya cowok-cowok keren di sekolah,” jelas Naura.

“Kalau itu sih semua orang tau kali,” balas Abel mendengus pelan.

“Bawel ihh, besok lo lihat di lengan kirinya ada garis bekas luka gitu, itu kena kaca waktu acara kumpul keluarga dan gue ajak dia. Tiba-tiba gelas jatuh dari atas, dia yang nolongin gue,” jelas Naura.

“Ssttt...” Naura menempelkan jari telunjuknya pada bibir Abel sebelum Naura kembali membuka suara.

“Kata mama sih gelas yang ada di atas meja itu melebihi kapasitas, jadi kemungkinan besar ada yang berjatuhan,” lanjut Naura.

"Udah tau gitu, kenapa gak di ambil beberapa gelas?" Tanya Abel.

"Mau di taruh mana lagi? Kalaupun mama mau bantuin, justru mama terseret jadi babu acara."

Abel terkekeh mendengar ucapan Naura.

"Oh ya, beberapa hari lalu gue tulis nama gue di pergelangan tangan kiri Daffa. Coba lo lihat besok!"

"Udah hilang pasti," tebak Abel.

"Gue tulis pakai pasta, eh apasih namanya, gue lupa?" Tanya Naura.

"Henna? Mehndi?"

"Nah eta!" Seru Naura.

Abel mengangguk. “Oke, gue pulang! Besok gue buktikan kata lo."

“Gue doain semoga banyak lampu merah yang ngehadang perjalanan lo!” ujar Naura penuh kekesalan.

“Mana ada? Jalan ke rumah gue udah gak ada lampu merah,” balas Abel dengan tawa puas.

“Pergi lo!” usir Naura menambah tawa Abel.

****

Tok tok tok

“Masuk, Mbak!” ujar Naura yang sudah mengetahui siapa di balik pintu kamarnya saat ini.

Knop pintu kamar bergerak pelan sebelum menampakkan sosok wanita bisa di bilang paruh baya dengan gaya kekinian sekali.

“Putri Naura, ada Pangeran Daffa di bawah,” ujarnya memberitahu, lantas pergi selepas mendapat anggukan dari Naura.

Berujung KawanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang